Wednesday, September 16, 2015

ASI berhenti tiba-tiba,,,


bunda-bunda sekalian,,, mo tanya donk....

4bulan lalu aku melahirkan & selama 3 bulan aku menyusui bayiku... tapi sesudah 3bulan tepatnya sesudah aku kerja bayiku dah gak mau nyusu lagi sama aku maunya pake botol aja... tapi aku siasatin untuk di pompa... tapi koq lama2 asinya sedikit ya produksinya... bahkan dah beberapa hari ini gak keluar sama sekali... apa masih bisa di stimulus agar asi ku banyak lagi??? ada punya pengalaman kayak gini gak??? please :plis: infonya... soalnya aku masih pingin banget kasih asi buat bayiku :

Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik kita berlangganan di bawah ini

Tuesday, September 15, 2015

Bahaya mi Instan bagi bayi ?


Pihak Kepolissian sekali lagi berhasil mengegerebek pabrik mi beromzet besar & sudah beroperasi puluhan tahun kebisaan menggunakan bahan pengawet Formalin & perwarna berbahaya dalam kandungan mi produksinya. Mungkin saja banyak home industri lainnya harus lebih diawasi & dimonitor ketat tentang penggunaan bahan pengawet berbahaya ini bisa menekan ongkos produksi tetapi sangat berbahaya bagi masyarakat. Faktanya masyarakat justru tidak pernah kawatir bahaya mengancam ini. Tetapi uniknya justru masyarakat sangat fobi & takut bahaya mi instan buatan pabrik ternama sudah dijamin keamanannya oleh BPOM (Balai Pengawasan Obat & makanan).

Sampai ketika ini para orang tua bahkan sebagian dokter masih kawatir & takut akan bahaya mi instan. Padahal berkali-kali BPOM mengatakan bahwa mi instan dijamin aman, pengawetnya aman & tidak berbahaya dikonsumsi dalam jumlah tertentu atau kewajaran. TetapInilah keunikan klasik masyarakat Indonesia, masyarakat sangat fobi mi instans kemasan sudah berstandard Internasional tetapi tidak kawatir mi produksi lain berupa mi tradisonal & mi kemasan “home product” lainnya masih tidak diketahui jenis & jumlah bahan pengawetnya.

Makanan favorit masyarakat ini selalu saja setiap waktu dihantui ketakutan berlebihan. Tampaknya bukan kali ini saja penggemar mi instant dicekam berita mengkawatirkan. Meski berkali-kali ba& POM menjelaskan bahwa mi instant aman, tetapi seperti sebelumnya berbagai berita tidak jelas tetap sering dituding bahwa mi instan mengandung lilin, menyebabkan operasi pemotongan usus & berbagai hal menyeramkan lainnya. Anehnya, orangtua tampaknya tetap merasa aman mi industri lain juga banyak dikonsumsi untuk rumah makan, restoran & penjaja mi goreng keliling. Padahal produk mi instant diawasi ketat melalui standarissi internasional ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC), sedangkan produk lainnya tersebut belum tentu mengikuti standarisasi ketat.

Justru mi buatan “home industry” dijual di pinggir jalan, di pasar tradisional atau bahkan dijual di super market ketika ini tidak ada tahu jumlah & jenis bahan pengawetnya. Apakah berbhaya atau tidak ? Padahal faktanya sudah banyak dijumpai agar mi bisa bertahan lama seringkali dicampur pengawet makanan berbahaya seperti borax atau formalin. Bahkan sudah sering disaksikan di media masa petugas kepolisian menggerebek “home Industri” pembuat mi menggunakan bahan berbahaya. Padahal pabrik tersebut sudah puluhan tahun beroperasi & mempruduksi sangat bannmyak mi dikonsumsi oleh banyak masyarakat tidak disadari. Belum lagi zat warna digunakan ketika ini tidak ada mengetahui apakah jkenisnya berbaya atau tidak. Justru zat warna kuning terang itu biasanya menggunaklan zat warna berbahaya. Sekali lagimasyarakat tidak pernah trauma bahkan sangat lahap makan mi seperti itu tetapi sebaliknya masyarakat sangat trauma mi instan. Padahal mi instan tertentu sudah berstandard Internasional selalu menerapkan prinsip aman dalam berproduksi. Sehingga jelas tahu komposisi kandanungan bahan digunakan & dijamin aman karena sudah diirekomendasikan oleh instansi tertentu berwenang & kredibel.

Bahan Pengawet

Sebenarnya penggunaan pengawet makanan dalam industri makanan adalah hal biasa. Bisa dikatakan hampir 90% industri makanan kemasan tidak terlepas dalam penggunaan bahan pengawet. Bahkan penggunaan bahan pengawet makanan berbagai industri makanan tidak mencantumkan label BPOM mungkin justru malah lebih menyeramkan. Tetapi bila isu ini mengusik keamanan mi instant akan semakin menghebohkan karena mi instant adalah merupakan salah satu makanan instant paling banyak dikonsumsi.

Penggunaan mi instan pada usia bayi cukup tinggi. Karena sekitar 30% bayi usia di bawah 9 – 12 tahun mengalami gangguan mengunyah & menelan. Pada kelompok bayi seperti ini seringkali mengalami pilih-pilih makanan. Biasanya bayi-bayi tidak menyukai makanan sulit dikunyah & ditelan seperti makanan berserat keras seperti sayur, daging sapi & nasi. Sebaliknya makanan tidak berserat seperti mi, telor, nugget , biskuit, krupuk & makanan crispy lainnya lebih banyak digemari. Hal inilah tampaknya mendasari mengapa pada bayi-bayi lebih sering mengkonsumsi mi.

BPOM sudah mengumumkan bahwa memang mi instan seperti Sarimi, Indomie atau Mi Sedap beberapa hal memakai bahan pengawet methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid. Sebenanrnya bahan pengewet tersebut sebenarnya masih aman & diperbolehkan digunakan dalam kadar tertentu. Dalam industri makanan modern ketika ini diperlukan penggunaan teknologi pengawetan pangan untuk membuat makanan menjadi tahan lama & tetap berkualitas, Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan adalah memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini dilakukan menambahkan suatu bahan kimia tertentu jumlah tertentu diketahui memiliki efek mengawetkan & aman untuk dikonsumsi manusia.

Berbagai manfaat teknologi pengawetan pangan tersebut bertujuan untuk mempertahankan konsistensi produk, meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi, mempertahankan kelezatan & kesehatan (wholesomeness) pangan. Pengawet menahan kerusakan pangan disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria bisa menyebabkan penyakit dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism membahayakan kehidupan & untuk menguatkan rasa atau menbisakan warna diinginkan. Makanan dalam kemasan dirancang agar bisa bertahan lebih lama. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan pengawet agar makanan tersebut tidak busuk atau jamuran atau berubah sifat, warna, rasa, bau. Cara kerja bahan pengawet terbagi menjadi dua, yaitu sebagai antimikroba & sebagai antioksidan. Sebagai antimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman & sebagai antioksi& maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifat, contohnya mencegah makanan berbau tengik.

Jenis & jumlah pengawet diijinkan untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Indonesia menganut Standarisasi internasional ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC). Forum CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan organisasi perumus standar internasional untuk bidang pangan. Berbagai produk & industri makanan ada dsi Indonesia harus dibuat berdasarkan CODEX Alimentarius Commission, ba& standar makanan internasional. Menurut Permenkes No.722/1988, bahan pengawet diizinkan digunakan dalam makanan dalam kadar tertentu adalah Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Metil p-Hidroksi Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalium Nitrat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit, Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium Propionat, Natrium Sulfit, Nisin & Propil-p-hidroksi-benzoit.

Salah satu bahan tambahan diatur adalah nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) berfungsi sebagai pengawet batas maksimum penggunaan. Selain Nipagin, ada beberapa jenis pengawet lain diizinkan BPOM untuk digunakan dalam mie instan misalnya asam benzoat & propeonat. Methylparaben nama tehnisnya Methyl p-hydroxybenzoate (disebut juga Methyl parahydroxybenzoate) dalam makanan instant & makanan lainnya.

Untuk makanan seperti mie instan, asalkan tidak melebihkan kadar maksimum ditentukan Ba& POM, yakni 250 mg per kg. Di setiap Negara batas maksimum pemakaian Nipagin berbeda seperti Amerika Serikat, Kanada & Singapura, kadar maksimum Nipagin itu 1.000 mg per kg. di Hongkong 550 mg per kg. Penentuan batas keamanan sangat bervariatif tersebut karena sampai ketika ini belum ada data dasar & data ilmiah mendasari penentuannya. Data dasar & data ilmiah tersebut bila ada akan sangat berbeda dalam setiap negara. Pola konsumsi mi instant masyarakat tiap negara berbeda. Misal di Negara Amerika konsusumsinya hanya sekali dalam seminggu atau dua minggu. Sedangkan di Indonesia mengkonsumsi mie instant bisa jadi setiap hari sekali. Tentu saja kalau standarnya sama maka di Indonesia rakyatnya mengkonsumsi 5-20 kali dibandingkan mereka. Taiwan & Hongkong serta negeri Cina barangkali harus lebih ketat memberlakukan pembatasan penggunaan bahan pengawet tersebut dibanding Indonesia. Karena mie merupakan makanan pokok, sehingga secara akumulatif jumlah dikonsumsi akan sangat besar.

Waspadai Pada Bayi

Sebagai manusia modern di masa depan tidak akan pernah terlepas dari pengaruh bahan kimia merugikan bagi organisme hidup. Bahan kimia tersebut dalam jumlah & jenis tertentu akan saling berinteraksi suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi bisa menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain turut menentukan timbulnya efek-efek tidak diinginkan ini. Tetapi mekanisme tubuh sudah demikian sempurna. Berbagai zat berbahaya tersebut dalam jumlah tertentu bisa dibuang ke luar tubuh manusia melalui organ hati sebagai alat detoksifikasi tubuh manusia.

Bahaya bahan paparan bahan makanan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan, jumlah paparan & kondisi setiap individu. Dalam jumlah tertentu & bahan tertentu tubuh masih bisa mentolerir. Tetapi pertanyaannya seberapa banyak jumlah tertentu tersebut aman bisa dikonsumsi. Hal ini sulit dijawab karena banyak faktor berpengaruh & belum ada data ilmiah menunjukkan efek samping jangka panjang bahan pengawet tersebut. Sehingga rekomendasi untuk tidak mengkonsumsi mi instan berlebihanpun selalu dikemukakan. Hal ini wajar terjadi karena berbagai konsumsi makanan lainnya pun selalu ada batas toleransi jumlah harus dikonsumsi seperti alkohol, kopi, atau makanan tertentu lainnya. Dalam jumlah berlebihan makanan tertentu akan mengganggu tubuh manusia.

Kondisi tubuh setiap individu juga sangat berpengaruh. Pada manusia sehat pada umumnya mungkin zat pengawet tersebut tidak terlalu berdampak karena sistem tubuh baik bisa mengeliminasi & mengeluarkan zat kimia tersebut dalam tubuh. Tetapi pada penderita tertentu khususnya usia bayi, sistem tubuhnya tidak berjalan sempurna, sehingga zat kimia tersebut sulit dibuang dari tubuh & akan tersimpan & menganggu fungsi tubuh lainnya. Hal ini harus diwaspai pada usia bayi gangguan saluran cerna seperti Hipermeabilitas Intestinal atau dikenal Leaky Gut Syndrome. Gangguan hipersensitifitas saluiran cerna ini biasanya terjadi pada penderita alergi makanan, seliak, intoleransi makanan, penderita Autism, ADHD & berbagai penderita gangguan metabolisme lainnya. Pada gangguan hipersensitifitas saluran cerna tersebut terjadi ketidak matangan saluran cerna. Secara mekanik integritas mukosa usus & peristaltik merupakan pelindung masuknya benda asing ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung & enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat asing tersebut. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa & limfosit pada lamina propia bisa menangkal benda berbahaya masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah & gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus, bakteri berbagai bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh. pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik. Pada penderita seperti ini sebaiknya harus lebih mewaspadai penggunaan bahan pengawet termasuk mi instan. Gejala gangguan hipersensitifitas saluran cerna harus diwaspadai adalah gangguan sulit buang air besar berupa sulit buang air besar atau sering buang air besar. Suliut buang air besar biasanyaa ditandai berak sering bulat seperti kotoran kambing, keras, negeden, warna hijau atau hitam & berbau taja,. Sedangkan sering buang air besar biasanya berak 3 kali atau lebih dalam sehari atau berak di celana. Gejala saluran cerna lainnya adalah mudah muntah, nyeri perut, mulut berbau, sering kembung, sering buang angin, air liur berlebihan, lidah sering kotor & putih & berbagai gejala lainnya.

Berbagai berita menghebohkan tersebut sebenarnya bila dikaji fakta ilmiah ada tidak seperti dikawatirkan. Bahaya & efek samping bagi tubuh akibat pengaruh methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid bagi tubuh secara jangka panjang sampai ketika ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa opini menybutkan bahwa mi instan menyebabkan pemotongan usus, penyebab kanker & berbagai hal menyeramkan lainnya tersebut sampai sekarang juga masih belum ada bukti ilmiah menyebutkannya. Kalaupun opini tersebut muncul mungkin saja hanya berdasarkan hipotesa beberapa klinisi belum terbukti. Hanya terbisa laporan ilmiah bawa konsumsi berlebihan bisa mengganggu lambung. Fenomena ini juga terjadi pada fobia pada MSG (monosodium glutamate). Ternyata ketakutan pada MSG juga sampai 100 tahun penggunaannya di dunia hingga sekarang tidak ada bukti ilmiah menunjukkan bahwa MSG berbahaya bagi tubuh.

Ba& Pengawas Obat & Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) menggolongkan Methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa & aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan. Sebagai pengawet makanan, Methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman ketika terlibat kontak cairan. Kelebihan lainnya, Methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan & awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan bisa disimpan dalam waktu lebih lama. Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.

Bahan pengawet berbahaya ini justru tampak lebih beresiko sering dijumpai pada mi buatan home industri karena pengawasan & monitoring sangat lemah dari pihak berwenang. Pengawet berbahaya seperti formalin mengancam di sekitar masyarakat justru kesannya sangat diabaikan. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel & menyebabkan kematian sel menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus & anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus & adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus & cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.

Ciri mi berbahan pengawet berbahaya & bahan pewarna berbahaya adalah biasanya mi tampak berwarna kuning terang, kenyal & keras & awet sampai beberapa hari. Sebakliknya mi tanpa bahan pengawet berbahaya biasanya justru warnanya tidak menarik, pucat, lembek & lunak.

Bagaimana menyikapinya

Berbagai berita menghebohkan tersebut merupakan suatu peringatan bagi manusia modern bahwa ternyata banyak paparan bahan kimia di sekitar harus diwaspadai. Sebenarnya kewaspadaan ini justru bukan pada mi instan tetapi berbagai paparan bahan kimia lain lebih berbahaya & tidak terlihat mengancam kita tanpa disadari justru terbisa pada mi home industri lainnya. Berbagai produk mi lain atau bahan makanan lain tidak masuk standar SNI justru harus menjadi perhatian masyarakat. Karena, kandungan jenis & kadar pengawetnya justru tidak diketahui secara pasti.

Manusia modern tidak akan terlepas dari paparan bahan kimia tersebut dalam berbagai jenis makanannya. Selama jumlah & jenis bahan kimia tersebut tidak berbahaya & bisa ditoleransi oleh tubuh maka kekwatiran berlebihan tersebut seharusnya tidak terjadi. Meski data ilmiah belum ada bukti menunjukkan bahaya methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid dikatakan aman tersebut bukan berarti tidak ada bahaya jangka panjang hanya belum diketahui. Karena keterbatasan data ilmiah tersebut maka sulit menentukan batasan dosis berbahaya boleh dikonsumsi bagi manusia.

Justru karena hal tersebut paling tidak masyarakat bisa menjadikan pelajaran dalam kasus ini. Bahwa meski bahaya mengancam tersebut masih belum kelihatan nyata secara fakta ilmiah tetapi perilaku konsumsi makanan “back to nature” adalah paling aman & ideal bagi kesehatan tubuh. Mi instan dikenal enak, praktis & murah sulit untuk dilepaskan dari kebiasaan konsumsi bayi-bayi. Berdasarkan fakta ilmiah ada juga bukan berarti bahwa harus menghindari konsumsi mi instan. Karena sejauh ini masih belum ada bukti ilmiah bahaya pengawet tersebut dalam jangka panjang. Tetapi sebaiknya berbagai lembaga terkait seperti BPOM, lembaga konsumen atau institusi ilmiah untuk melakukan prioritas penelitian terhadap dampak mi instan bagi tubuh manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang khususnya terhadap usia bayi. Sebaiknya orangtua harus sangat selektif dalam membeli makanan instan. Pembelian makanan instan sebaiknya harus dipilih mencantumkan label ijin BPOM. data tersebut pihak berwenang dalam hal ini BPOM bisa menentukan pasti batas keamanan suatu bahan pengawet digunakan. Bila hal itu dilakukan maka bayi-bayi penggemar mi instan bisa melahap kenikmatan instan tanpa harus dihantui kecemasan pada orangtuanya. Meski pengawet dalam mi instan dalam jumlah tertentu aman, tetapi bila sering konsumsi dalam jumlah besar atau jangka panjang sebaiknya lebih sering tanpa memakai bumbu dalam mi tersebut. Karena justru pengawetnya ada pada bumbu terkandung bukan dalam bahan minya. Jadi sebaiknya orangtua memakai bumbu bawang merah, bawang putih & garam. Jadi tampaknya kekawatiran masyarakat selama ini salah alamat harusnya bisa dikoreksi & lebih dicermati lagi.

dr Widodo Judarwanto SpA

Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik kita berlangganan di bawah ini