tag:blogger.com,1999:blog-34784639362028945832024-03-13T04:02:17.332-07:00children educationspasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-22295164497916529142015-09-16T14:12:00.000-07:002015-09-16T14:12:00.659-07:00ASI berhenti tiba-tiba,,,<div style="text-align: center;">
<img src="http://redesain.poltekkes-malang.ac.id/foto_berita/83asi%20berhenti.JPG" height="400" width="330" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
bunda-bunda sekalian,,, mo tanya donk....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4bulan lalu aku melahirkan & selama 3 bulan aku menyusui bayiku... tapi sesudah 3bulan tepatnya sesudah aku kerja bayiku dah gak mau nyusu lagi sama aku maunya pake botol aja... tapi aku siasatin untuk di pompa... tapi koq lama2 asinya sedikit ya produksinya... bahkan dah beberapa hari ini gak keluar sama sekali... apa masih bisa di stimulus agar asi ku banyak lagi??? ada punya pengalaman kayak gini gak??? please :plis: infonya... soalnya aku masih pingin banget kasih asi buat bayiku :</div>
<br />
Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik kita berlangganan di bawah inipasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-75666175690673446062015-09-15T14:10:00.000-07:002015-09-15T14:10:07.415-07:00Bahaya mi Instan bagi bayi ?<div style="text-align: center;">
<img src="http://static.pulsk.com/images/2014/01/07/52cbb67931762_52cbb6793b95e.jpg" height="400" width="400" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pihak Kepolissian sekali lagi berhasil mengegerebek pabrik mi beromzet besar & sudah beroperasi puluhan tahun kebisaan menggunakan bahan pengawet Formalin & perwarna berbahaya dalam kandungan mi produksinya. Mungkin saja banyak home industri lainnya harus lebih diawasi & dimonitor ketat tentang penggunaan bahan pengawet berbahaya ini bisa menekan ongkos produksi tetapi sangat berbahaya bagi masyarakat. Faktanya masyarakat justru tidak pernah kawatir bahaya mengancam ini. Tetapi uniknya justru masyarakat sangat fobi & takut bahaya mi instan buatan pabrik ternama sudah dijamin keamanannya oleh BPOM (Balai Pengawasan Obat & makanan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai ketika ini para orang tua bahkan sebagian dokter masih kawatir & takut akan bahaya mi instan. Padahal berkali-kali BPOM mengatakan bahwa mi instan dijamin aman, pengawetnya aman & tidak berbahaya dikonsumsi dalam jumlah tertentu atau kewajaran. TetapInilah keunikan klasik masyarakat Indonesia, masyarakat sangat fobi mi instans kemasan sudah berstandard Internasional tetapi tidak kawatir mi produksi lain berupa mi tradisonal & mi kemasan “home product” lainnya masih tidak diketahui jenis & jumlah bahan pengawetnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makanan favorit masyarakat ini selalu saja setiap waktu dihantui ketakutan berlebihan. Tampaknya bukan kali ini saja penggemar mi instant dicekam berita mengkawatirkan. Meski berkali-kali ba& POM menjelaskan bahwa mi instant aman, tetapi seperti sebelumnya berbagai berita tidak jelas tetap sering dituding bahwa mi instan mengandung lilin, menyebabkan operasi pemotongan usus & berbagai hal menyeramkan lainnya. Anehnya, orangtua tampaknya tetap merasa aman mi industri lain juga banyak dikonsumsi untuk rumah makan, restoran & penjaja mi goreng keliling. Padahal produk mi instant diawasi ketat melalui standarissi internasional ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC), sedangkan produk lainnya tersebut belum tentu mengikuti standarisasi ketat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Justru mi buatan “home industry” dijual di pinggir jalan, di pasar tradisional atau bahkan dijual di super market ketika ini tidak ada tahu jumlah & jenis bahan pengawetnya. Apakah berbhaya atau tidak ? Padahal faktanya sudah banyak dijumpai agar mi bisa bertahan lama seringkali dicampur pengawet makanan berbahaya seperti borax atau formalin. Bahkan sudah sering disaksikan di media masa petugas kepolisian menggerebek “home Industri” pembuat mi menggunakan bahan berbahaya. Padahal pabrik tersebut sudah puluhan tahun beroperasi & mempruduksi sangat bannmyak mi dikonsumsi oleh banyak masyarakat tidak disadari. Belum lagi zat warna digunakan ketika ini tidak ada mengetahui apakah jkenisnya berbaya atau tidak. Justru zat warna kuning terang itu biasanya menggunaklan zat warna berbahaya. Sekali lagimasyarakat tidak pernah trauma bahkan sangat lahap makan mi seperti itu tetapi sebaliknya masyarakat sangat trauma mi instan. Padahal mi instan tertentu sudah berstandard Internasional selalu menerapkan prinsip aman dalam berproduksi. Sehingga jelas tahu komposisi kandanungan bahan digunakan & dijamin aman karena sudah diirekomendasikan oleh instansi tertentu berwenang & kredibel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahan Pengawet</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya penggunaan pengawet makanan dalam industri makanan adalah hal biasa. Bisa dikatakan hampir 90% industri makanan kemasan tidak terlepas dalam penggunaan bahan pengawet. Bahkan penggunaan bahan pengawet makanan berbagai industri makanan tidak mencantumkan label BPOM mungkin justru malah lebih menyeramkan. Tetapi bila isu ini mengusik keamanan mi instant akan semakin menghebohkan karena mi instant adalah merupakan salah satu makanan instant paling banyak dikonsumsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan mi instan pada usia bayi cukup tinggi. Karena sekitar 30% bayi usia di bawah 9 – 12 tahun mengalami gangguan mengunyah & menelan. Pada kelompok bayi seperti ini seringkali mengalami pilih-pilih makanan. Biasanya bayi-bayi tidak menyukai makanan sulit dikunyah & ditelan seperti makanan berserat keras seperti sayur, daging sapi & nasi. Sebaliknya makanan tidak berserat seperti mi, telor, nugget , biskuit, krupuk & makanan crispy lainnya lebih banyak digemari. Hal inilah tampaknya mendasari mengapa pada bayi-bayi lebih sering mengkonsumsi mi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BPOM sudah mengumumkan bahwa memang mi instan seperti Sarimi, Indomie atau Mi Sedap beberapa hal memakai bahan pengawet methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid. Sebenanrnya bahan pengewet tersebut sebenarnya masih aman & diperbolehkan digunakan dalam kadar tertentu. Dalam industri makanan modern ketika ini diperlukan penggunaan teknologi pengawetan pangan untuk membuat makanan menjadi tahan lama & tetap berkualitas, Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan adalah memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini dilakukan menambahkan suatu bahan kimia tertentu jumlah tertentu diketahui memiliki efek mengawetkan & aman untuk dikonsumsi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai manfaat teknologi pengawetan pangan tersebut bertujuan untuk mempertahankan konsistensi produk, meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi, mempertahankan kelezatan & kesehatan (wholesomeness) pangan. Pengawet menahan kerusakan pangan disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria bisa menyebabkan penyakit dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism membahayakan kehidupan & untuk menguatkan rasa atau menbisakan warna diinginkan. Makanan dalam kemasan dirancang agar bisa bertahan lebih lama. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan pengawet agar makanan tersebut tidak busuk atau jamuran atau berubah sifat, warna, rasa, bau. Cara kerja bahan pengawet terbagi menjadi dua, yaitu sebagai antimikroba & sebagai antioksidan. Sebagai antimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman & sebagai antioksi& maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifat, contohnya mencegah makanan berbau tengik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Jenis & jumlah pengawet diijinkan untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Indonesia menganut Standarisasi internasional ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC). Forum CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan organisasi perumus standar internasional untuk bidang pangan. Berbagai produk & industri makanan ada dsi Indonesia harus dibuat berdasarkan CODEX Alimentarius Commission, ba& standar makanan internasional. Menurut Permenkes No.722/1988, bahan pengawet diizinkan digunakan dalam makanan dalam kadar tertentu adalah Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Metil p-Hidroksi Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalium Nitrat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit, Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium Propionat, Natrium Sulfit, Nisin & Propil-p-hidroksi-benzoit.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu bahan tambahan diatur adalah nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) berfungsi sebagai pengawet batas maksimum penggunaan. Selain Nipagin, ada beberapa jenis pengawet lain diizinkan BPOM untuk digunakan dalam mie instan misalnya asam benzoat & propeonat. Methylparaben nama tehnisnya Methyl p-hydroxybenzoate (disebut juga Methyl parahydroxybenzoate) dalam makanan instant & makanan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk makanan seperti mie instan, asalkan tidak melebihkan kadar maksimum ditentukan Ba& POM, yakni 250 mg per kg. Di setiap Negara batas maksimum pemakaian Nipagin berbeda seperti Amerika Serikat, Kanada & Singapura, kadar maksimum Nipagin itu 1.000 mg per kg. di Hongkong 550 mg per kg. Penentuan batas keamanan sangat bervariatif tersebut karena sampai ketika ini belum ada data dasar & data ilmiah mendasari penentuannya. Data dasar & data ilmiah tersebut bila ada akan sangat berbeda dalam setiap negara. Pola konsumsi mi instant masyarakat tiap negara berbeda. Misal di Negara Amerika konsusumsinya hanya sekali dalam seminggu atau dua minggu. Sedangkan di Indonesia mengkonsumsi mie instant bisa jadi setiap hari sekali. Tentu saja kalau standarnya sama maka di Indonesia rakyatnya mengkonsumsi 5-20 kali dibandingkan mereka. Taiwan & Hongkong serta negeri Cina barangkali harus lebih ketat memberlakukan pembatasan penggunaan bahan pengawet tersebut dibanding Indonesia. Karena mie merupakan makanan pokok, sehingga secara akumulatif jumlah dikonsumsi akan sangat besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waspadai Pada Bayi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai manusia modern di masa depan tidak akan pernah terlepas dari pengaruh bahan kimia merugikan bagi organisme hidup. Bahan kimia tersebut dalam jumlah & jenis tertentu akan saling berinteraksi suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi bisa menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain turut menentukan timbulnya efek-efek tidak diinginkan ini. Tetapi mekanisme tubuh sudah demikian sempurna. Berbagai zat berbahaya tersebut dalam jumlah tertentu bisa dibuang ke luar tubuh manusia melalui organ hati sebagai alat detoksifikasi tubuh manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahaya bahan paparan bahan makanan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan, jumlah paparan & kondisi setiap individu. Dalam jumlah tertentu & bahan tertentu tubuh masih bisa mentolerir. Tetapi pertanyaannya seberapa banyak jumlah tertentu tersebut aman bisa dikonsumsi. Hal ini sulit dijawab karena banyak faktor berpengaruh & belum ada data ilmiah menunjukkan efek samping jangka panjang bahan pengawet tersebut. Sehingga rekomendasi untuk tidak mengkonsumsi mi instan berlebihanpun selalu dikemukakan. Hal ini wajar terjadi karena berbagai konsumsi makanan lainnya pun selalu ada batas toleransi jumlah harus dikonsumsi seperti alkohol, kopi, atau makanan tertentu lainnya. Dalam jumlah berlebihan makanan tertentu akan mengganggu tubuh manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi tubuh setiap individu juga sangat berpengaruh. Pada manusia sehat pada umumnya mungkin zat pengawet tersebut tidak terlalu berdampak karena sistem tubuh baik bisa mengeliminasi & mengeluarkan zat kimia tersebut dalam tubuh. Tetapi pada penderita tertentu khususnya usia bayi, sistem tubuhnya tidak berjalan sempurna, sehingga zat kimia tersebut sulit dibuang dari tubuh & akan tersimpan & menganggu fungsi tubuh lainnya. Hal ini harus diwaspai pada usia bayi gangguan saluran cerna seperti Hipermeabilitas Intestinal atau dikenal Leaky Gut Syndrome. Gangguan hipersensitifitas saluiran cerna ini biasanya terjadi pada penderita alergi makanan, seliak, intoleransi makanan, penderita Autism, ADHD & berbagai penderita gangguan metabolisme lainnya. Pada gangguan hipersensitifitas saluran cerna tersebut terjadi ketidak matangan saluran cerna. Secara mekanik integritas mukosa usus & peristaltik merupakan pelindung masuknya benda asing ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung & enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat asing tersebut. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa & limfosit pada lamina propia bisa menangkal benda berbahaya masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah & gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus, bakteri berbagai bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh. pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik. Pada penderita seperti ini sebaiknya harus lebih mewaspadai penggunaan bahan pengawet termasuk mi instan. Gejala gangguan hipersensitifitas saluran cerna harus diwaspadai adalah gangguan sulit buang air besar berupa sulit buang air besar atau sering buang air besar. Suliut buang air besar biasanyaa ditandai berak sering bulat seperti kotoran kambing, keras, negeden, warna hijau atau hitam & berbau taja,. Sedangkan sering buang air besar biasanya berak 3 kali atau lebih dalam sehari atau berak di celana. Gejala saluran cerna lainnya adalah mudah muntah, nyeri perut, mulut berbau, sering kembung, sering buang angin, air liur berlebihan, lidah sering kotor & putih & berbagai gejala lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai berita menghebohkan tersebut sebenarnya bila dikaji fakta ilmiah ada tidak seperti dikawatirkan. Bahaya & efek samping bagi tubuh akibat pengaruh methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid bagi tubuh secara jangka panjang sampai ketika ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa opini menybutkan bahwa mi instan menyebabkan pemotongan usus, penyebab kanker & berbagai hal menyeramkan lainnya tersebut sampai sekarang juga masih belum ada bukti ilmiah menyebutkannya. Kalaupun opini tersebut muncul mungkin saja hanya berdasarkan hipotesa beberapa klinisi belum terbukti. Hanya terbisa laporan ilmiah bawa konsumsi berlebihan bisa mengganggu lambung. Fenomena ini juga terjadi pada fobia pada MSG (monosodium glutamate). Ternyata ketakutan pada MSG juga sampai 100 tahun penggunaannya di dunia hingga sekarang tidak ada bukti ilmiah menunjukkan bahwa MSG berbahaya bagi tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ba& Pengawas Obat & Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) menggolongkan Methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa & aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan. Sebagai pengawet makanan, Methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman ketika terlibat kontak cairan. Kelebihan lainnya, Methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan & awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan bisa disimpan dalam waktu lebih lama. Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahan pengawet berbahaya ini justru tampak lebih beresiko sering dijumpai pada mi buatan home industri karena pengawasan & monitoring sangat lemah dari pihak berwenang. Pengawet berbahaya seperti formalin mengancam di sekitar masyarakat justru kesannya sangat diabaikan. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel & menyebabkan kematian sel menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus & anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus & adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus & cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ciri mi berbahan pengawet berbahaya & bahan pewarna berbahaya adalah biasanya mi tampak berwarna kuning terang, kenyal & keras & awet sampai beberapa hari. Sebakliknya mi tanpa bahan pengawet berbahaya biasanya justru warnanya tidak menarik, pucat, lembek & lunak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana menyikapinya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai berita menghebohkan tersebut merupakan suatu peringatan bagi manusia modern bahwa ternyata banyak paparan bahan kimia di sekitar harus diwaspadai. Sebenarnya kewaspadaan ini justru bukan pada mi instan tetapi berbagai paparan bahan kimia lain lebih berbahaya & tidak terlihat mengancam kita tanpa disadari justru terbisa pada mi home industri lainnya. Berbagai produk mi lain atau bahan makanan lain tidak masuk standar SNI justru harus menjadi perhatian masyarakat. Karena, kandungan jenis & kadar pengawetnya justru tidak diketahui secara pasti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia modern tidak akan terlepas dari paparan bahan kimia tersebut dalam berbagai jenis makanannya. Selama jumlah & jenis bahan kimia tersebut tidak berbahaya & bisa ditoleransi oleh tubuh maka kekwatiran berlebihan tersebut seharusnya tidak terjadi. Meski data ilmiah belum ada bukti menunjukkan bahaya methyl p-hydroxybenzoate & benzoic acid dikatakan aman tersebut bukan berarti tidak ada bahaya jangka panjang hanya belum diketahui. Karena keterbatasan data ilmiah tersebut maka sulit menentukan batasan dosis berbahaya boleh dikonsumsi bagi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Justru karena hal tersebut paling tidak masyarakat bisa menjadikan pelajaran dalam kasus ini. Bahwa meski bahaya mengancam tersebut masih belum kelihatan nyata secara fakta ilmiah tetapi perilaku konsumsi makanan “back to nature” adalah paling aman & ideal bagi kesehatan tubuh. Mi instan dikenal enak, praktis & murah sulit untuk dilepaskan dari kebiasaan konsumsi bayi-bayi. Berdasarkan fakta ilmiah ada juga bukan berarti bahwa harus menghindari konsumsi mi instan. Karena sejauh ini masih belum ada bukti ilmiah bahaya pengawet tersebut dalam jangka panjang. Tetapi sebaiknya berbagai lembaga terkait seperti BPOM, lembaga konsumen atau institusi ilmiah untuk melakukan prioritas penelitian terhadap dampak mi instan bagi tubuh manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang khususnya terhadap usia bayi. Sebaiknya orangtua harus sangat selektif dalam membeli makanan instan. Pembelian makanan instan sebaiknya harus dipilih mencantumkan label ijin BPOM. data tersebut pihak berwenang dalam hal ini BPOM bisa menentukan pasti batas keamanan suatu bahan pengawet digunakan. Bila hal itu dilakukan maka bayi-bayi penggemar mi instan bisa melahap kenikmatan instan tanpa harus dihantui kecemasan pada orangtuanya. Meski pengawet dalam mi instan dalam jumlah tertentu aman, tetapi bila sering konsumsi dalam jumlah besar atau jangka panjang sebaiknya lebih sering tanpa memakai bumbu dalam mi tersebut. Karena justru pengawetnya ada pada bumbu terkandung bukan dalam bahan minya. Jadi sebaiknya orangtua memakai bumbu bawang merah, bawang putih & garam. Jadi tampaknya kekawatiran masyarakat selama ini salah alamat harusnya bisa dikoreksi & lebih dicermati lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; font-family: 'Droid Sans', Tahoma, Verdana, Arial; font-size: 18px; font-stretch: inherit; line-height: 28.8028812408447px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">dr Widodo Judarwanto SpA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; font-family: 'Droid Sans', Tahoma, Verdana, Arial; font-size: 18px; font-stretch: inherit; line-height: 28.8028812408447px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;"><br /></b></div>
Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik kita berlangganan di bawah ini pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-65244931126249170782010-05-02T01:01:00.000-07:002015-09-15T14:38:49.361-07:00<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: 11px; -webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; "><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; "><span style="font-size: 16pt; font-family: Arial; color: rgb(51, 51, 153); ">Tips beternak Jangkrik</span></p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "> </span></p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); ">Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2-3 bulan.</span></p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "> </p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); ">Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur.</span></p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); ">Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota-kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantung untuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif dan usaha ini banyak dilakukan dikota-kota dipulau jawa.</span></p><p style="margin-top: 0pt; margin-right: 0pt; margin-left: 0pt; margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 15pt; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost">Telah diutarakan didepan bahwa untuk sementara ini, sentra peternakan jangkrik adalah dikota-kota besar dipulau jawa karena kebutuhan dari jangkrik sangat banyak. Sedangkan diluar pulau jawa sementara ini masih banyak didapatkan dari alam, sehingga belum banyak peternakan-peternakan jangkrik.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ada</span><span class="fullpost"> lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus, untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, serta penampilannya yang tenang.</span><br /><br /><span class="fullpost">Jangkrik segar yang sudah diketahui baik untuk pakan burung berkicau seperti poksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan, baik juga untuk pertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung.</span><br /><br /><span class="fullpost">LOKASI</span><br /><span class="fullpost">1. Lokasi budidaya harus tenang, teduh dan mendapat sirkulasi udara yang baik.</span><br /><span class="fullpost">2. Lokasi jauh dari sumber-sumber kebisingan seperti pasar, jalan raya dan lain sebagainya.</span><br /><span class="fullpost">3. Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan.</span><br /><br /><span class="fullpost">PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</span><br /><span class="fullpost">Menurut Farry, 1999, ternak jangkrik merupakan jenis usaha yang jika tidak direncanakan dengan matang, akan sangat merugikan usaha. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitu penyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan, menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metoda pendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana dan melaksanakan usaha ternak jangkrik.</span><br /><br /><span class="fullpost">1. Penyiapan Sarana dan Peralatan</span><br /><br /><span class="fullpost">Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yang teduh dan gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi untuk kandang peneluran. Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang. Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang. Untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, tidak ada ukuran yang baku. Yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkrik tiap kandang.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Menurut hasil pemantauan dilapangan dan pengalaman. peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm. Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untuk mengirit biaya, maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan ditiap kaki penyangga.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">2. Pembibitan</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">1. 1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk</span><br /><span class="fullpost">Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagai berikut:</span><br /><span class="fullpost">a. Indukan:</span><br /><span class="fullpost"><span> </span>sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>kedua kaki belakangnya masih lengkap.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>pilihlah induk yang besar.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>dangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost">b. Induk jantan:</span><br /><span class="fullpost"><span> </span>selalu mengeluarkan suara mengerik.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>tidak mempunyai ovipositor di ekor.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>Induk betina:</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>tidak mengerik.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>permukaan punggung atau sayap halus.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost"><span> </span>ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur.</span></span><span class="fullpost"><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol; color: rgb(0, 0, 51); "><span>§</span></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "> </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: rgb(0, 0, 51); "><br /><span class="fullpost">2. Perawatan Bibit dan Calon Induk</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">3. Sistem Pemuliabiakan</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">4. Reproduksi dan Perkawinan</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagiab dalam disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya (daya tetas).</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">5. Proses kelahiran</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">3. Pemeliharaan</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">1. Sanitasi dan Tindakan Preventif</span><br /><span class="fullpost">Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan peternakan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.</span><br /><span class="fullpost">2. Pengontrolan Penyakit</span><br /><span class="fullpost">Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yang sehat dan dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.</span><br /><span class="fullpost">3. Perawatan Ternak</span><br /><span class="fullpost">Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">4. Pemberian Pakan</span><br /><span class="fullpost">Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam) yang dibuat darikacang kedelai, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan. Setelah vase ini, anakan dapat mulai diberi pakan sayur-sayuran disamping jagung muda dan gambas. Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi pakan antara lain : sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang menambah pakan untuk ternak yang dijodohkan anatar lain : bekatul jagung, tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang dihaluskan dan dicampur menjadi satu.</span><br /><span class="fullpost">5. Pemeliharaan Kandang</span><br /><span class="fullpost">Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">7. HAMA DAN PENYAKIT</span><br /><span class="fullpost">1. Penyakit, Hama dan Penyebabnya</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><span class="fullpost">Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang menempel di daun. Sedangkan hama yang sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak dan ular.</span><br /><span class="fullpost">2. Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit</span><br /><span class="fullpost">Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun tempat berlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik dapat diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yang berisi air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.</span><br /><span class="fullpost">3. Pemberian Vaksinasi dan Obat</span><br /><span class="fullpost">Untuk saat ini karena hama dan penyakit dapat diatasi secara prefentif, maka penyakit jangkrik dapat ditekan seminimum mungkin. Jadi pemberian obat dan vaksinasi tidak diperlukan.</span><br /><span class="fullpost">8. PANEN</span><br /><span class="fullpost">1. Hasil Utama</span><br /><span class="fullpost">Peternak jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang nilai ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak lainnya dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung jangkrik.</span><br /><span class="fullpost">2. Penangkapan</span><br /><span class="fullpost">Telur yang sudah diletakkan oleh induknya pada media pasir atau tanah, disaring dan ditempatkan pada media kain yang basah. Untuk setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur yang kemudian untuk diperjual belikan. Sedangkan untuk jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ketempat penampungan untuk dijual.</span></span></p><p class="MsoNormal"> </p></span>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-83849112690433064312008-11-11T22:39:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.446-07:00Cara memelihara angsa di halaman rumah <br /><br />Orang yang memelihara angsa sekarang ini sudah jarang kita temui. Padahal tanpa makanan yang khusus, angsa dapat berkembang biak dengan lebih baik dibandingkan kebanyakan unggas lainnya. Angsa tergolong sangat bandel dan relatif mudah tumbuh menjadi besar. Mereka lebih tahan terhadap penyakit dan hampir tidak memerlukan obat-obatan. <br /><br />Satu hal yang barangkali meragukan, yaitu tentang air. Orang sering disodorkan foto angsa di atas air sehingga berkonotasi bahwa angsa dan air tidak dapat dipisahkan. Sebenarnya tidak demikian, bahkan sebaliknya lumpur dapat menimbulkan penyakit pada angsa. Angsa jelas dapat menjadi ternak peliharaan yang baik di pekarangan rumah. <br /><br />Pemilihan bibit <br />Pertama-tama yang harus ditentukan adalah pemilihan bibit angsa. Memilih bibit tergantung dari tujuan pemeliharaannya. Bila untuk sekedar hobby maka akan banyak pilihan karena sifatnya kesukaan pribadi. Sedangkan untuk keperluan memproduksi daging atau telur, pilihan menjadi agak terbatas karena harus memperhitungkan faktor ekonomis yaitu ongkos produksi harus lebih rendah dari harga jual. Mengkalkulasi ongkos produksi sudah barang tentu bukan pekerjaan mudah bagi seorang pemula. Barangkali salah satu cara untuk mengurangi kerugian dari kemungkinan gagal adalah mulailah dengan sedikit. Untuk produksi daging usahakan agar waktu penjualannya yaitu saat angsa berumur 4 sampai 6 bulan jatuh menjelang Hari Raya Idulfitri yang biasanya harganya lebih baik. Untuk patokan harga daging dan telur tiap hari bisa dilihat di Departemen Perdagangan dan Perindustrian R.I. <br /><br />Jenis bibit angsa yang terkenal diantaranya adalah Toulouse, Embden dan African yang tergolong paling berat tubuhnya, Pilgrim yang berat tubuhnya pertengahan dan Chinese yang paling ringan beratnya. Walaupun demikian, kecepatan pertumbuhan dan kemampuan berproduksi telur pada jenis bibit yang sama belum tentu akan sama hasilnya. Jadi dari pengalaman berternak nantinya, pilihlah bibit dari induk yang pertumbuhannya paling cepat dan menghasilkan banyak telur. <br /> <br />Angsa Toulouse Angsa Embden Angsa Afrika<br /> <br />Angsa Pilgrim Angsa China Angsa Norwegia<br /><br /><br /><br />Kandang dan peralatan <br />Angsa tergolong binatang yang tidak kerasan tinggal di kandang. Biarkan mereka berkeliaran di halaman belakang sampai batas tertentu. Kandang diperlukan sebagai tempat berteduh dari hujan lebat dan angin kencang disamping sebagai tempat tidurnya. Ukuran kandang yang dianggap memadai untuk tiap ekor angsa adalah 1 X 1 meter persegi ditambah 3 sampai 4 X 1 meter persegi sebagai pekarangannya. Atap kandang diusahakan tidak bocor agar waktu hujan tetap kering. Makanan sebaiknya dibiasakan diberikan dalam kandang dalam baskom atau wadah plastik yang terbuka. Air minumannya diusakan berada di luar kandang untuk menjaga agar kandang tetap kering. Sarang tidak diperlukan kecuali sudah ada yang bertelur. Sarang bisa dibuat dari kotak kayu yang di dalamnya diberi alas dari serutan kayu atau pecahan strowbur. Cahaya di kandang harus cukup untuk menstimulasi percepatan produksi telur. <br /><br />Memberi makan <br />Dalam masa pembiakan, pemberian 15% protein ditambah vitamin dalam kadar yang sama seperti untuk ayam dalam masa pembiakan dianggap telah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi. Makanan sebaiknya tetap tersedia, demikian pula halnya dengan kulit kerang dan pasir. Makanan lainnya tidak ada yang spesifik, dedak dicampur sayuran atau sisa makananpun tidak menjadi masalah. Angsa sangat lahap dalam memakan rumput atau daun-daunan. Dibawah ini adalah tabel komposisi nutrisi sebagai acuan apabila memungkinkan untuk memberikannya. <br />Komposisi bahan Starter Grower-Finisher(Range)<br />Ground yellow corn 15 20<br />Ground barley 20 25<br />Ground oats 20 25<br />Meat scrap (50%) 2 3<br />Soybean oil meal (47%) 21,5 4<br />Dried whey 2 -<br />Dehidrated alfalfa meal (17%) 3 -<br />Dicalcium phosphate 0,5 -<br />Iodized salt 1 1<br />TOTAL 100 100<br />Tambahan: <br />Riboflavin 2 gram/ton -<br />Niacin 20 gram/ton -<br />Vitamin B12 6 miligram/ton -<br /><br /><br />Apabila pemeliharaan angsa dimaksudkan untuk dikonsumsi, umur angsa yang baik untuk dikonsumsi adalah 4 sampai 6 bulan. Keram mereka pada sangkar yang lebih kecil dan berikan makanan penuh (full feed) 3 atau 4 minggu sebelum batas waktu dikonsumsi. <br /><br />Adalah sangat mungkin untuk menumbuhkan angsa lebih cepat dengan memberi makan penuh (full feeding grower-finisher pellets) sepanjang masa pertumbuhan. Akan tetapi bila mereka telah mencapai berat yang diinginkan (5,5 sampai 7,5 kilogram) dalam waktu 12 sampai 14 minggu, maka kondisi bulunya akan banyak bulu-bulu pendek yang akan sulit dicabut dan dibersihkan. Setelah lewat 14 minggu, kondisi bulunya akan cepat membaik. Jadi ada baiknya menghemat rumput dengan membatasi pemberiannya pada masa awal dan berkonsentrasi pada masa akhir menjelang dikonsumsi atau dipasarkan. <br /><br />Pembiakan <br />Biasanya angsa paling baik dijodohkan sepasang atau bertiga. Angsa jantan yang perkasa akan puas mendapat jodoh dengan 4 atau 5 betina. Apabila mereka telah memilih sendiri pasangannya, maka banyak sekali jantan berpasangan dengan betina yang sama dari tahun ke tahun. Jumlah telur yang dihasilan pada tahun ke dua akan lebih vanyak dari tahun pertama. Prosentase keberhasilan penetasannyapun semakin baik. Induk angsa dapat terus memproduksi telur sampai 10 tahun. Dari hasil penelitian, kemampuan reproduksi angsa jantan lebih cepat menurun dibandingkan angsa betina. <br /><br />Pemeliharaan telur <br />Ambil telur dua kali tiap hari, terutama pada musim hujan. Selalu hati-hati dalam pengentasan telur. Berihkan bilamana dipandang perlu. Temperatur yang paling baik pada tempat penyimpanan telur adalah 7 sampai 13°C dengan kelembaban relatif paling kecil 70%. Bila telur akan disimpan lebih dari dua hari, balikkan tiap hari agar prosentase penetasannya meningkat. Apabila cara penyimpanan telur kurang baik, prosentase penetasan ini menurun setelah telur disimpan 6 - 7 hari. Apabila cara penyimpanannya tepat telur dapat bertahan 10 sampai 14 hari dengan hasil pengentasan yang tidak berkurang. <br /><br />Pengeraman telur <br />Masa penginkubasian telur angsa yang paling umum adalah antara 29 sampai 30 hari. Empat sampai enam telur dapat diinkubasi pada setelan untuk ayam betina sedangkan 10 sampai 12 telur pada setelan angsa. Balikkan telur tiga atau lima kali sehari apabila incubator tidak bekerja sendiri. Angka bilangan pembalikkan telur harus ganjil untuk mencegah letak telur berada pada posisi yang sama tiap malam. <br /><br />Apabila telur dieram oleh induk ayam, ambilah anak angsa dari sarang segera setelah dientaskan. Simpan di tempat yang hangat sampai beberapa jam. Apabila anak angsa tidak segera diambil, maka induk ayam mungkin akan meninggalkan sarangnya lebih awal sebelum semua telur menetas. (IRS 5 Desember 2001) <br /><br /><br />Nah sekian tip tentang "Cara memelihara angsa di halaman rumah". Selamat memulai dan semoga berhasil! Sering-seringlah mampir di situs Peternakan ini karena kami sedang mempersiapkan tip-tip yang lain. <br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/angsa.html pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-30801340395619617892008-11-11T22:32:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.478-07:00Memilih Varietas Ayam <br /><br />Suatu varietas ayam adalah suatu ras atau family dari ayam yang memiliki kesamaan umum dalam hal ukuran, bentuk atau profil, dan pembawaan. Semua ayam dalam satu varietas akan memiliki karakteristik yang sama yaitu: warna kulit, Varietas ini selanjutnya dibagi ke dalam beberapa kelas. Kelas ayam yang sudah banyak dibudidayakan pada umumnya diberi nama yang dikaitkan dengan tempat asalnya, misalnya American, Asiatic, English, Mediteranian, dan semacamnya.<br /><br />Untuk memulai usaha kecil-kecilan di bidang peternakan ayam, ada tiga jenis varietas yang bisa dipilih berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu: ayam petelur, ayam pedaging atau ayam potong, dan ayam berfungsi ganda untuk kedua maksud tersebut.<br /><br />Ayam petelur - Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 10 - 12 tahun. Umumnya, produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun.<br /><br />Ada dua pilihan untuk ayam petelur ini yang dibedakan dari warna telurnya, yaitu:<br />Telur berwarna putih<br />Ayam petelur dengan telur berwarna putih yang terbaik adalah dari Jenis ras Leghorn. Hanya saja ayam ini suka terbang dan sangat berisik. Jenis ras lainnya yang menghasilkan telur putih diantaranya adalah Minorcas. Anconas, dan California White. <br />Red Leghorn Pearl White Leghorn<br /><br />Telur berwarna coklat<br />Sedangkan ayam peterlur dengan telur berwarna coklat yang terbaik adalah dari Jenis ras Production Red. Ayam hibrida ini adalah hasil perkawinan silang dari ayam petelur Rhode Islands Red dan New Hampshire. Sedangkan ayam ras Rhode Islands Red dan New Hampshire sendiri sudah tergolong sebagai ayam petelur yang baik dalam menghasilkan telur berwarna coklat. <br />Barred Rock Black Australorp Production Red Gold Star<br /> <br />Black Sex Link White Rock Buff Orpington Silver Laced Wyandotte<br /><br /><br />Ayam pedaging - Ayam silang Cornish Rock adalah ayam pedaging yang tergolong terbaik pada saat ini. Ayam ini merupakan hasil silang dari Cornish dan Plymouth Rock. Ayam pedaging lainnya yang tergolong baik adalah dari jenis ras Brahmas, Cochins, dan Cornish. Ayam pedaging yang baik adalah ayam yang mengkonsumsi dua kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram berat tubuhnya. Ayam betina pada umumnya djual ke pasar pada saat beratnya mencapai antara satu tiga per empat kg sampai dua setengah kg sedangkan ayam jantan antara tiga kg sampai empat kg. Ayam yang semakin cepat pertumbuhannya maka semakin ekonomis unuk dipelihara. <br />Red Broiler Black Broiler<br /><br /><br />Ayam berfungsi ganda - Ayam pada jenis ini merupakan campuran antara ayam petelur dan ayam pedaging. Dominiques, Plymouth Rocks, Sussex, Orpington, and Wynadottes adalah beberapa ras ayam dari ayam berfungsi ganda. Ayam kampung di negara kita adalah termasuk pada jenis ini.Telur ayam jenis ini berwarna coklat dan mereka membesarkan sendiri anak-anaknya. Pada umumnya mereka tidak menghasilkan berat tubuh secepat ayam pedaging dan juga tidak menghasilkan telur sebanyak ayam petelur. Ayam ini berciri khas sebagai ayam yang dipelihara di halaman belakang rumah. Peternak akan memperoleh telur ayam untuk konsumsi sehari-hari disamping sesekali memperoleh daging ayam jantan dari kelebihan jumlah yang diperlukan dan daging ayam-ayam tua yang sudah tidak produktif lagi.<br /><br />Pertimbangan lain dalam memilih jenis varietas ayam adalah kondisi cuaca lokal di tempat peternakan berada.<br /><br />Ayam yang berbulu tebal akan lebih cocok dipelihara ditempat yang bercuaca lebih dingin dari pada ayam yang berbulu tipis. Orpingtons, Brahmas, Cochins. Plymouth Rocks, Rhode Island Reds dan Wyandottes adalah ayam-ayam yang berbulu tebal yang berarti cocok pada cuaca dingin. Leghorn, Minorca, Andalusian, Hamburgs dan ayam Mediterranean lainnya akan lebih baik dipelihara pada tempat-tempat yang bercuaca lebih hangat.<br /><br />Untuk lebih jelasnya dalam menentukan varietas yang cocok dengan cuaca lokal di tempat Anda, sebaiknya dikonsultasikan pada Dinas Peternakan Ayam setempat atau perusahaan ternak ayam terdekat.<br /><br />Lebih lanjut, sebaiknya dibiasakan membeli anak ayam yang berkualitas sesuai kebutuhan. Apabila anak ayam dibeli dari perusahaan peternakan ayam, mintalah sekalian divaksinasi terhadap penyakit Marek. Vaksinasi ini sebaiknya dilakukan segera setelah anak ayam dientaskan agar sepanjang hidupnya tercegah dari serangan penyakit Marek yang sangat mematikan. Untuk broiler atau ayam pedaging, agar lebih murah harganya, pilihlah anak ayam yang belum diseleksi kelaminnya (straight-run).<br /><br />Hendaknya diingat bahwa pada waktu memilih varietas ayam ini apabila ada yang cocok jangan dulu langsung dibeli. Anggap saja Anda berada dalam tahapan sedang melakukan survey, bukan sedang membeli. Pembelian anak ayam sebaiknya dilakukan apabila segala persiapan untuk kedatangan anak ayam telah selesai dikerjakan, karena apabila belum siap maka risiko kematian anak ayam yang baru dibeli tersebut akan sangat tinggi.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik01.html <br /><br /> Persiapan Sebelum Anak Ayam Tiba <br /><br />Biasakan membeli anak ayam yang berkualitas sesuai kebutuhan. Untuk ayam petelur, belilah anak ayam betina yang telah diseleksi kelaminnya (sexed pullet). Untuk jenis rasnya pilihlah Leghorn atau Rhode Island Red atau ayam lainnya yang masuk dalam katagori sebagai ayam petelur yang baik. Untuk broiler atau ayam pedaging, agar lebih murah harganya, pilihlah anak ayam yang belum diseleksi kelaminnya (straight-run). Untuk jenis rasnya pilihlah Plymouth Rock atau ayam pedaging komersial lainnya.<br /><br />Apabila anak ayam dibeli dari perusahaan peternakan ayam, mintalah sekalian divaksinasi terhadap penyakit Marek. Vaksinasi ini sebaiknya dilakukan segera setelah anak ayam dientaskan agar sepanjang hidupnya tercegah dari serangan penyakit Marek yang sangat mematikan.<br /><br />Barang bekas berupa kotak kayu yang besar dapat dibuat sebagai kandang anak ayam. Buatlah lubang disisinya untuk memasukkan kabel lampu. Lampu 60 Watt di dalam kandang akan memberikan panas yang cukup pada anak ayam dan biasanya mereka akan mencari sendiri posisi yang paling nyaman. Usahakan agar lampu tidak menyentuh kandang untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebakaran.<br /><br />Sebagai alas atau talam (litter) dalam kandang dapat digunakan kulit gabah atau butiran strowbur (plastik busa) yang masih baru dengan ketebalan antara 10 sampai 15 cm. Kandang yang baik bagi anak ayam adalah apabila suhu di sisi luar sebelah bawah kandang berkisar antara 30 sampai 32ºC. Sebilah papan atau anyaman kawat setinggi kurang lebih 60 cm dari dasar kandang dipasang sebagai penghalang anak ayam dari sumber panas.<br /><br />Ventilasi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya suhu di dalam kandang. Beberapa ventilasi sebaiknya disediakan penutupnya. Pada musim dingin, semua ventilasi yang menghadap pada arah angin masuk terutama yang dekat lantai hendaknya ditutup. Sedangkan pada musim panas, bukalah ventilasi selebar-lebarnya agar udara segar masuk sebanyak-banyaknya.<br /><br />Penggunaan kipas harus dihindarkan karena dapat mnyebabkan ayam menjadi sakit. Disamping penyakit stres, ayam yang berada dalam tempat yang terlalu panas karena sistem ventilasi yang buruk, akan tidak mau makan atau minum secara normal. Akibatnya ayam akan cacat dan bagi ayam petelur tidak akan tumbuh dengan baik atau kerdil.<br /><br />Kandang harus aman dari gangguan kucing, tikus, serta binatang pemangsa lainnya. Periksa juga atapnya apakah tidak bocor apabila hujan turun.<br /><br />Sebelum anak ayam tiba, Anda harus yakin betul bahwa Anda telah siap menerimanya. Kandang dan semua peralatan telah dibersihkan dan disemprot anti hama. Pekerjaan tersebut sudah harus selesai beberapa hari menjelang anak ayam tiba sehingga kandang benar-benar telah kering pada saat anak ayam tiba.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik02.html<br /><br />Mulai Menempatkan Anak Ayam dengan Benar <br /><br />Segala sesuatunya sudah harus siap bila anak ayam Anda tiba - kandang kering, peralatan bersih, suhu kandang diatur tepat, tempat air dan makanan terisi, lantai ditutup bersih, alas (litter) kering, dan penghalang panas berjalan dengan baik. Anda sekarang siap menempatkan anak ayam untuk dibesarkan.<br /><br />Bila anak ayam tiba, secara lembut angkat mereka dari kotak pengirimannya dan letakkan pada kandang yang hangat. Jangan dijatuhkan atau ditaburkan begitu saja karena dapat melukainya dan akan tetap cacat. Anak ayam yang masih kecil harus mendapat banyak makanan dan air segera setelah diletakkan di kandang. Sediakan paling sedikit empat tempat berukuran satu quart ( ± satu liter) atau dua tempat berukuran satu galon (empat quart) air untuk tiap 100 anak ayam. Masukkan sekitar lima anak ayam ke tempat air agar mereka tahu dimana air berada.<br /><br />Tempatkan pakan pemula (starter feed) pada karton tempat telur atau kertas yang berukuran 12"x12" dan diletakkan disekitar tempat minum. Penempatan pakan yang bersifat sementara ini diperlukan agar mudah kelihatan oleh anak ayam dan memancingnya agar segera memakannya. Tempat pakan biasa yang berukuran kecil ditempatkan di dalam kandang pada hari ke dua untuk mengurangi penghamburan makanan. Karton telur atau kertas tempat makanan sementara bisa dikeluarkan bila anak ayam telah berusia 5 hari dan terlihat telah makan dari tempat makan yang disediakan.<br /><br />Penyakit dapat segera menyebar apabila pakan dan minuman untuk anak ayam telah terkontaminasi. Pakan dan air harus diperiksa setiap hari. Apabila kotor dan kemungkinan telah terkontaminasi, tempat pakan dan air harus segera dibersihkan. Pakan dan minumannya juga harus diganti dengan yang baru. Tempat pakan harus benar-benar kering sebelum diisi dan pakan tersebut harus senatiasa berada dalam keadaan kering. Penyebab utama dari penyakit adalah bersumber dari pakan dan air yang tidak bersih.<br /><br />Beberapa hari pertama dari kehidupan anak ayam adalah masa yang paling kritis sehingga harus hati-hati. Berilah perhatian tambahan dalam menyediakan kebutuhan dasar anak ayam agar kelak dapat memungut hasilnya.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik03.html <br /><br /> Perhatian pada Anak Ayam <br /><br />Bunyi anak ayam adalah kunci untuk mengetahui keadaan kenyamannya. Apabila merasa senang, makan cukup, suhu cocok, dan perasaan nyaman maka senangnya anak ayam ditunjukkan dengan mengeluarkan bunyi yang bernada rendah dan lembut. Apabila kedinginan, maka suara anak ayam akan tidak beraturan dan cenderung menciak keras. Jadi, periksalah kandangnya apabila mereka berisik.karena anak-anak ayam yang merasa kurang nyaman - alas lembab, kepanasan, kelaparan, atau kehausan - akan mengeluarkan bunyi yang riuh dan keras.<br /><br />Anak ayam yang kedinginan ataupun kepanasan pertumbuhan awalnya akan lamban dan tidak akan berkembang menjadi petelur yang menguntungkan. Jadi harus selalu diperiksa bahwa mereka tidak memperoleh suhu yang terlampau dingin atau terlampau panas. Penghalang panas hanya diperlukan selama 3 - 4 hari pertama untuk melatih anak ayam dimana tempat yang panas berada. Penghalang ini harus dipindahkan setelah hari ke tujuh.<br /><br />Suhu di dalam kandang bagi anak ayam berumur sehari disarankan berkisar 32ºC. Suhu ini diturunkan 3 sampai 4 derajat tiap minggu sampai palng rendah mencapai 21ºC akhir minggu ketiga. Setelah itu, panas dari kandang biasanya tidak diperlukan lagi kecuali apabila angin dingin menyerang.<br /><br />Kebersihan merupakan keharusan. Tempat minum harus dibersihkan tiap hari. Alas kandang tdak boleh basah karena anak ayam akan kedinginan. Kandang tidak boleh lembab karena dapat mengundang penyakit.<br /><br />Anak ayam selamanya harus memperoleh banyak pakan dan minum. Pakan pemula (starter feed) adalah satu-satunya makanan untuk anak ayam sampai berumur 6 minggu. Pakan "grower" atau "finisher" diberikan pada ayam jantan yang nantinya dimaksudkan untuk dijual, sedangkan pakan "developer" diberikan pada ayam betina sampai umurnya mencapai 20 minggu. Ayam betina yang sedang bertelur diberikan pakan "layer" yang mengandung nutrisi yang diperlukan untuk menghasilan produksi telur yang tinggi. Mengganti sebagian pakan "layer" dengan makanan lain akan mengurangi kemampuannya dalam memproduksi telur.<br /><br />Perhatian yang diberikan pada anak ayam yang dimulai dari saat kedatangannya sampai dengan masa pertumbuhannya dapat menentukan berapa banyak jumlah anak ayam yang akan bertahan hidup dan berapa banyak telur yang akan dihasilkannya pada saatnya nanti mereka bertelur.<br />Tabel program pencahayaan untuk Leghorn <br /><br /> Komposisi Terang dan Gelap<br />Umur Ayam Terang Gelap<br /> 0 sampai 3 hari 22,00 2,00<br /> 3 hari sampai 1 minggu 20,00 4,00<br /> 1 sampai 2 minggu 18,00 6,00<br /> 2 sampai 3 minggu 16,00 8,00<br /> 3 sampai 8 minggu 14,50 9,50<br /> 9 minggu 14,00 10,00<br /> 10 minggu 13,75 10,25<br /> 11 minggu 13,50 10,50<br /> 12 minggu 13,25 10,75<br /> 13 minggu 13,00 11,00<br /> 14 minggu 12,75 11,25<br /> 15 sampai 17 minggu 12,50 11,50<br /> 18 minggu 13,50 10,50<br /> 19 minggu 14,50 9,50<br /> 20 minggu 15,00 9,00<br /> 21 minggu 15,50 8,50<br /> 22 minggu 15,75 8,25<br /> 23 minggu 16,00 8,00<br /> 24 minggu 16,25 7,75<br /> 25 minggu dan seterusnya 16,50 7,50<br /><br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik04.html<br /><br />Penyediaan Tempat untuk Anak Ayam <br /><br />Agar anak ayam tumbuh dan tetap sehat, mereka harus disediakan ruangan yang luas untuk bermain, makan, dan minum. Berikan banyak tempat pakan dan air minuman. Anak ayam yang masih kecil tidak akan berjalan lebih dari 3 meter untuk mencari pakan dan air. Tiap 10 ekor anak ayam membutuhkan satu m2 luas lantai sampai mereka berumur 6 minggu. Anak ayam membutuhkan tempat yang cukup di sekitar makanan sehingga semuanya bisa makan secara bersamaan tanpa berdesakan.<br /><br />Sediakan tempat pakan sebanyak 2 buah yang panjangnya 1,5 meter atau 6 buah yang panjangnya 45 cm untuk tiap 100 ekor anak ayam selama 3 minggu pertama. Setelah itu, sediakan tiga atau empat buah tempat pakan yang panjangnya 1,5 m untuk tiap 100 ekor ayam.<br /><br />Jangan menghambur-hamburkan makanan. Bagian terbesar unsur biaya dalam ongkos produksi ternak ayam adalah pakan. Selama beberapa minggu pertama tempat pakan diisi hampir penuh. Jangan terlampau penuh karena akan diacak-acak oleh anak ayam dan berhamburan di dalam kandang. Setelah anak ayam sedikit besar, isi pakan dikurangi sampai setengah tinggi tempat pakan. Gunakan alat untuk mencegah anak ayam masuk ke tempat pakan dan mengaisnya sehingga berhamburan ke luar atau mengkontainasi makanan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.<br /><br />Secara bertahap, tempat air haus diganti dari ukuran quart ke galon atau menggunakan tempat air yang otomatis. Sediakan tiga atau empat tempat air yang berisikan satu galon atau dua buah tempat air otomatis untuk tiap 100 ekor ayam.<br /><br />Tempat air harus selalu berisikan air yang bersih, segar, dan dingin. Wadahnya sendiri harus dibersihkan, dicuci dengan sabun dan diisi kembali tiap hari. Bila memungkinkan ketinggian air selalu barada di pertengahan kedalaman. Secara berkala, ketinggian dari tempat air dan tempat pakan disesuaikan dengan tingginya punggung ayam.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik05.html <br /><br /> Kebutuhan atas Udara Segar <br /><br />Ventilasi yang tepat di kandang pemanas anak ayam adalah hal yang sangat penting. Penggunaan kipas harus dihindarkan karena dapat mnyebabkan ayam menjadi sakit. Disamping penyakit stres, ayam tidak akan mau makan atau minum secara normal apabila berada dalam tempat yang terlalu panas karena sistem ventilasi yang buruk. Akibat lebih lanjutnya adalah ayam akan cacat dan menjadi kerdil.<br /><br />Waspadalah terhadap kemungkinan terjadinya perubahan cuaca yang tiba-tiba. Buatlah penyesuaian yang diperlukan atas sistem ventilasi kandang. Pada musim dingin, tutup semua ventilasi yang menghadap pada arah angin masuk terutama yang dekat lantai. Pada musim panas, bukalah ventilasi selebar-lebarnya agar udara segar masuk sebanyak-banyaknya.<br /><br />Ventilasi yang baik dapat mencegah penyakit yang disebut coccidiosis. Apabila penyakit ini menyerang, ayam akan banyak yang mati dan yang bertahan hidup akan cacat seumur hidupnya.<br /><br />Coccidiosis adalah penyakit yang ditimbulkan oleh binatang bersel satu (protozoa) yang menyerang sistem pencernaan. Jangan biarkan penyakit pembunuh ini menyerang tiba-tiba. Pendarahan dan kotoran berwarna hitam adalah indikasi awal dari penyakit ini, terutama coccidiosis jenis cekak (cecal). Anak ayam yang terinfeksi bulunya tidak mulus, aktivitasnya di bawah normal dan nafsu makan dan minumnya berkurang.<br /><br />Pencegahan yang paling baik untuk Coccidiosis adalah pengelolaan dan sanitasi yang cermat. Semua peralatan agar senantiasa dijaga dalam keadaan bersih, terutama tempat pakan dan tempat air. Organisme coccidia membutuhkan tempat yang berada dalam kondisi yang lembab atau basah untuk melanjutkan siklus kehidupannya. Apabila membersihkan tempat air, jangan membuang sisa air ke alas kandang. Alas kandang harus senantiasa kering dengan membalikannya tiap minggu serta membuang kotoran yang menempel padanya. Ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga alas kandang tidak sapai lembab. Sirkulasi udara dalam kandang harus bekerja dengan baik tetapi hindarkan penggunaan kipas angin terutama apabila anak ayam masih kecil.<br /><br />Coccidiosis dapat menyerang setiap saat setelah anak ayam berumur 2 minggu. Jangan menunggu sampai semua ayam di kandang menunjukkan gejala yang sama baru mengambil tindakan pengobatan. Begitu kelihatan ada tanda yang menngarah pada penyakit itu, segera dapatkan obat yang cocok dari toko obat atau perusahaan peternakan ayam. Lakukan pengobatan segera dengan mengikuti petunjuk yang tertera pada label obat.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik06.html <br />Penyediaan Air Bersih Yang Memadai <br /><br />Air adalah hal yang vital untuk pertumbuhan anak ayam. Berikan air yang cukup yang ditempatkan pada tiap jarak 3 meter dalam kandang. Meletakkan tempat air pada ranggka kandang akan menolong mencegah alas kandang terkena tumpahan air sehingga alas kandang tersebut berada dalam keadaan tetap kering.<br /><br />Untuk tiap 15 anak ayam diperlukan satu air mancur yang berisikan satu liter air. Apabila jumlah anak ayam lebih banyak, maka untuk menghemat waktu dan tenaga kerja, sebaiknya disediakan tempat air yang berukuran lebih besar. Dua buah air mancur yang berukuran empat liter adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan 100 anak ayam. Keseratus anak ayam ini akan mengkonsumsi paling sedikit empat sampai lima liter air setiap hari pada enam minggu pertama pertumbuhannya. Setelah itu sejalan dengan pertumbuhannya mereka akan membutuhkan air yang lebih banyak sehingga jumlah air mancur perlu ditambah.<br /><br />Yakinkan bahwa tiap anak ayam bisa memperoleh air yang segar, bersih dan dingin sepanjang waktu. Peralatan air mancur dibersihkan dan diisi setiap hari.<br /><br />Ada baiknya semua peralatan air minumnya tiap minggu disanitasi dengan satu ons cairan chlorine dicampur dalam 20 liter air. Rendam peralatan tersebut selama lima belas menit sebelum diisi air kembali.<br /><br />Apabila udara sekitar atau suhu pemanas dalam kandang sangat tinggi, air minumnya sebaiknya tiap harinya diganti beberapa kali agar anak ayam tetap memperoleh air yang dingin. Apabila suhu air lebih dari 37C maka anak ayam akan mengurangi mengkonsumsi air sehingga nantinya akan mempengaruhi pertumbuhannya.<br /><br />Penggunaan gula atau vitamin yang ditambahkan pada air minumnya untuk memperoleh anak ayam yang berkualitas dan sehat tidak diperlukan. Apabila penambahan ini dilaksanakan, maka semuanya harus melalui proses penggantian dan pembersihan tiap hari untuk menghindari munculnya penyakit dari sisa bahan tambahan tersebut.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik07.html<br /><br />Memberi Pakan Yang Tepat <br /><br />Anak ayam memerlukan pakan berkualitas tinggi agar tumbuh dengan prima. Pakan yang mengandung nutrisi seimbang dapat diperoleh dari toko makanan ayam. Berikan pakan “starter” untuk anak ayam selama tiga minggu pertama dan kemudian disambung dengan “grower” sampai berumur 10 minggu. Bagi ayam petelur, berikan pakan “developer” pada umur 10 sampai 20 minggu. Setelah lewat 20 minggu, berikan pakan “laying mash” agar dapat menghasilkan tingkat produksi telur yang tinggi dengan kualitas telur yang baik.<br /><br />Hindari pemberian pakan tambahan selain pakan seperti yang disebutkan di atas. Menu pakan starter, grower, developer, dan layer diformulasikan dan dirancang sebagai satu-satunya pakan untuk makanan ayam. Apabila makanan tambahan diberikan, ayam cenderung untuk mengurangi mengkonsumsi pakan komplit yang seharusnya dengan adanya makanan tambahan tadi, dan akhirnya mereka tidak menerima jumlah nutrisi yang semestinya. Akibatnya ayam menjadi kekurangan gizi dan tingkat pertumbuhannya atau produksi telurnya akan menurun, dan kemudian mati.<br /><br />Berikan ruang pakan yang luas. Setiap anak ayam pada tingkat awal memerlukan 2,5 cm ruang pakan. Kebutuhan ruang pakan ini meningkat sejalan dengan pertumbuhannya. Berikan satu atau dua tempat pakan berukuran 120 cm untuk tiap 100 ekor anak ayam untuk 3 minggu pertama. Setelah lewat waktu tersebut, berikan tiga atau empat tempat pakan berukuran 120 cm untuk tiap 100 ekor anak ayam. <br />24" slide top feeder 6" Mason Jar Galvanized feeder<br /><br /><br />Jangan membuang-buang pakan. Tiga per empat atau lebih dari biaya produksi ternak ayam adalah biaya untuk pakan. Jangan pernah mengisikan pakan melebihi setengah dari isi tempat pakan, karena anak ayam akan mengaisnya sehingga pakan akan berhamburan ke alas kandang dan akhirnya terbuang percuma. Dan penahan tampias pada tempat pakan dijaga agar berada pada tempatnya untuk mengurangi penghamburan pakan dan mencegah terjadinya kontaminasi. Naikkan ketinggian tempat pakan disesuaikan dengan pertumbuhan anak ayam. Bibir tempat pakan harus senantiasa sama tinggi dengan punggung anak ayam.<br /><br />Jangan biarkan kehadiran ayam jantan yang tidak direncanakan mengurangi kesempatan tumbuh pada ayam petelur. Ayam jantan adalah broiler yang baik untuk dikonsumsi saat berumur 7 sampai 9 minggu. Memisahkan ayam jantan dengan sendirinya akan mengurangi jumlah pengeluaran biaya untuk pakan. Apabila yang diperlukan adalah ayam petelur, maka untuk peliharaan ayam berikutnya sebaiknya membeli anak ayam yang baru dientaskan dalam keadaan telah dipilih jenis kelaminnya (sexed pullet). Apabila membeli dalam keadaan campuran (straight-run). ayam jantan baru dapat diketahui setelah berumur 6 minggu dan rencanakan untuk menjualnya setelah mencapai ukuran yang diinginkan.<br />Tabel panduan pemberian pakan pada ayam petelur <br /><br />Pakan & Umur Protein % Met. Energy, Kcal/lb.<br /> Starter, 0 - 6 minggu 20,0 1325 - 1375<br /> Grower, 6 - 8 minggu 18,0 1350 - 1400<br /> Developer, 8 - 15 minggu 16,0 1375 - 1425<br /> Pre Layer, 15 - 18 minggu 14,5 1350 - 1400<br /> Layer, selama bertelur 15,0 1300 - 1450<br /><br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik08.html<br /><br />Memelihara Perkembangan Ayam <br /><br />Dengan sistem ventilasi dalam kandang yang tepat, pemberian air minum yang bersih, dan pemberian makanan yang dijaga keseimbangannya maka anak ayam akan terus tumbuh dengan baik. Ventilasi yang tepat akan menjaga kandang dan alasnya tetap kering sehingga membantu dalam mencegah timbulnya penyakit. Alas yang basah atau kandang yang lembab akan mengundang penyakit. Selanjutnya, anak ayam akan tumbuh lebih cepat dan hidup lebih baik bila mereka ditempatkan pada kandang yang cukup luas. Tambahkan tempat pakan dan tempat minumnya sesuai kebutuhannya dengan semakin besarnya tubuh anak ayam mengikuti pertumbuhannya.<br /><br />Ayam betina yang akan dipelihara untuk memproduksi telur memerlukan banyak pakan yang masih segar dan air bersih sepanjang waktu. Jangan biarkan mereka kelaparan apabila tidak menginginkan produksi telurnya mengecewakan pada saatnya bertelur nanti.<br /><br />Sediakan pakan penumbuh (growing mash) yang baik di depan ayam sepanjang waktu. Air harus tetap segar dan dingin. Air mancur dijaga agar senantiasa dalam keadaan yang baik dan selalu dibersihkan setiap hari.<br /><br />Saat ayam betina sedang tumbuh adalah saat yang paling baik untuk membentuk berat tubuhnya yang baik, kuat dan penuh vitalitas. Saat yang paling kritis selama hidupnya ayam betina adalah selama masa pertumbuhannya. Apabila Anda menginginkan ayam yang memberikan keuntungan, maka perhatikan bahwa mereka berkembang dengan baik selama masa pertumbuhannya.<br /><br />Bersihkan semua sampah dan benda-benda aneh dari tempat pakannya setiap hari. Apabila pakan untuknya kelihatan basah pada tempat makananya, sebaiknya segera diganti. Bersihkan dan keringkan tempat pakannya sebelum diisi kembali dengan makanannya yang baru.<br /><br />Tempat yang terlalu berdesak-desakan, temperatur yang terlalu panas, tempat pakan dan tempat air minum yang kurang banyak, pakan yang tidak mencukupi, dan adanya penyakit parasit merupakan sumber dari timbulnya kanibalisme. Pemeliharaan serta pengelolaan ternak ayam yang baik akan mencegah timbulnya problema kanibalisme.<br /><br />Apabila anak ayam dibiarkan berkeliaran, mereka harus dilindungi dari pemakan mangsa dan ayam yang buas terutama pada malam hari. Tikus dan kutu ayam kalau dibiarkan dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan ayam yang ahirnya dapat menimbulkan penyakit.<br /><br />Pisahkan ayam betina muda dari yang lebih tua. Hal Ini akan menolong mengurangi kemungkinan menyebarnya penyakit dari induk ayam yang lebih tua ke yang lebih muda. Ayam betina dapat terkena penyakit cacing. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdapat sejumlah obat yang dapat dipergunakan untuk mencegah parasit pada ayam yang datangnya dari dalam. Dengan pengelolaan dan sanitasi yang baik dapat membantu mengurangi terjangkitnya parasit. Periksalah beberapa ayam betina dari waktu ke waktu untuk parasit yang datangnya dari luar seperti kutu ayam.<br /><br />Tetaplah berjaga-jaga atas munculnya setiap pertanda yang menunjukkan awal timbulnya penyakit. Apabila identifikasi masalah dibuat lebih dini, maka akan lebih mudah dalam menangani dan menghilangkan masalah tersebut dari pada menunggu setelah kerusakan terjadi. Banyak penyakit yang dapat diidentifikasikan berdasarkan gejala-gejala yang ditunjukkannya.<br /><br />Sebaiknya menghubungi tenaga ahli ternak ayam atau pedagang yang berkecimpung dalam usaha ternak ayam untuk memperoleh bantuan apabila menghadapi masalah penyakit pada ayam Anda.<br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik09.html <br /><br /><br /> Vaksinasi Ayam <br /><br />Kerugian besar dalam produksi telur yang terjadi pada kebanyakan peternakan disebabkan oleh gagalnya memvaksinasi terhadap penyakit Fowl fox dan Newcastle. Jangan biarkan penyakit tersebut lepas dari penjagaan Anda. Vaksinasilah sebelum terlambat. Beberapa minggu produksi akan hilang bila ayam betina yang tidak divaksinasi terkena penyakit setelah mereka mulai bertelur.<br /><br />Vaksinasi terhadap kedua penyakit tersebut di atas dapat dilakukan setiap saat setelah ayam berumur 8 minggu. Jangan menunggu lebih lama setelah 8 minggu karena akan menghadapi risiko besar atas kehilangan beberapa ayam. Untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan akibat dari vaksin, pada saat divaksinasi ayam harus berada dalam keadaan sehat atau tidak sedang terinfeksi parasit. Sekali vaksinasi hanya untuk satu jenis penyakit, sedangkan vaksinasi untuk jenis penyakit lainnya dapat dilakukan kurang lebih 3 minggu sesudahnya.<br /><br />Methode yang digunakan untuk memvaksinasi terhadap penyakit Fowl Pox dan Newcastle adalah methode jaringan sayap. Methode ini sangat sederhana. Semua bulu di dekat siku dari salah satu sayap dibuang sehingga jaringan kulit yang cukup luas kelihatan sebagai tempat untuk penyuntikkan vaksin agar semua vaksin dapat dimasukkan pada ayam. Isi jarum vaksin dengan obat vaksin dan suntikkan pada jaringan kulit tersebut. Proses vaksinasi selesailah sudah. Yakinkan bahwa semua ayam yang belum pernah divaksinasi telah mendapat giliran.<br /><br />Sistem ventilasi harus diatur sedemikian rupa sehingga udara di dalam kandang tidak terlalu panas atau terlalu lembab karena dapat menyebabkan stress pada ayam. Pada musim kemarau, perputaran udara harus ditingkatkan agar udara panas dalam kandang segera terganti dengan udara segar yang lebih dingin. Sedangkan pada musim hujan, perputaran udara harus dikurangi sampai pada tingkat yang cukup untuk tidak menimbulkan adanya kelembaban dan bibit penyakit. Singkirkan semua lapisan kotoran atau alas yang basah segera setelah terbentuk sehingga kandang tetap terpelihara dalam keadaan kering.<br /><br />Apabila ayam betina telah berumur 16 minggu, cahaya di dalam kandang harus mulai diatur. Pemberian cahaya ini akan mempunyai pengaruh terhadap baik buruknya dalam memproduksi telurnya kelak. Induk ayam memerlukan cahaya yang konstan selama 16 sampai 17 jam tiap hari, kalau tidak terpenuhi maka mereka akan berhenti bertelur dan mulai mencabuti bulunya. Untuk mendapatkan cahaya yang konstant tiap hari, sumber cahaya listrik di dalam kandang bisa diatur dengan mempergunakan alat timer. Penjelasan tambahan mengenai pencahayaan pada induk ayam yang sedang bertelur dapat dimintakan pada penjual pakan ternak atau dinas peternakan setempat.<br />Tabel program vaksinasi untuk Leghorn <br /><br /> Umur Saat Divaksinasi Jenis Vaksinasi<br /> Umur 1 hari Marek's<br /> 15 hari (1/2 dosis) Infectious Bursal<br /> 20 hari (1/2 dosis) Infectious Bursal<br /> 25 hari Bronchitis, New Castle, Infectious Bursal<br />(Contoh merek di pasar: Combo Vec. 30)<br /> 30 hari Bronchitis, New Castle, Infectious Bursal<br />(Contoh merek di pasar: Combo Vec. 30)<br /> 49 hari Bronchitis, New Castle, Infectious Bursal<br />(Contoh merek di pasar: Combo Vec. 30)<br /> 10 minggu Fowl Pox and Laryngotracheitis<br />(biasa dikenal sebagai LT)<br /> 12 minggu Combo Vec. 30<br /> 13 minggu Avian Encephalomyelitis<br />(biasa dikenal sebagai AE)<br /> 16 minggu New Castle<br /><br /><br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik10.html <br /><br /> Pengelolaan Ayam Petelur <br /><br />Pengelolaan ayam petelur yang baik adalah sangat penting untuk mempeoleh tingkat produksi telur yang tinggi. Apabila ayam petelur dipupuk sebagai sumber penghasilan yang menguntungkan, maka mereka harus tumbuh berkesinambungan sepanjang masa perkembangannya. Pedoman berikut ini dapat membantu dalam mensukseskan proses pertumbuhan dan perkembangan ayam petelur selama masa pertumbuhannya:<br />RUANGAN – Untuk setiap 100 ayam petelur harus memiliki ruang antara 25 m2 sampai 100 m2. Sediakan 0,2 sampai 0,3 m2 per ayam apabila dibiarkan tumbuh di luar kandang. <br />MAKANAN – Sediakan pakan penumbuh (growing mash) yang baik di depan ayam sepanjang waktu. Pakan yang komplit dari pabrik biasanya telah mengandung semua nutrisi yang diperlukan. Pengoplosan pakan dengan menambahkan pakan dari luar (misalnya jagung) dapat menyebabkan terjadinya ketidak-seimbangan yang pada akhirnya hasil yang diperoleh akan mengecewakan. <br />AIR – Pada masa pertumbuhannya ayam petelur akan banyak minum dan membutuhkan banyak air untuk menjaga pertumbuhan yang normal. Air harus tetap segar dan dingin.Air mancur dijaga agar senantiasa dalam keadaan yang baik dan selalu dibersihkan setiap hari. <br /><br />PENEDUH – Pada musim panas, ayam petelur akan merasa lebih nyaman apabila diberi tempat meneduh. <br />PISAHKAN AYAM PETELUR MUDA DARI YANG LEBIH TUA – Ini akan menolong mengurangi kemungkinan menyebarnya penyakit dari induk ayam yang lebih tua ke yang lebih muda. <br />TEMPAT BERTEDUH – Sediakan satu tempat berteduh yang berukuran 3 x 4 meter untuk tiap 100 sampai 125 ayam petelur. <br />PENCEGAHAN PARASIT – Ayam petelur dapat terkena penyakit cacing. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdapat sejumlah obat yang dapat dipergunakan untuk mencegah parasit pada ayam yang datangnya dari dalam. Dengan pengelolaan dan sanitasi yang baik dapat membantu mengurangi terjangkitnya parasit. Periksalah beberapa ayam petelur dari waktu ke waktu untuk parasit yang datangnya dari luar seperti kutu ayam. <br />LINDUNGI DARI MUSUHNYA – Yakinkan bahwa binatang pemangsa tidak dapat memasuki bangunan tempat ayam tidur di malam hari. <br /><br />Saat ayam petelur sedang tumbuh adalah saat yang paling baik untuk membentuk berat tubuhnya yang baik, kuat dan penuh vitalitas. Saat yang paling kritis selama hidupnya ayam petelur adalah selama masa pertumbuhannya. Apabila Anda menginginkan ayam yang memberikan keuntungan, maka perhatikan bahwa mereka berkembang dengan baik selama masa pertumbuhannya.<br /><br />Topik ini adalah topik yang terakhir dari seri "Cara memelihara ayam negeri". Selamat mencoba beternak ayam negeri, dan ada baiknya untuk yang pertama kali dimulai dengan jumlah ayam yang sedikit satu dan lain hal untuk membatasi jumlah kerugian apabila hasilnya menemui kegagalan. <br />Semoga sukses! <br />(IRS - 17/06/02) <br /><br />Note: Tip ini dapat dicetak dan disebarluaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan menyebut sumbernya: http://www.peternakan.com. Akan tetapi, tip tidak dibenarkan disalin sebagian atau seluruhnya untuk ditampilkan pada situs lain. Apabila tertarik sebaiknya di-link pada halaman situs ini yaitu http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik11.html <br /><br /> pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-4399731672601972372007-12-13T11:55:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.532-07:00REGULASI HORMON TERHADAP EKSPRESI GEN PADA AYAM HUTAN<p class="MsoNormal"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style="'width:6in;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\fantasy\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--> </p><p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">1<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><br /><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: red;">MASITTA TANJUNG, S.Si.,M.Si.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Program Studi Biologi<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Universitas Sumatera Utara<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">I. PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Dalam era industrialisasi salah satu upaya terobosan dalam meningkatkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">produksi dan efisiensi usaha termasuk usaha pertanian. Saat ini telah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berkembang rekayasa genetika yang akan memberikan harapan bagi industri<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pertemakan, baik yang berkaitan dengan masalah produksi, pakan maupun medis<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">veteriner. Potensi pengembangan dan penerapan bioteknologi peternakan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tersebut sangat besar termasuk <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Dalam dasawarsa terakhir ini peranan bioteknologi semakin hari semakin<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bertambah besar yaitu dalam menunjang kegiatan pengembangan. Cakupan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bioteknologi cukup luas, baik yang baru dalam tahap penelitian maupun yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sudah dapat diaplikasikan. Pada umumnya diasosiasikan sebagai rekayasa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">genetika (genetic enginnering) dan biologi molekuler.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Penelitian dan pengembangan hormon dan produksi biologi lainnya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">diarahkan untuk diagnosa dini baik untuk penyakit maupun untuk kebuntingan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Aplikasi lain adalah untuk memacu pertumbuhan yang lebih cepat. Selain hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ada 3 bagian biologi yang akan diteliti dan dikembangkan, yaitu metabolik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sekunder, biokonversi dan analisis genetika.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Aplikasi bioteknologi dibidang peternakan yang sedang digarap meliputi 3<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bagian utama yaitu bioteknologi produksi, bioteknologi pakan dan bioteknologi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">molekuler, meliputi :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1. Bioteknologi reproduksi, seperti: inseminasi buatan, transfer embrio dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">rekayasa genetika meliputi 19 jenis ternak/hewan yang perlu dikembangkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2. Bioteknologi pakan ternak yang terdiri dari bioteknologi pakan hijau dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">konsentrat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3. Bioteknologi molekuler dibidang kesehatan hewan dan produksi bahan vaksin<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan bahan obat (anti biotik, probiotik, immunoregulator hormon).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Reproduksi dan pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh hormon seperti<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">steroid maupun peptida. Dalam kemajuan, bidang rekayasa genetika sangat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dimungkinkan untuk mengisolasi gen target. Kloning gen target sangat dibantu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dengan adanya tehnik hibridisasi maupun amplikasi gen secara in vitro dengan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">proses reaksi polimerase berantai (PCR). Untuk keperluan hibridisasi diperlukan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">DNA pelacak (probe). Probe ini dapat berupa potongan gen yang mempunyai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">aktivitas serupa atau dapat berupa oligunukleotida yang disintesa berdasarkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">informasi asam amino penyusun protein. Untuk teknik PCR diperlukan informasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">urutan asam nukleat yang mengapit gen target yang digunakan sebagai dasar<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">penyusun primer oligonukieotida dengan menggunakan DNA synthesizer.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Protein berperan dalam semua aktivitas kehidupan sebab protein terlibat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dalam setiap aspek kehidupan seperti katalis struktur, regulasi dan sebagainya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Wiryosuhanto, dkk. 1993). Hormon yang juga mengandung protein, dan juga<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">akan berpengaruh pada pengaturan terhadap ekspresi gen, hal ini dapat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dipelajari pada beberapa jenis hewan, termasuk ayam hutan hijau <i>(Gallus<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">varius).<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Beberapa jenis ayam yang akan kita kenal sekarang ini berasal dari ayam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hutan sebagai nenek moyangnya. Sampai saat ini ayam hutan <i>(species Gallus)<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang masih hidup ada 4 gallus, seperti <i>Gallus varius </i>(green jungle fowl), Gallus<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">gallus atau <i>Gallus benkiva </i>(red jungle fowl), <i>Gallus lafayetti </i>(ceylonese jungle<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">fowl) dan <i>Gallus sonnerati </i>(grey jungle fowl).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">2<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gallus varius </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(green jungle fowl) yakni ayam hutan hijau yang masih<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat dijumpai hidup di hutan-hutan pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, Jawa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Timur, Pulau Madura, Bali dan Lombok, <st1:place st="on">Flores</st1:place>, Nusa Tenggara dan lain-lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Tanda-tanda khas pada Gallus ini adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Warna buill yang jantan dilapisi oleh lapisan hijau pada permukaan atasnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Oleh karena itu disebut juga green jungle fowl, sedangkan betina berwarna<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">coklat kekuning-kuningan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Jengggernya satu buah (single cowb) bentuknya licin tidak bergerigi pada<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">permukaan atas. .<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Fialnya satu helai yang terletak antara kedua belah tulang rawan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Bulu ekor utama sebanyak 16 helai.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Bulu leher ayam jantan bulat dan pendek-pendek.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Kokoknya kedengaran seperti cek-ci -crek atau tidak Dada yang berbeda<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Mufarid, 1997).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Beberapa tahun yang lalu harga seekor ayam hutan tidak sebanding<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dengan usaha penangkapannya. Pekerjaan yang dahulu hanya iseng-iseng<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sekarang lain menjadi semiprofesional sebagai akibatnya beberapa ayam hutan di<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pulau Jawa populasinya menurun, selanjutnya ayam hutan yang sempat dijual di<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pasar dan sampai ke tangan pembeli atau pemelihara, biasanya tidak akan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berumur panjang. Hanya beberapa hari ada di rumah, ayam hutan ketakutan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">betelur, luka pada sayap dan kepala, tidak mau makan dan akhirnya mati<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Mufarid, 1997).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan usaha pelestarian ayam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hutan, terutama ayam hutan hijau (Gallus varius), maka diperlukan pengkajian<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang mendalam untuk menelusuri kehidupannya. Dalam hal ini penulis mencoba<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">meninjau regulasi hormonal terhadap ekspresi gen ayam hutan hijau (Gallus<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">varius).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ll. REGULASI HORMON<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Pengendalian, pengaturan clan koordinasi aktivitas gel, jaringan dan alat–<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">alat tubuh dilakukan oleh sistem saraf dan hormon. Meskipun fungsi saraf dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon berbeda tetapi banyak kaitan yang terjadi antara sistem safar dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon, misalnya ada beberapa kelenjar bersekresi hanya bila ada stimulus yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">terdapat di kelenjar seperti pada kelenjar adrenal bagian medula dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">neurohipofisa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Baik vertebrata maupun invertebrata mempunyai jaringan khusus yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mensekresikan zat pengatur yang langsung disalurkan ke dalam darah. Jaringan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">khusus ini dikenal sebagai kelenjar endokrin, sedangkan zat pengatur yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">disekresikan di sebut hormon. Pada saat ini telah diketahui banyak hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bertindak sebagai messenger pertama yang merupakan seri dari messenger<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berikutnya sehingga mengarah kepada adanya respon spesifik di gel target.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Wulangi, 1989).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Sifat-sifat kimia hormon.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">oleh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel tubuh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">lainnya. Sebahagian besar hormon disekresikan oleh kelenjar endokrin dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">selanjutnya ke dalam darah diangkut ke seluruh tubuh. Secara kimiawi hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat dibagi dalam 3 tipe dasar, Yaitu :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1. Hormon steroid; golongan ini merupakan struktur kimia yang mirip dengan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">kolesterol dan sebagian besar tipe ini berasal dari kolesterol. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:City> bermacammacam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon steroid yang disekresikan oleh (a) korteks adrenal (kortisol<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan aldosteron), (b) ovarium (estrogen dan progesteron), (c) testis<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(tertosteron) dan (d) plasenta (estrogen clan progesteron).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2. Derivat asam amino tirosin; ada 2 kelompok hormon yang merupakan derivat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">asam amino tirosin yaitu tiroksi dan triiodotironin, merupakan bentuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">iodinisasi dari derivat tirosin, dan kedua hormon utama yang berasal dari<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">3<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">medula adrenal epenefrin dan norepinefrin, kedua-duanya merupakan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">katekolamin yang berasal dari tirosin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3. Protein atau peptida. Pada dasarnya semua hormon endokrin yang terpenting<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat merupakan derivat protein, peptida atau derivat keduanya. Hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang disekresikan kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan molekul protein<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">atau polipeptida besar; hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">oksitosisn merupakan peptida asam amino. Insulin, glukagon dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">parathormon merupakan polipeptida besar (Guyton, 1994).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hormon yang disekresi oleh hipotalamus merupakan peptida-peptida<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pendek yang mempunyai tiga sampai lima belas residu asam amino. Hormonhormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ini dapat diisolasi dan diidentifikasi sesudah melalui penelitian selama<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bertahun-tahun. Sebagai contoh 1 mg faktor hormon pelepas tirotropin yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat diisolasi dari 4 ton jaringan yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1977<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Lehninger, 1994).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ada lima metode yang digunakan dalam studi hormon atas kelenjar<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">endokrin yaitu;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1. Ekstirpsasi kelenjar endokrin. Suatu alat tubuh dapat diidentifikasikan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mempunyai fungsi endokrin bila alat tubuh ini diambil atau di inaktifkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Misalnya dengan jalan diradiasi akan terjadi perubahan dalam struktur<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">maupun fungsinya, perubahan-perubahan akan hilang bila kita menyuntikan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon dari kelenjar yang normal atau bila kita menyuntikan hormon atau<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">translantasi dari jaringan kelenjar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2. Metoda menyuntikan, dengan menyuntikan suatu hormon tertentu kita dapat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mengetahui pengaruhnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3. Metode klinik, dengan metode klinik dapat ditentukan hubungan tidak<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berfungsinya tubuh dengan kelainan kelenjar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4. Metode analitik, analisis perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">adanya hormon dalam darah, urin, saliva dan cairan tubuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">5. Metode perunut zat radioaktif digunakan untuk melokasikan dan mencari jejak<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon di dalam tubuh (Wulangi, 1989).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Mekanisme kerja hormon<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hormon endokrin hampir tidak pernah bekerja secara langsung pada<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sistem intra selluler untuk mengatur berbagai reaksi kimia dalam sel. Hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mula-mula berikatan dengan reseptor hormon yang terdapat di permukaan gel<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">atau di dalam gel. Ikatan hormon dan reseptor memulai timbulnya rangkaian<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">reaksi kimia di dalam gel. Setiap reseptor sangat spesifik untuk satu macam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon. Keadaan inilah yang menentukan macam hormon yang akan bekerja<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pada suatu jaringan tertentu. Jaringan target yang berpengaruh adalah jaringan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang mempunyai reseptor spesifik (Guyton, 1994).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Pada umumnya lokasi reseptor dari berbagai macam hormon adalah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sebagai berikut;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Pada membran sel, reseptor pada membran sangat khusus untuk hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">golongan protein, peptida dan katekolamin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Di dalam sitoplasma, reseptor untuk berbagai hormon steroid dapat dijumpai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hampir semuanya di dalam sitoplasma.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- Di dalam inti, reseptor untuk hormon metabolisme tiroid (tiroksin dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">triiodotironin), ditemukan didalam inti, diduga terletak dalam hubungan langsung<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dengan satu atau lebih kromosom.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah reseptor di dalam suatu sel target tidak konstan, sebab reseptor<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">protein ini akan rusak sendiri atau dengan mekanisme pembentukan protein di<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dalam sel dapat terbentuk reseptor baru. Hormon steroid dan tiroksin mengubah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">fungsi sel dengan cara mengaktifkan gen, tetapi dengan mekanisme yang sedikit<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berbeda Hormon steroid merupakan hormon yang larut dalam lemak, sehingga<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dengan mudah dapat menembus membran sel menuju ke sel target. Setelah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">masuk ke dalam sel, hormon steroid mengadakan ikatan dengan reseptor yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ada dalam sitoplasma membentuk hormon reseptor kompleks. Selanjutnya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">4<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hormon reseptor kompleks di translokasikan ke dalam nukleus dan mengadakan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">interaksi dengan gen yang khusus. Gen yang diaktifkan kemudian membentuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">enzim yang penting untuk mengubah fungsi sel.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">III. EKSPRESI GEN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gen adalah sepotong DNA yang menyandikan rantai polipeptida dan RNA.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Tidak semua gen diekspresikan secara tepat dalam bentuk rantai polipeptida.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Beberapa gen menyandikan beberapa jenis RNA tranfer dan gen lain menyandi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berbagai jenis RNA ribosomal. Gen yang menyandi polipeptida dan RNA dikenal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sebagai gen struktural. Gen ini menentukan struktur beberapa produk akhir gen,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">seperti suatu enzim atau RNA yang stabil. DNA juga mengandung segmen atau<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">urutan lain yang hanya menjalankan fungsi pengaturan (regulasi). Beberapa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">diantara segmen pengatur menyusun isyarat yang menunjukkan awal dan akhir<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">gen struktural, yang lain berpartisipasi dalam memulai atau mengakhiri proses<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">transkripsi gen struktural. Jadi kromosom mengandung gen struktural dan urutan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pengatur (Lehninger, 1994).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Semua gen harus diekspresikan agar berfungsi. Tahap pertama dalam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ekspresi adalah transkripsi gen menjadi untaian RNA yang komplementer. Untuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">beberapa gen yang mengkode molekul tRNA dan rRNA transkripsi itu sendiri<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">merupakan molekul yang penting secara fungsional.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Untuk gen-gen lain transkripsi ditranslasi menjadi molekul protein.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Potongan gen yang tidak terdapat pada transkripsi disebut intron. Disamping<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">intron, lokasi titik permulaan dan titik akhir transkripsi sangat penting<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">diperhatikan. Kebanyakan transkrip tidak hanya merupakan kopi gen tetapi juga<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">daerah nukleotid pada kedua sisinya. Signal atau isyarat menentukan permulaan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan akhir proses transkrip. Signal terletak dalam urutan polinukleotid pendek<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang mengatur kerja enzim polimerase yang menstranskrip.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 1. Beberapa hal yang penting dalam ekspresi gen<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kebanyakan metode analisis transkrip didasarkan kepada hibridisasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">antara transkrip RNA dengan pragmen DNA yang rnengandung gen bersangkutan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Pada hibridisasi asam nukleat, hibridisasi antara untai DNA komplernenter dengan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">untai RNA terjadi sama cepatnya dengan hibridisasi antara molekul DNA untai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">5<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tunggal Hasil hibrid DNA-RNA dapat dianalisis dengan mikroskop elektron atau<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dengan nuklease yang spesifik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Pengamatan molekul asam nukleat dengan ME<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Biasanya molekul DNA dicampur dengan protein seperti sitokrom misalnya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sitokrom c yang akan mengikat polinukleotid dan membungkusnya dalam lapisan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">yang tebal. Molekul yang terbungkus ini harus diwarnai dengan uranil asetat atau<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bahan padat elektron lain (Gambar 2). Jika gen mengandung intro maka daerah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">untai DNA tidak akan memiliki homologi dengan transkrip RNA, sehingga tidak<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">terjadi pasangan basa. Sebaliknya akan terbentuk pelengkungan keluar (loop<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">out) yang memberikan gambaran khas pada pengamatan mikroskop elektron<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(Gambar 3). Jumlah dan posisi lengkung tersebut akan sesuai dengan jumlah dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">posisi intron dalam gen. Informasi selanjutnya akan diperoleh dengan melakukan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">perunutan gen dan mencari gambaran khas yang menandai batas-batas intron.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Analisa hibrid DNA-RNA dengan menggunakan nuklease<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hibrid DNA-RNA melibatkan penggunaan nuklease spesifik untuk untai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tunggal seperti nuklease S 1, ensim ini memecah DNA atau RNA untai tunggal,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">termasuk daerah untai tunggal pada ujung molekul yang terutama beruntai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ganda atau pada hibrid DNA-RNA. Jika molekul DNA yang mengandung gen<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dihibridisasi dengan transkrip RNAnya dan kemudian diberi nuklease S 1, maka<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">daerah untai tunggal DNA non hibrid pada tiap ujung hibrid akan didigesti<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">bersama-sama dengan intron yang melengkung keluar (Gambar 4).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 2. Preparasi molekul DNA dengan pengamatan ME<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 3. Gambaran hibrio DNA-RNA antara gen yang mengandung intron<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Fragmen DNA untai tunggal yang terlindung dari digesti nuklease S 1<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat diambil kembali jika untai RNA dipecahkan dengan penambahan alkali.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Cara yang digunakan untuk mernilih fragmen restriksi yang membatasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">gen yang ditunjukkan pada Gambar 5. Fragmen Sau 3A yang mengandung<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">daerah yang membentuk kode 100 bp, bersama dengan urutan leader yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">6<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mendahului gen dengan panjang 300 bp, telah diklon ke dalam vektor M 13 dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">didapatkan sebagai molekul untai tunggal. Sampel transkrip RNA ditambahkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan dibiarkan untuk bergabung dengan molekul DNA. Molekul DNA masih akan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">merupakan untai tunggal, tetapi sekarang memiliki daerah kecil yang dilindungi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">oleh transkrip RNA, kecuali daerah yang terlindungi semua akan didigesti oleh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">nuklease S 1 dan RNA dipecah dengan alkali sehingga meninggalkan sebuah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">fragmen DNA untai tunggal pendek.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jika manipulasi tersebut diamati dengan seksama maka akan menjadi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">jelas bahwa ukuran fragmen untai tunggal ini sesuai dengan jarak antara titik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">permulaan transkrip dengan tempat Sau 3A sebelah kanan, oleh karena itu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ukuran fragmen untai tunggal tersebut ditentukan dengan elektroforesis dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">informasi ini digunakan untuk menandai titik permulaan transkrip pada urutan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">DNA (Brown, 1991).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 4. Pengaruh nukleas S1 pada hibrid DNA-RNA<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 5. Menentukan titik permulaan transkripsi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">7<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Pada tahun terakhir ini telah dikembangkan tekhnik manipulasi RNA,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">termasuk cara untuk menentukan urutan RNA. Proses ini memberikan gambaran<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dalam pengaturan ekspresi gen. Mengidentifikasi dan mempelajari produk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">translasi gen yang diklonkan. Dua tehnik yang berhubungan yaitu Hybrid-Release<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Translation (HRT) dan Hybrid-Arrest Translation (HART) digunakan untuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">identifikasi produk translasi yang dikode oleh gen yang diklonkan. Keduanya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tergantung pada kemampuan mRNA mumi untuk mengarahkan sintesa protein<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dalam sistem translasi bebas sel (cell-free translation systeme). Sistem tersebut<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">merupakan ekstrak sel yang biasanya dibuat dari benih gandum atau retikulosit<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">kelinci, keduanya sangat aktif dalam sintesis protein serta mengandung ribosom,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tRNA dan molekul lain yang diperlukan untuk sintesa protein sampel mRNA<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ditambahkan pada sistem translasi bebas sel bersama-sama dengan campuran 20<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">asam amino yang ditemukan pada protein yang satu diantaranya dilabel<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(biasanya digunakan S32-metionin) molekul-molekul mRNA akan ditranslasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">menjadi campuran protein radioaktif yang dapat dipisahkan dengan elektroforesis<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan ditunjukkan dengan iiutodiograti (Gambal b). Tiap pita menunjukkan 1<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">protein yang dikodekan oleh salah satu molekul mRNA.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 6. Translasi babas sel<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Analisa perbandingan DNA mitokondria pada jenis Gallus berbeda,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">member gambaran perbedaan pada sekuen antara Gallus gallus seperti Gallus<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sonnerati, Gallus varius clan Gallus lafayettei berturut-turut adalah 0,9%, 10,5%<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">clan 12,6%. Diasumsikan bahwa laju evolusi mtDNAnya adalah 3% per sejuta<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tahun. Analisis mtDNA ini memberikan informasi tentang hubungan filogenik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">maternal pada species Gallus (Munechika, et al. 1997). "<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Mekanisme hormonan pada pengaturan ekspresi gen gel-gel mamalia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dipengaruhi oleh aktivitas cAMP, dimana c AMP berhubungan dengan pengaturan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sintesa enzim spesifik, seperti halnya pada bakteri. Mekanisme stimulasi sintesa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">enzim spesifik seperti enzim steroid, hydrocortisone sama halnya dengan hormon<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">polipeptida seperti insulin. Perbedaan struktur dari hormon akan menunjukkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mekanisme induksi enzim yang bebeda, seperti steroid yang diekspresi gennya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dimulai pada proses transkripsi dan insulin aktivitasnya dimulai pada tingkat post<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">transkripsi (Kenney, et al. 1973). Mekanisme regulasi dari lipoprotein lipase pada<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">8<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tikut ditunjukkan pada tingkat translasi, namun tidak ada perubahan pada<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">mRNAnya (SafIari, et al. 1992).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ekspresi gen untuk protein susu diatur oleh hormon growth factor dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">matriks ekstraselluler. Hormon prolaktin dan laktogen teraktifasi pada semua<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tingkat. Ekspresi gen casein prolaktin meningkat pada tingkat transkripsi beta<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">casein gen dan stabil pada beta casein mRNA sedangkan hormon pertumbuhan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(somatotropin) pada alfa dan beta casein gen (Zwierzchowski, 1997).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Regulasi estrogen dan progesteron pada proses diferensiasi dan fungsional<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dari oviduk ayam terfokus pada sintesa avolbumin. Mulai dari polipeptida tunggal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">hingga 50% sampai 60% pada akhir diferensiasi. Proses yang dimulai dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">perubahan tekanan potensial untuk pemisahan elemen molekul yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">menyelubungi sintesa protein spesifik, termasuk polisom spesifik, rnRNA dan gen.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Langkah-langkah analisa regulasi antara transkripsi dan translasi pada mRNAs<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">spesifik seperti efek dari perkembangan dan variasi hormonal. Untuk lebih jelas<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dapat dilihat pada gambar 7.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gambar 7. Interaksi hormon pada perkembangan dan fungsi oviduk ayam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Skema efek estrogen dan progesteron pada perkembangan dan fungsional<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">oviduk ayam, terlihat estrogen (pada ayam muda) mengalami diferensiasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sitoplasma gel-gel kelenjar tubular pada waktu sintesa ovalbumin, di sebut<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">stimulasi primer. Jika diferensiasi terhenti maka sintesa ovalbumin juga terhenti.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">lni menunjukkan bahwa gel-gel dalam keadaan toidak aktif disebut stimulasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sekunder. Hal ini akan aktif kembali bila pada ribosom estrogen dan progesteron<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">diproduksi. Namun sebaliknya dapat juga terjadi dimana terbentuknya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">progesteron dan estrogen akan menghalangi diferensiasi sitoplasma dan akhirnya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">akan menggagalkan sintesa ovalbumin pada permukaan gel tetapi masingmasing<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">gel tetap mengalami perubahan bentuk (Kenney, <i>et al</i>. 1973)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">IV. PENUTUP<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">oleh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">tubuh. Hormon akan bekerja sesuai dengan reseptornya. Masing-masing reseptor<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">pada sel berbeda-beda, ada yang terdapat pada membran sel, sitoplasma dan inti<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">sel. Di dalam inti akan diekspresikan sesuai dengan cetakan gennya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gen merupakan sepotong DNA yang akan menyandikan rantai polipeptida<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">dan RNA. Tidak semua gen diekspresikan secara tepat dalam bentuk polipeptida.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ekspresi gen oleh masing-masing hormon akan menunjukkan tahapan yang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">berbeda, hal ini tergantung pada struktur hormon tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">© 2003 Digitized by USU digital library </span></i><span style="color: black;">9<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">V. DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Brown, T.A. 1991. <i>Gene cloning an introduction (pengaturan kloning gene) S.A</i>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Muhammad, dkk. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Glick, B.R. and J.J. Pasternale. 1994. <i>Molecular Biotechnology Principles and<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Aplication of Recombinant DNA. </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ASM Pres. <st1:state st="on"><st1:place st="on">New York</st1:place></st1:State>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Guyton, A.C.1994. <i>Buku Ajar Fisiologi Kedokteran</i>. EGC. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:City>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Herrmann, K.M. and R.L. Somerville. 1983. <i>Amino acid, Biosynthesis ang Genetic<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Regulation. </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">By Addison-Wessey Publishing Co. Inc. <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Canada</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kenney, F; B.A. Hamkala; G.Favelulees and J.T. August. 1973. <i>Gene Expression<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">and its Regulation. </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Plenum Press. New York.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Lehninger, A.L. 1994. <i>Dasar-dasar Biokimia</i>. Erlangga. Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Mufarid, H. 1997. <i>Beternak ayam hutan</i>. Penebar Swadaya. Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Munechika, I; H. Suzuki and S.Wakana. 1997. <i>Cmperative Analysis of the<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Restriction Endonuclease Cleavage Pattern of Mitochondrial DNA in the<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Genus Gallus. </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Poultry Science. Japan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Safrari, B; J.M. Ong and P.A. Ken. 1992. <i>Regulation of Adipsa Lipoprotein Lipase<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Gen Expression by Thyroid Hormone in Rats</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">. Depart. Of Medicine.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Davision of Endocrinology. USA.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Wiryosuhanto, S.D. dan S. Sudardjat. D. 1992. <i>Aplikasi Kesehatan Hewan</i>. Hasil<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Semiloka Biotehnologi Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Peternakan. Dep. Pertanian. Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Wulangi. K.S. 1989<i>. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan</i>. Erlangga. Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Zwierzchowski, L. 1997. <i>Recent Date ons the regulation of expression of milk<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Protein Genes. </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Proceding of the Conference Commemorating the 40 th<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">anniversary of the Institute of Genetics and Animal Breeding. Poland.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><!--[endif]--></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-6474163437398973672007-12-13T11:49:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.577-07:00DASAR PENGOLAHAN SUSU DAN HASIL IKUTAN TERNAK<div class="Section1"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Program Studi Produksi Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Fakultas Pertanian </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Universitas Sumatera Utara </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.75in; text-align: center; text-indent: -0.5in;" align="center"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">I. PENDAHULUAN </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Didalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah), atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal tersebut diatas dapat diatasi, sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Air susu yang banyak menyebar dan dikenal dipasaran adalah air susu sapi. Sebenarnya air susu kambing dan kerbau tidak kalah nilai gizinya dibandingkan dengan air susu sapi. Hanya karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka air susu sapi lebih menonjol dipasaran. Beberapa daerah di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> telah memanfaatkan susu kambing dan kerbau yaitu didaerah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Bahkan dinegara lain susu kambing telah dianjurkan oleh dokter-dokter dan digunakan untuk pengobatan rumah tangga sejak dulu. Distribusi populasi kambing untuk diambil susunya dapat dilihat pada Tabel 1. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Tabel 1. Distribusi Kambing di Dunia yang Dimanfaatkan untuk Diambil Susu dan Dagingnya <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 18.15pt;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; height: 18.15pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Negara </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 18.15pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Distribusi Kambing Untuk Produksi </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Daging (%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Susu (%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 72.9pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><st1:place st="on"><span style="font-size: 10pt; color: black;">ASIA</span></st1:place><span style="font-size: 10pt; color: black;"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; color: black;">AFRIKA <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; color: black;">AMERIKA SELATAN <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; color: black;">AMERIKA UTARA DAN TENGAH <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; color: black;">EROPAH <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">RUSIA <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">62.5 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">24.7 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.7 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1.3 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.4 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">2.3 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">46.2 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">19.4 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1.9 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.6 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">22.8 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">6.1 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;">Sumber : Blakely, J dan David, H.B (1991). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;">Banyak jenis bahan makanan yang dapat dibuat dari bahan <st1:city st="on"><st1:place st="on">baku</st1:place></st1:City> susu. Adapun prinsip dasar dari pengolahan air susu adalah pasteurilisasi dan sterilisasi. Apabila tidak dilakukan dengan sempurna maka air susu dikhawatirkan akan terkontaminasi. Terlebih-lebih bila alat penyimpan air susunya (<i><span style="">milk can</span></i><span style="">) tidak dibebas hamakan terlebih dahulu. Kontaminasi air susu dapat terjadi karena : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">1. Cara pemerahan yang tidak hygienis, antara lain : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">a. Tidak menggunakan kandang perah yang bersih, sehingga berbau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">b. Tidak menggunakan alat perah yang bebas <st1:city st="on"><st1:place st="on">hama</st1:place></st1:City>, seperti milk can. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section2"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">1<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Ternak tidak dibersihkan dari kotoran, terutama bagian yang berdekatan dengan anus dan ambing. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Tangan pemerah tidak dibersihkan terlebih dahulu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Cara memerah yang salah dan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">f. Sapi dan pemerah sakit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Penyimpanan air susu pada can yang berkaitan dengan bau ruangan, keadan debu, temperatur dan kelembaban ruangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Pengolahan air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Trasportasi air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span style="font-size: 10pt;">Pengolahan air susu sapi dimaksudkan untuk mendiversifikasikan air susu sapi menjadi bahan makanan dalam berbagai bentuk. Selain itu untuk menghindari agar air susu sapi tidak menjadi mubazir atau terbuang percuma. Sebagaimana kita ketahui bahwa air susu sapi murni hanya mampu bertahan dalam waktu kurang dari 24 jam. Lewat dari batas waktu tersebut kalau tidak bisa memanfaatkannya, maka air susu akan terbuang percuma dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit nilainya. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Diversifikasi air susu sapi ini bisa dikelola secara <i>home industri </i>maupun secara besar-besaran, dan sudah barang tentu untuk kedua ini diperlukan peralatan yang serba praktis dan modern, agar diperoleh hasil yang maksimal. Tetapi kalau untuk keperluan keluarga kecil cukup dengan alat sederhana yang alat-alatnya bisa diperoleh dari sekeliling kita dengan harga murah, seperti diperlukan es batu dan beberapa kotak dari aluminium yang berfungsi sebagai tempatnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Selain air susu sebagai bahan makanan sangat penting artinya bagi manusia dan ternak, air susu juga merupakan media dari penyebaran penyakit <i>zoonosis, </i>yaitu penyakit primer manusia dan penyakit primer hewan yang penyebarannya dapat secara timbal balik. Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas air susu sebelum dimanfaatkan atau sebelum pengolahan sangat perlu untuk kesehatan konsumen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Air Susu Sebagai Bahan Makanan </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk yang baru lahir, baik bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Calsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, S., 1983). Pada saat ini di Sumatera Utara susu dihasilkan di Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Binjai dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">Medan</st1:place></st1:City>. Untuk pulau Jawa, susu dihasilkan dan diproses antara lain di daerah Jawa Barat yaitu Lembang dan ujung berung, Jawa Tengah yaitu di <st1:city st="on"><st1:place st="on">Semarang</st1:place></st1:City>, Ungaran dan Boyolali serta di Jawa Timur yaitu di Pujon, Nongko jajar, Batu dan Grati. Di Amerika Serikat, wilayah-wilayah utama penghasil susu terletak didekat kawasan urban atau perkotaan yang padat penduduk. Negara bagian Amerika Serikat yang merupakan pengahasil susu utama adalah Wisconsin, California, New York, Minnesota, Pensylvania, Michican, Ohio dan Iowa. Produksi susu total di Amerika Serikat senantiasa mengikuti perkembangan jumlah penduduk. Hal ini dimungkinkan karena meningkatnya produksi susu tiap ekor serta menurunnya konsumsi susu dan produk susu (dari 325 kg/kapita pada tahun 1950 menjadi 250 kg pada saat sekarang). Sejak tahun 1950, produksi susu tiap ekor sapi telah berlipat dua, yaitu antara 4500 sampai 5400 kg susu per <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section3"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">2<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">ekor/tahun sebagai tingkat produksi yang umum. Banyak sapi yang istimewa yang dapat menghasilkan 13.500 kg susu/tahun. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pada zaman 9000 sebalum masehi susu sapi digunakan untuk makanan, persembahan, korban, kosmetika dan obat di Amerika Serikat. Masyarakat <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">India</st1:place></st1:country-region> menghasilkan mentega untuk keperluan pangan dan persembahan suci sejak 2000 tahun sebelum masehi, sedangkan di Mesir, masyarakat telah memanfaatkan susu, keju dan mentega sejak 3000 tahun sebelum Masehi (Blakely, J dan David, H.B., 1991). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Produksi dan konsumsi daging, telur dan susu dari tahun 1996 hingga tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut target atau rekomendasi kecukupan gizi yang diperbaharui pada tahun 1978, orang <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> seyogyanya mendapatkan 5 gram protein hewani sehari dalam makanannya, dan dari 5 gram tersebut susu merupakan salah satu sumbernya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -48pt;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Daging, Telur dan Susu (kg per kapita per tahun) di Sumatera Utara <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0.1in; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 22.25pt;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Tahun </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" rowspan="2" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Daging </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td rowspan="2" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Telur </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" rowspan="2" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Susu </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Konsumsi/Kapita/Tahun </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Daging </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Telur </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">susu </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 85pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1996 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1997 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1998 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1999 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">2000 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">119983,82 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">129796,98 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">72264,34 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">74053,12 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">75216,55 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">63887,90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">67405,16 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">51121,15 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">107762,54 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">110567,08 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5565,93 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5814,42 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4168,49 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4147,71 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4300,00 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">7,58 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">7.89 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">7,39 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5,83 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.11 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">6,30 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5,79 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4,31 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">8,58 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">8,9 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.35 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.35 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.35 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <!--[if !supportMisalignedColumns]--> <tr height="0"> <td style="border: medium none ;" width="49"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="65"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="65"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="53"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="42"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="0"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="35"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="27"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="147"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="40"><br /></td> </tr> <!--[endif]--> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sumber : Dinas Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara (2000). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:city st="on">Ada</st1:City> dua pendapat perihal kebiasaan minum susu orang <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> termasuk bukan <i><span style="">milk drinker. The Javanese (Indonesians) are traditionally rice eater, the are eager to consume milk,if they can afford to buy it. </span></i><span style="">Jadi pendapat kedua tersebut mendasar suatu pandangan bahwa masalah kebiasaan tersebut adalah soal pendidikan, ekonomi dan persediaan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="">Suatu cara penyuluhan yang baik adalah penggunaan istilah “empat sehat <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> sempurna”, dimana unsur kelimanya adalah air susu. Penggunaan slogan tersebut adalah untuk membuat masyarakat “sadar-gizi”’ tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana membuat masyarakat agar “mampu-gizi”, sehingga gizinya dapat terpenuhi secara teratur sesuai dengan daya belinya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="">Pemanfaatan kambing di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> baru terbatas sebagai penghasil daging, sedangkan sebagai penghasil susu masih sedikit. Di lain pihak impor susu masih lebih tinggi dari produksi susu dalam negeri, sedangkan gizi susu kambing tidak banyak berbeda dari susu sapi, karena perlu suatu tindakan untuk memanfaatkan susu kambing guna memenuhi kebutuhan susu. Selain itu perlu diterapkan teknologi yang dapat merubah susu kabing menjadi hasil olahan yang mungkin lebih disukai masyarakat dari pada susu segar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="">Susu kambing terkenal karena kandungan atau nilai nutrisi dan nilai medisnya sejak zaman dahulu. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mempunyai karakteristik sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">1. Warna susu lebih putih <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section4"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">3<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Globul lemak susu lebih kecil dan beremulsi dengan susu dengan susu. Lemak harus dipisahkan dengn mesin pemisah (separator), karena lemak tersebut tidak dengan sedirinya muncul kepermukaan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Lemak susu kambing lebih mudah dicerna <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Card proteinnya lebih lunak, hingga memungkinkan untuk dibuat keju yang spesial. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Susu kambing mengandung mineral: kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks yang tinggi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">6. Susu kambing dapat diminum oleh orang-orang yang alergi minum susu sapi dan untuk orang-orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">7. Air susu kambing tidak mengandung kuman TBC, bahan allergen. Jadi lebih aman penggunaannya sebagai bahan makanan, pengganti ASI. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">8. Produksi susu kambing lebih cepat diperoleh, kambing telah dapat berproduksi pada usia 1.5 tahun, sedangkan sapi baru dapat berproduksi pada usia 3-4 tahun, tergantung ras. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Bahan yang dapat diambil oleh tubuh dari air susu ialah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Laktose sebagai sumber energi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Protein sebagi bahan penunjang kehidupan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan pergantian sel, dan diambil sebagai bentuk bahan keju, albumin dan globulin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. lemak sebagai sumber energi terbaik dibanding lemak produksi hewan lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Mineral dan vitamin yang diperlukan dalam pencernaan dan metabolisme sebagai katalisator untuk katabiose dan anabiose dan keperluan resistensi tubuh. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h6 style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">II. SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR SUSU </span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h6> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 33pt;"><span style="font-size: 10pt;">Sebelum membicarakan komposisi air susu, ada baiknya dibicarakan serba singkat tentang sifat-sifat air susu. Sifat susu yang perlu diketahui adalah bahwa susu merupakan media yang baik sekali bagi pertumbuhan mikrobia sehingga apabila penanganannya tidak baik akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya (“<i>zoonosis</i>”). Disamping itu susu sangat mudah sekali menjadi rusak terutama karena susu merupakan bahan biologik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu selama didalam ambing atau kelenjar air susu dinyatakan steril, akan tetapi begitu berhubungan dengan udara air susu tersebut patut dicurigai sebagai sumber penyakit bagi ternak dan manusia. Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, panas jenis dan kekentalannya. Sedangkan sifat kimia susu yang dimaksud adalah pH dan keasamannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">SIFAT FISIK AIR SUSU : </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Warna air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari <i>putih kebiruan </i>hingga <i>kuning keemasan</i>. <i>Warna putih </i>dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. <i>Warna kuning </i>adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">2. Rasa dan bau air susu : <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <div class="Section5"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">4<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Buckle et al., (1987) menyatakan bahwa cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Sebab-sebabdari enzim yang menghasilkan cita rasa tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Sebab-sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">3. Berat jenis air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings;"> </span><span style="font-size: 10pt;">perubahan kondisi lemak <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings;"> </span><span style="font-size: 10pt;">Adanya gas yang timbul didalam air susu <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">4. Kekentalan air susu (viskositas) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Titik beku dan titik cair dari air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.500<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.520<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C. Titik beku air adalah 0<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">6. Daya cerna air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section6"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">5<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h1 style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">SIFAT KIMIA SUSU : </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h1> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Keasaman dan pH Susu </span></b><span style="font-size: 10pt;">: susu segar mempunyai sifat <b><i>ampoter, </i></b>artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri. <o:p></o:p></span></p> <h3 style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt;">III. KOMPOSISI AIR SUSU </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h3> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau unta, kambing perah (kambing etawah) dan domba. Berbagai sapi diternakkan untuk diperah susunya antara lain Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Zebu, Sapi Grati, Fries Holand dan turunannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Susu yang baik apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa (<i>flavour</i>) yang baik, dan tidak dipalsukan. Pemeriksaan air susu terhadap pemalsuan akan diuraikan pada Bab IV. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi air susu rata-rata adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <div class="Section7"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">6<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->1. Air (87.90%) <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">Casein(2.70%) <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">Lemak (3.45%) <o:p></o:p></p> <p class="Default"><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman";">2. Bahan kering (12.10%) Albumin(0.50%) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">Protein (3.20%) <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">Bahan Kering Laktosa (4.60%) <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">Tanpa Lemak <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">(8.65%) Vitamin, enzim,gas (0.85 %) <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span style="font-size: 10pt;">Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya : 1. Jenis ternak dan keturunannya (hereditas). 2. Tingkat laktasi. 3. Umur ternak. 4. Infeksi/peradangan pada ambing. 5. Nutrisi/pakan ternak. 6. Lingkungan dan 7. Prosedur pemerahan susu. Keseluruhan faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor-faktor yang ditimbulkan oleh lingkungan, genetik dan management. Untuk lebih jelasnya faktor yang mempengaruhi komposisi air susu dapat dijelaskan sebagai berikut : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">1. Jenis Ternak dan Keturunannya</span></b><span style="font-size: 10pt;">. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span style="font-size: 10pt;">Terdapat perbedaan komposisi air susu manusia dan berbagai jenis Ternak, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Demikian pula meskipun sama sama sapi perah, tetapi jika dari keturunan yang berbeda, hasil dan komposisi susunya juga berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 47.9pt; text-align: justify; text-indent: -47.9pt;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 3. Komposisi Rata-rata Zat-zat Makanan dalam Air Susu dari Berbagai Jenis Ternak Mamalia (%) <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 24.25pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Jenis </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Bahan kering </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Protein </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Lemak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Laktosa </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Mineral </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 72.9pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Manusia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Sapi perah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Domba <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kambing <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kerbau <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Sapi zebu <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">12.60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">12.83 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">17.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">21.40 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13.30 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">2.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.20. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.40 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.80 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.20 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">10.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.20 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">6.80 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.45 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.00 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.30 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.73 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.80 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;">Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa susu kerbau mengandung protein yang paling tinggi. Kemudian diikuti oleh susu kambing, sapi perah, zebu, domba. Kandungan lemak yang paling tinggi juga terdapat pada susu kerbau, diikuti oleh susu sapi zebu, kambing, sapi perah dan domba. Sedangkan pada tabel 4 terlihat bahwa susu sapi Jersey mengandung protein dan lemak yang paling tinggi dibandingkan susu sapi jesis lainnya. <o:p></o:p></p> </div> <span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <div class="Section8"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">7<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 200%;">Tabel 4. Komposisi Rata-rata Zat-zat Makanan dalam Air Susu dari Berbagai Bangsa Sapi Perah (%) <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 24.25pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Jenis </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Bahan kering </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Protein </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Lemak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Laktosa </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Mineral </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 72.9pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">FriesHolland <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Ayrshire <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">BrownSwiss <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Guernsey <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Jersey <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Zebu <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">12.20 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13.10 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13.30 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">14.40 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">15.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13.30 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.10 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.80 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.40 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.10 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.20 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4.90 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5.00 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.70 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0.80 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent3" style="text-align: justify;"><b><span style="">3. Tingkat Laktasi </span></b><span style="">: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent3" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="">Komposisi air susu berubah pada tiap tingkat laktasi. Perubahan yang terbesar terjadi pada saat permulaan dan terakhir periode laktasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span style="">Kolostrum </span></b><span style="">: Sekresi pertama setelah proses kelahiran. Komposisinya sangat berbeda dengan komposisi susu sapi Fries Holland. Pada kolostrum terkandung : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Wingdings;"> </span><span style="">Konsentrasi zat padatnya lebih tinggi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Wingdings;"> </span><span style="">Casein, protein whey (terutama globulin), garam mineral lebih tinggi (Ca, Mg, P, Cl lebih tinggi, Potasium lebih rendah) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Wingdings;"> </span><span style="">Laktosa lebih rendah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Wingdings;"> </span><span style="">Lemak bisa lebih tinggi bisa lebih rendah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="">Perbandingan komposisi kolostrum denga susu Fries Holland dapat dilihat pada tabel 5 <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h4 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="">Tabel 5. Perbandingan Komposisi Kolostrum dengan Susu FH <o:p></o:p></span></h4> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 24.25pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Komponen </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kolostrum </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">(%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kolostrum ke 2 & 3 (%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Susu FH </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: -5.8pt; text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">(%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 48.5pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 48.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Total Solid <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Protein <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Imunne globulin <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Laktosa <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 48.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">22,3 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">18,8 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13,1 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">2,5 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 48.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">10,5 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5,5 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,0 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4,0 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 48.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">8,6 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3,25 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,09 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4,6 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="">4. Umur Ternak : </span></b><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="">Pada umumnya sapi berumur 5 – 6 tahun sudah mempunyai produksi susu yang tinggi tetapi hasil maksimum akan dicapai pada umur 8 – 10 tahun. Umur ternak erat kaitannya dengan periode laktasi. Pada periode permulaan produksi susu tinggi tetapi pada masa-masa akhir laktasi produksi susu menurun. Selama periode laktasi kandungan protein secara umum mengalami kenaikan, sedangkan kandungan lemaknya mula-mula menurun sampai bulan ketiga laktasi kemudian naik lagi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="">5. Infeksi/Peradangan pada Ambing : </span></b><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="">Infeksi/peradangan pada ambing dikenal dengan nama mastitis. Mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka karena mekanis. Peradangan ini dapat mempengaruhi komposisi air susu antara lain dapat menyebabkan bertambahnya protein dalam darah dan sel-sel darah putih di dalam tenunan ambing <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section9"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">8<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">serta menyebabkan penurunan produksi susu. Pengaruh penyakit mastitis terhadap komponen dan pH susu <i>bovine </i>dapat dilihat pada tabel 6. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 6. Pengaruh Mastitis terhadap Komponen dan PH Susu <i>Bovine </i><o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Komponen </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Susu Normal </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Susu Mastitis </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 109.3pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 109.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Lemak (%) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Laktosa (%) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Casein (mg/ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Whey Protein (mg/ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Na (mg/100 ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">K (mg/100 ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Cl (mg/100 ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Ca (mg/100 ml) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">PH <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 109.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3,45 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4,85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">27,9 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">8,2 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">57 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">172,5 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">80 –130 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">136 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">6,65 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 109.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3,2 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4,4 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">22,5 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">13,1 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">104,6 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">157,3 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">>250 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">49 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">6,9 – 7.0 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Pada tabel 6 terlihat bahwa susu mastitis, kandungan lemak, laktosa dan casein menurun dan kandungan whey protein meningkat. Kandungan mineral Natrium dan Chlorida terlihat meningkat sedangkan Kalium dan Kalsium menurun. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="">6. Nutrisi/Pakan </span></b><span style="">: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="">Jenis pakan akan dapat mempengaruhi komposisi susu. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah. Jenis pakan dari rumput-rumputan akan menaikan kandungan asam oleat sedangkan pakan berupa jagung atau gandum akan menaikkan asam butiratnya. Pemberian pakan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu dikeringkan dapat menaikkan hasil susu sebesar 10 – 30 %. Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena susu 87 % terdiri dari air dan 50 % dari tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">a. Produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">b. Suhu sekeliling <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="">c. Pakan yang diberikan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span style="">Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 36. Air yang dibutuhkan untuk tiaphari bagi seekor sapi berkisar 37 – 45 liter. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="">7. Lingkungan : </span></b><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="">Pengaruh lingkungan terhadap komposisi susu bisa dikomplikasikan oleh faktor-faktor seperti nutrisi dan tahap laktasi. Hanya bila faktor-faktor seperti ini dihilangkan menjadi memungkinkan untuk mengamati pengaruh musim dan suhu. Biasanya pada musim hujan kandungan lemak susu akan meningkat sedangkan pada musim kemarau kandungan lemak susu lebih rendah. Produksi susu yang dihasilkan pada kedua musim tersebut juga berbeda. Pada musim hujan produksi susu dapat meningkat karena tersedianya pakan yang lebih banyak dari musim kemarau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="">Suhu dan kelembaban mempengaruhi produksi susu. Selain itu pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi sangat mempengaruhi timbulnya infeksi bakteri dan jamur penyebab mastitis. Suhu lingkungan yang tinggi secara jelas menurunkan produksi susu, karena sapi menurunkan konsumsi pakan, tetapi belum jelas apakah suhu mempengaruhi komposisi susu. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section10"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">9<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">8. Prosedur Pemerahan Susu : </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat meningkatkan produksi susu daripada jika hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin tidak memperlihatkan perbedaan dalam produksi susu, kualitas ataupun komposisi susu. Hubungan antara umur dan jumlah pemerahan dapat dilihat pada Tabel 7. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -48pt;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 7. Perbandingan Pemerahan 3 – 4 kali per Hari dengan Pemerahan 2 kali per Hari <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 39.9pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 18.15pt;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; height: 18.15pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Umur Sapi </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 18.15pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Pemerahan </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">3 X Sehari </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">4 X Sehari </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 36.45pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.45pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">2 tahun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3 tahun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">4 tahun <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.45pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">20 % > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">17 % > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">15 % > <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.45pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">35 % > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">30 % > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">26 % > <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <!--[if !supportMisalignedColumns]--> <tr height="0"> <td style="border: medium none ;" width="72"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="73"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="0"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="73"><br /></td> </tr> <!--[endif]--> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Untuk lebih jelas, maka komponen-komponen air susu akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">1. Air : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;">Air susu mengandung air 87.90%, yang berfungsi sebagai bahan pelarut bahan kering. Air didalam air susu sebagian besar dihasilkan dari air yang diminum ternak sapi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">2 Lemak : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Air susu merupakan suspensi alam antara air dan bahan terlarut didalamnya. Salah satu diantaranya adalah lemak. Kadar lemak didalam air susu adalah 3.45%. Kadar lemak sangat berarti dalam penentuan nilai gizi air susu. Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku air susu seperti mentega, keju, krim, susu kental dan susu bubuk banyak menagndung lemak. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Susunan lemak susu terdiri dari lemak majemuk, merupakan lemak murni dan terdiri dari 3 molekul asam lemak terikat pada suatu molekul glycerine. Lemak asam susu terdiri dari campuran beberapa asam lemak antara lain : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->a. Lemak sederhana yang memiliki asam lemak sama <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -30pt;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->b. Lemak campuran yang terdiri dari beberapa macam lemak terikat pada glyserine <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Asam lemak yang terdapat didalam air susu terdiri dari 2 golongan yaitu asam lemak yang dapat larut (butyric, caproic,caprilic dan capric ) serta asam lemak yang tak dapat larut (leuric, myristic, palmitic dan oleic). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">BJ air susu 0.93 dan lebih ringan dari BJ air. Hal ini memungkinkan lemak mengapung atau membentuk lapisan di permukaan air susu apabila air susu didinginkan. <o:p></o:p></p> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Air susu yang baru diperah mempunyai temperatur sama dengan temperatur badan sapi yaitu 37<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C , dalam hal ini lemak terdapat dalam bentuk cair. Beberapa jam setelah pemerahan temperatur air susu menurun menjadi 33<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C dan pada saat ini pembekuan lemak dimulai, dan akan membeku seluruhnya pada temperatur 23<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C. Titik beku dan titik cair lemak air susu berkisar antara 33<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C sampai 23<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Warna putih air susu ditentukan oleh lemak air susu. Lemak susu mempunyai alat refleksi terhadap sinar matahari. Bentuk lemak di dalam air susu merupakan butir yang disebut globuler. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada didalamnya. Makin banyak air maka makin besar globuler dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah maka air susu disebut pecah. Air susu yang <o:p></o:p></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <div class="Section11"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">10<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Globuler air susu mudah menyerap bau dari sekitarnya, oleh karena itu jangan simpan air susu pada tempat yang berbau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Buckle <i>et al</i>., (1987) menyatakan kerusakan yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai perkembangan flavor yang menyimpang dalam produk-produk susu, seperti: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Ketengikan, yang disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan pelepasan asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang mempunyai bau yang keras, khas dan tidak menyenangkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">b. Tallowiness </span></i><span style="font-size: 10pt;">yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak jenuh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">c. </span></i><span style="font-size: 10pt;">Flavor teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">d. </span></i><span style="font-size: 10pt;">Amis/bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi hidrolisa. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">3. Protein : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Kadar protein didalam air susu rata-rata 3.20% yang terdiri dari : 2.70% casein (bahan keju), dan 0.50% albumen. Berarti 26.50% dari bahan kering air susu adalah protein. Didalam air susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein didalam air susu juga merupakan penentu kualitas air susu sebagai bahan konsumsi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Albumin ditemukan 5 gram per kg air susu, dalam keadaan larut. Didalam pembentukan keju, albumin memisah dalam bentuk whey. Beberapa hari setelah induk sapi melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada air susu dan normal setelah 7 hari. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pada suhu 64<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan sifat protein pada telur. Akan tetapi karena kadar albumin yang sedikit maka pada pasteurisasi tidak dapat ditemukan, bahkan pada pemasakan yang dapat dilihat hanya merupakan titik-titik halus pada dinding dan dasar panci. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Laktosa : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat didalam air susu. Bentuk ini tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 4.60% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim laktase dalam mukosa usus. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">4. Vitamin dan enzim : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Kadar vitamin di dalam air susu tergantung dari jenis makanan yang diperoleh ternak sapi dan waktu laktasinya. Vitamin diukur dengan satuan International Units (IU) dan mg. Vitamin yang terdapat didalam lemak disebut ADEK, dan vitamin yang larut didalam air susu, tergolong vitamin B komplek, vitamin C, Vitamin A, provitamin A dan vitamin D. Vitamin yang larut didalam air susu yang terpenting ialah vitamin B1, B2, asam nikotinat dan asam pantotenat. Bila air susu dipanaskan/dimasak, dipasteurisasi atau disterilisasi maka 10 – 30 % vitamin B1 akan hilang, vitamin C akan hilang 20 – 60 %. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Enzim berfungsi untuk mengolah suatu bahan menjadi bahan lain dengan jalan autolyse. Enzim yang terkenal adalah peroxydase, reductase, katalase dan phospatase. Dengan adanya pemanasan, enzim tidak akan berfungsi lagi. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section12"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">11<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt;">IV. PERSYARATAN KUALITAS AIR SUSU</span></b><span style="font-size: 10pt;">. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Bila kita akan mengolah susu segar menjadi sesuatu produk olahan merupakan hal yang penting untuk menggunakan susu yang berkualitas baik. Persyaratan kualitas susu untuk pengolahan ini mencakup persyaratan 1. Fisika-kimia (<i>chemico-physical-requirement</i>) dan 2. Bakteri (<i>bacteriological requirement</i>). Biasanya susu harus mempunyai kualitas bakteri yang baik Pertumbuhan bakteri yang cepat pada susu segar menyebabkan bau yang tidak enak. Susu dapat terkontaminasi dari dalam maupun dari luar ambing. Kontaminasi dari dalam ambing berasal dari penyakit (TBC, brucellosis, mastitis), sedangkan kontaminasi dari luar berasal dari puting, udara, peminum susu, lalat dan alat pemerahan susu. Hal yang penting lainnya adalah susu harus bebas dari residu antibiotik, pestisida, dan serta susu yang berasal dari sapi yang mendapatkan perlakuan obat-obatan tidak boleh digunakan. Yang harus dijaga adalah bahwa susu tidak terkontaminasi oleh residu pembersih (<i>detergen</i>). Nyatanya bahwa bahan seperti <i>sulphonamides, nitrofurans dan quaternary ammonium </i>dapat menghambat fermentasi walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Susunan dan kekentalan merupakan hal yang penting diperhatikan bahwa susu tidak dipalsukan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 200%;">Berdasarkan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu, kualitas susu di negara-negara barat dan maju lainnya digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1.) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 100.000 setiap milliliter. Bakteri-bakteri koli tidak lebih dari 10 /ml. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Susu kualitas B (No. 2, sedang) jika jumlah bakteri nya antara 100.000 – 1.000.000/ml, dan jumlah bakteri koli tidak lebih dari 10/ml. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Susu dengan kualitas C (No. 3, jelek) jika jumlah bakterinya lebih daripada 1.000.000/ml. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h1 style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt;">V. PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUSU </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h1> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pemeriksaan air susu dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. Pemeriksaan secara fisik dapat dilakukan dengan memeriksa warna, rasa dan aroma air susu dengan indera kita, sedangkan pemeriksaan kualitas air susu secara kimia dilakukan dengan menggunakan zat kimia atau reaksi kimia tertentu. Pemeriksaan kualitas air susu secara biologis dapat dilakukan dengan mikroskopis, bakteriologis dan biokemis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pemeriksaan kualitas air susu di Indonesia dilakukan tidak hanya terhadap air susu, tetapi juga terhadap perusahaan-perusahaan peternakan sapi perah, jadi tempat-tempat produk susu. Pengawasan perusahaan tersebut dibagi dalam pengawasan mengenai peralatan perusahaan (ember, milk can, kandang, dan sapi-sapi) serta pengawasan terhadap pemeliharaannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pada pemeriksaan airs susu harus diperhatikan dua hal yaitu: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Keadaan air susu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Susunan air susu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Keadaan air susu dikatakan menyingkir, bila air susu kotor, mengandung kuman-kuman yang tidak ditemukan didalam air susu normal, air susu mulai busuk. Susunan air susu dikatakan menyingkir, bila air susu dicampur dengan bahan-bahan <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section13"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">12<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">yang biasanya tidak ditemukan pada air susu yang normal atau bila air susu tidak memenuhi syarat-syarat minimal. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Keadaan kandang : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kandang yang baik harus memenuhi syarat-syarat : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Letak kandang harus bebas dari kandang babi, ayam dan ternak lainnya. Hal ini maksudnya untuk menjaga flavour (rasa dan bau), karena air susu mudah sekali menyerap bau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Konstruksi kandang yang baik adalah dari papan atau beton. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Ventilasi kandang harus baik, agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Harus ada tempat penimbunan kotoran dan terletak jauh dari kandang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Keadaan kamar susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Kamar susu berfungsi untuk menyimpan air susu sementara sebelum dibawa ke pusat pengumpulan susu (<i>milk colecting centre</i>) atau kekonsumen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Sebaiknya kamar susu terhindar dari bau kandang yang tidak enak, dan ukuran kamar susu tidak perlu terlalu luas tetapi bersih. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Kesehatan sapi : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Kesehatan sapi harus selalu dijaga. Penyakit yang bisa ditulari sapi kepada manusia dan sebaliknya (<i>zoonosis</i>) melalui air susu adalah penyakit TBC, Anthrax, dan Brucellosis. Tanda-tanda sapi yang terserang penyakit anthrax antara lain adalah keluarnya darah dari hidung dan feses, sedangkan penyakit anthrax pada manusia menyebabkan bisul-bisul pada tubuh. Penyakit Brucellosis pada sapi dapat menyebabkan abortus (keguguran) pada sapi. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Kesehatan pemeliharaan sapi : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Kesehatan pemeliharaan sapi dapat mempengaruhi kualitas air susu sapi. Bila pekerja/pemelihara sapi menderita TBC atau typus, maka penyakit tersebut akan menular melalui air susu kepada konsumen air susu lainnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Cara pemberian pakan sapi : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">pemberian pakan sapi sebaiknya dilakukan tidak pada waktu pemerahan susu, karena aroma dari pakan ternak dapat diserap oleh air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">6. Persiapan sapi yang akan diperah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Sebelum sapi diperah, sebaiknya disekitar lipat paha sapi dibersihkan. Ambingnya dilap dengan kain yang dibasah basahi air panas. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi dan menstimulir memancarnya air susu sapi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">7. Persiapan pemerah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Sebelum memerah air susu, tangan pemerah harus dicuci bersih, begitu pula alat-alat yang digunakan pemerah pada saat memerah air susu. Jumlah kuman yang dapat terkoreksi adalah 150 – 200 ribu/ml air susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">8. Bentuk dari ember : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Ember yang digunakan pada waktu pemerahan adalah ember khusus, dimana ember tersebut agak tertutup, hanya diberi lubang sedikit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">9. Pemindahan air susu dari kandang : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Setelah memerah, air susu dibawa ke kamar susu. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari agar air susu tersebut tidak berbau sapi ataupun kotoran. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">10. Penyaringan air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section14"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">13<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari air susu, sebaiknya air susu disaring dengan menggunakan saringan yang memakai filter kapas atau kain biasa yang dicuci dan direbus setiap kali habis dipakai. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">11. Cara pendinginan air susu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Sebaiknya setelah diperah, air susu langsung didinginkan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghambat dan mengurangi perkembangan kuman. Air susu sebaiknya didinginkan maximum 7<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C dan minimum 4<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">12. Cara pencucian alat-alat : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Untuk memperoleh alat-alat yang bersih, cucilah alat-alat dengan air dingin atau hangat supaya sisa-sisa susu hilang. Kemudian cuci dengan air sabun yang hangat, disikat dan dibilas. Alat-alat tersebut kemudian direndam dengan air mendidih selama 2 – 3 menit atau diuapkan selama 30 detik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">13. Pengawasan terhadap lalat : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Pengawasan terhadap lalat perlu sekali dilakukan. Hal ini dimaksud selain untuk mengurangi jumlah kuman, juga untuk menjaga agar sapi tidak gelisah. Bila pengawasan terhadap lalat dilaksanakan sebaik mungkin, setidak-tidaknya jumlah kuman akan dapat ditekan. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><u><span style="font-size: 10pt;">Pengambilan Contoh Susu : </span></u><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Untuk pemeriksaan kualitas air susu bagi perusahaan peternakan atau peternak kecil diperlukan pengambilan contoh susu yang akan diperiksa kualitasnya. Pengambilan contoh dilakukan dengan menahan loper susu dan mengambil satu botol susu botol (isinya 250 – 500 cc) air susu. Kemudian pada tiap botol contoh tadi diberi tanda yang memuat : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Tanggal, jam dan tempat pengambilan contoh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Nama pemilik perusahaan dan nam pengambil contoh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Keterangan lain yang dianggap penting. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Bila contoh susu diambil dari <i>melk bus</i>, maka hendaknya isi dari <i>melk bus </i>diaduk terlebih dahulu supaya kita mendapat contoh yang homogen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent3" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><span style="font-size: 10pt;">Sekali-kali pemeriksaan laboratorium tidak memberikan ketentuan-ketentuan mengenai susunan atau keadaan air susu, mencegah susu tersebut pecah. Susu yang telah diawetkan dengan cara ini dapat dianalisa mengenai kandungan zatnya : lemak, protein, laktose dan mineral. Zat pengawet tersebut dapat pula berbentuk tablet yang mengandung HgC<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">l2</span></sub>, K<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>CrO<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">7 </span></sub>atau bahan pengawet lainnya sekurang-kurangnya 0.5 gr zat aktif yang terkandung dalam satu tablet untuk 220.8 ml susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h2 style="text-align: justify;"><u><span style="font-size: 10pt;">Pemeriksaan Air Susu Di Laboratorium </span></u><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Dilaboratorium air susu diperiksa sebagai berikut : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. <u>Keadaan air susu </u><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. <u>Uji warna</u>, apakah warnanya putih susu, <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bila warna susu biru, berarti dicampur dengan air <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bial warna susu kuning, terdapat carotene (Pro-vit. A) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bila warna susu merah, kemungkinan terdapat darah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. <u>Uji bau</u>, susu yang normal bau susu, <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bila susu berbau busuk, karena penyakit mastitis <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bila susu berbau asam, susu telah membusuk <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bila susu berbau silage, bau lobak dan lain lain tergantung dari macam pakan yang dimakan oleh sapi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. <u>Uji rasa</u>. Rasa susu yang normal agak manis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Rasa susu pahit, karena pembentuk pepton <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Rasa lobak, karena adanya kuman coli <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section15"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">14<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Rasa sabun karena adanya kuman laktis <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. <u>Uji masak</u>. Diambil 10 cc air susu masukkan dalam tabung reaksi lalu dipanasi sampai mendidih, bila terdapat butir-butir air susu, maka ini dinyatakan positif, hal ini disebabkan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Derajat asam tinggi, air susu sudah pecah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Mengandung colostrum <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Sapi yang hampir kering <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Bahan keju telah berubah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Penyakit mastitis <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. <u>Uji penyaringan. </u>Setelah sampai satu liter air susu dengan memakai kertas saring yang terbuat dari kapas, dapat dinilai apakah air susu itu bersih, sedang, kotor atau kotor sekali. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">f. <u>Uji alkohol</u>. Ambil air susu sebanyak 5 cc masukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan alkohol 70% 5 cc, kemudian dikocok pelan-pelan. Dapat pula diadakan uji ganda ialah 5cc air susu dengan 10 cc alkohol 70%. Bila terjadi butir-butir pada air susu maka dinyatakan positif. Air susu yang positif disebabkan karena : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Air susu mulai asam atau telah asam <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Adanya colostrum <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">- </span><span style="font-size: 10pt;">Permulaan adanya mastitis <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. <u>Keadaan susu dan air susu </u><o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><span style="font-size: 10pt;">Untuk pemeriksaan susunan air susu, maka banyak dilakukan di Indonesia adalah: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. <u>Uji berat jenis, </u>untuk mengukur verat jenis air susu dipakai alat yang disebut lacto densimeter yang telah ditera pada suhu 27.5<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C. Lacto densimeter ada yang telah memakai termometer ada pula yang tidak memakai. Untuk pengukuran berat jenis air susu, tuangkan 250 cc atau 500 cc air susu kedalam tabung ukur, kemudian dicatat berat jenis dan suhu dari air susu tersebut. Setelah itu lihat tabel penyesuaian berat jenis air susu dari suhu yang tercatat tadi pada suhu 27.5<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C, karenha suhu ini adalah suhu kamar rata-rata di Indonesia. Berat jenis air susu yang baik minimum 1.0280. Pengukuran air susu hanya dapat dilakukan setelah 3 jam dari pemerahan atau bila suhu air susu sudah terletak antara 20<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C sampai 30<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0</span></sup>C, karena pada keadaan ini air susu telah stabil. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. <u>Kadar lemak susu</u>, untuk Indonesia umumnya menggunakan cara Gerber ialah : ambil 10 ml asam belerang dengan konsentrasi 91-92% dengan menggunakan pipet dalam hal ini harus berhati-hati, kemudian masukkan kedalam botol “<i>butyrometer</i>”, tambahkan 11 ml air susu ke dalamnya dan akhirnya tambahkan 1 ml amylalcohol p.a. kedalam “<i>butyrometer</i>” tersebut. Tutup “<i>butyrometer</i>” tersebut dengan sumbat yang terbuat dari karet dan kocok perlahan-lahan sampai zat-zat tadi tercampur menjadi homogen. Taruh “<i>butyrometer</i>” tersebut dalam penangas air (<i>water bath</i>) dengan suhu 65 – 70<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0 </span></sup>C selama 10 menit. Setelah itu “<i>butyrometer</i>” tersebut dipusing (<i>centrifuge</i>) selama 5 menit dengan alat pemusing yang berkecepatan 1200 putaran permenit. Masukkan lagi “<i>butyrometer</i>” kedalam penangas air selama 5 menit dan akhirnya kadar lemak dibaca pada skala yang terdapat pada “<i>butyrometer</i>” tersebut untuk mendapat skala nol pada batas antara lemak dengan zat lainnya. Di Indonesia untuk pemeriksaan kadar lemak sudah dapat ditentukan dalam waktu 30 detik tiap sampel susu ialah dengan memakai alat yang disebut <i><u>milko-tester</u></i>. Alat ini dibuat di Denmark dan secara otomatis dapat kadar lemak dapat dibaca pada suatu panel dari alat tersebut atau dicatat secara otomatis oleh suatu alat yang ditempelkan kepadanya. Test ini berdasarkan prinsip bahwa hamburan cahaya <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section16"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">15<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">yang disebabkan oleh gelembung-gelembung lemak adalah sebanding dengan kadar lemak dalam sampel susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. <u>Bahan kering air susu, </u>dapat dihitung dengan menggunakan rumus <i>Fleischman</i>: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bahan kering = 1.23 L + 2.71 <u>100 (B.J. – 1) </u><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">B.J <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">L = Kadar lemak air susu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">B.J = Berat jenis air susu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. <u>Bahan kering tanpa lemak</u>, dapat dihitung dengan mengurangi kadar bahan kering tersebut dengan kadar lemak. Minimum untuk di Indonesia kadar bahan kering tanpa lemak adalah 8% dari air susu yang baik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pada umumnya di kota-kotamadya di Indonesia untuk menentukan susunan dari air susu itu baik atau tidak, maka yang diperiksa adalah berat jenis, kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan/membeli alat-alat untuk mengukur titik beku dan angka refraksi, maka tidak dibahas untuk pemeriksaan tersebut untuk diktat ini. Pemeriksaan air susu didaerah-daerah cukuplah dilakukan dengan berat jenis, kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak dari air susu, walaupun di beberapa kotamadya ada pula yang melakukan pemeriksaan titik beku, angka refraksi dan angka katalase berhubung masih mempunyai alat-alatnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <h2 style="text-align: justify;"><u><span style="font-size: 10pt;">Pemeriksaan Air Susu Terhadap Pemalsuan </span></u><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pemeriksaan air susu terhadap kemungkinan pemalsuan tidak mudah. Hasil pemeriksaan sesungguhnya hanya berarti kalau air susu yang diperiksa dibandingkan dengan hasil pemeriksaan susu kandang, yang langsung berasal dari pemerahan sapi. Disamping itu air susu setiap hari dapat berbeda, perbedaan ini lebih nyata pada seekor sapi dari pada susu campuran dari berbagai sapi. Perbedaan ini disebabkan karena makanan dan keadaan sapi-sapinya sendiri. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pemalsuan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga air susu tidak memperlihatkan adanya penyingkiran susunannya. Hal berikut ini hendaknya mendapat perhatian: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Tiap-tiap air susu yang B.J-nya rendah harus diawasi misalnya lebih rendah dari 1,0280, walaupun tidak semuanya dipalsukan dengan penambahan air. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Bila disamping itu didapatkan kadar lemak rendah, maka kemungkinan pemalsuan lebih besar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Dalam hal itu %lemak dalam bahan kering dapat dihitung. Bila kadar lemak dalam bahan kering lebih rendah dari 2.5%, maka air susu harus dikatakan abnormal. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Pemalsuan dengan air dapat dibuktikan selanjutnya, bila titik beku atau angka refraksi air susu diperiksa. Air susu di Indonesia mempunyai titik beku normal diantara 0°C dan – 0,520°C, sedangkan angka refraksi minimal harus 34 (<i>Melk Codex</i>). Perubahan-perubahan air susu dapat pula terjadi karena perubahan makanan yang diberikan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Bila B.J air susu normal, akan tetapi kadar lemaknya rendah, maka biasanya hal ini disebabkan oleh pengambilan kepala susu (krim), juga % lemak di dalam bahan kering sangat rendah. Dalam hal ini penetapan titik beku air susu sangat penting. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section17"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">16<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 8. Bagan Pemalsuan <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0.05pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 14.5pt;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 14.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Pemalsuan air susu dengan </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="7" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 14.5pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Mengakibatkan </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 36.4pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.4pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">B. J. </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.4pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">% </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Lemak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.4pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kadar B.K </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.4pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">% Lemak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">B.K </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 36.4pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Titik Beku </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 72.9pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; color: black;">1. Air Kelapa <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; color: black;">2. Skim milk atau mengurangi krim <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; color: black;">3. mengurangi krim dan menambah air atau penambahan air dan skim milk <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun, tetap atau naik <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">turun <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Tetap <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">turun <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 72.9pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Tetap <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Naik <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <!--[if !supportMisalignedColumns]--> <tr height="0"> <td style="border: medium none ;" width="395"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="52"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="72"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="0"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="68"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="68"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="47"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="45"><br /></td> </tr> <!--[endif]--> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->1. Pemalsuan dengan air : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->a. Kalau sedikit air ditambahkan, aspek air susu tidak berubah. Kalau air ditambah dalam jumlah banyak, maka susu akan encer dan kebiru-biruan. Umumnya pemalsuan mengakibatkan : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->b. Titik beku naik <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->c. Angka refraksi turun <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->d. Berat jenis, kadar lemak dan kadar bahan kering turun. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->e. % lemak bahan kering tetap <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->f. Kadang-kadang dapat dinyatakan adanya nitrat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->Membuktikan adanya nitrasi adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->a. 0.5 gr diphenylamine dilarutkan didalam campuran 100 cc asam belerang dan 20 cc aguadest. <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->b. Kira-kira 2 cc larutan ini dimaksudkan kedalam cawan porselen. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->c. Tambaan secara perlahan-lahan 0.5 cc serum calcium chlorida susu yang tersangka kedalam larutan b tersebut di atas sehingga tidak tercampur menjadi satu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->d. Reaksi positif kalau terbetuk cincin biru <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Catatan : - Asam belerang yang dipakai tidak boleh mengandung nitrat <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;">- Cincin yang berwarna biru muda tidak bereaksi positif <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Perhitungan Kadar Pemalsuan : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Berdasarkan Kadar Lemak : Kadar air yang dibubuhkan kepada 100 bagian susu penuh dapat dihitung dengan rumus : <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11.5pt;">,2)21(100<i>LLL</i>− </span><span style="font-size: 10pt;">L1 = Kadar lemak susu kandang <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">L2 = Kadar lemak susu tersangka <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Berdasarkan Berat Jenis : Jamlah air pemalsu setiap 100 bagian susu penuh : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11.5pt;">,2..)2..1..(100<i>JBJBJB</i>− </span><span style="font-size: 10pt;">B.J. 1 = Berat jenis susu kandang <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">B.J.2 = Berat jenis susu tersangka <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. <u>Pemalsuan dengan Skim Milk atau Mengurangi Krim </u><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">Pemalsuan ini umumnya mengakibatkan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. B.J. naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Kadar lemak turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Kadar bahan kering turun <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section18"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">17<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Kadar lemak dalam bahan kering turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Titik beku mungkin tidak menyimpang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Pemalsuan dengan penambahan air dan skim milk atau dengan pengambilan krim dan penambahan air (Pemalsuan Berganda) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Bila air susu ditambah air dan skim milk dalam perbandingan yang betul atau krim diambil dari susu kemudian ditambah air dalam perbandingan yang betul, maka air susu akan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Berat jenis tidak berubah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Kadar lemak turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Kadar bahan kering akan turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Kadar lemak dalam bahan kering akan turun juga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Pemalsuan dengan Santan, mengakibatkan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Angka refraksi turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Kadar lemak naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Daya pisah krim menjadi lambat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Angka katalase naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Kadar gula naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">f. Terdapat butir-butir lemak besar dari sel-sel tumbuhan (mikroskop) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Pemalsuan dangan air kelapa <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pemalsuan ini kadang-kadang karena susu berbau kelapa, maka jarang dilakukan orang. Akibatnya pemalsuan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Angka refraksi turun <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Kadar lemak naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Daya pisah krim menjadi lambat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Angka katalase naik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Kadar gula <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">f. Terdapat butir-butir lemak besar dari sel-sel tumbuhan (mikroskop) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Susu yang disangka dipalsukan dengan santan, hendaknya sedimen atau bagian lemaknya diperiksa secara mikroskopis pada pembesaran rendah. Bila ditemukan hanya satu butir lemak besar, maka sangkan terhadap pemalsuan sudah sangat dikuatkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">6. Pemalsuan Dengan Air Beras/Air Tajin <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pemalsuan secara ini sering dilakukan. Pemalsuan ini dapat dibuktikan secara kimiawi atau dengan mikroskop. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Pemeriksaan Kimiawi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Di dalam tabung reaksi dicampurkan 10 cc air susu dengan 0.5 cc larutan asam asetat (<i>acetic acid</i>) kemudian dipanaskan dan disaring degan kertas saring. Kepada filtratnya diteteskan 4 tetes larutan lugol. Reaksi negatif, jika warna cairan menjadi hijau dan reaksi poritif jika warna cairan menjadi biru. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">b. Pemeriksaan dengan Mikroskop <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Di dalam sediaan natif susu atau sedimennya dapat dilihat butir-burir amylumnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">7. Pemalsuan dengan Susu Masak <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pemalsuan ini sering dilakukan. Konsumen lebih suka minum susu pada pagi hari, karena itu sore hari susu banyak sisa diperusahaan atau pada peternakan rakyat. Sisa itu dimasak lalu didinginkan dan disimpan. Besok paginya susu yang telah dimasak itu dicmpur dengan susu segar berasal dari pemerahan pagi hari. Inipun merupakan pemalsuan yang dapat dibuktikan secara kimia atau mikroskopi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">8. Pemalsuan dengan Susu Kambing <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Air susu yang dipalsukan dengan susu kambing akan berbau tajam dari kambing. Dengan demikan akan mudah dibuktikan pemalsuan tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section19"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">18<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">9. Pemalsuan dengan Susu Kaleng Atau Penambahan Gula <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Dibuktikan dengan reaksi <i>Conradi </i>ssebagai berikut : Di dalam cawan porselen dicampur : resorcin 100 mg, air susu 25 ml dan HCl 2.5 ml. Campuran ini dimasak sampai mendidih selama 5 menit sambil diaduk-aduk perlahan-lahan. Bila terjadi warna ungu membuktikan adanya pemalsuan susu dengan susu manis. Bila terjadi warna coklat membuktikan pemalsuan dengan susu kaleng yang tak bergula. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">10. Pemalsuan dengan Tepung <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Sering orang melakukan pemalsuan susu segar dengan menambahkan air kemudian ditambah dengan tepung segar supaya berat jenis susu tetap tinggi. Maka untuk itu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">a. Kocok susu yang tersangka secara sempurna <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">b. Teteskan susu tersebut sebanyak 15-20 tetes kedalam cawan gelas <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">c. Tambahkan 1 tetes larutan jodium 0.1 N <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">d. Kocok secara perlahan-lahan dengan sumber memutar cawan gelas tersebut kemudian biarkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">e. Setelah satu menit, lihatlah dasar cawan gelas tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bila terdapat butir-butir berwarna biru tua hal ini menunjukkan bahwa susu tersebut telah dibubuhi tepung. Mungkin pula terdapat 2 atau 3 butir-butir yang berwarna kecoklat-coklatan hal ini keadaan yang normal. Dengan cara pemeriksaan tersebut diatas dapat menentukan adanya tepung sampai 0,001 %. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoHeading7" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt;">VI. HASIL IKUTAN TERNAK </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Hasil ikutan dari pemotongan ternak adalah kulit, tulang, bulu serta kotoran (feses dan urin) ternak. Hasil ikutan ini bisa memiliki nilai ekonomis dan dapat ditingkatkan kualitasnya apabila dilakukan penanganan yang baik, sehingga memiliki daya guna dan memberikan nilai tambah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Kulit </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Kulit adalah salah satu organ tubuh dimana pertumbuhan dan perkembangannya tidak lepas dari pertumbuhan ternak secara keseluruhan. Berat kulit pada ternak lebih kurang 10% dari berat tubuh dan nilai kulit 10-15% dari nilai karkas. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Pertumbuhan kulit dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik berpengaruh terhadap karakteristik struktur jaringan kulit. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap ketebalan lapisan-lapisan kulit, dan komponen kimiawi penyusun kulit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Mutu/kualitas kulit ditentukan oleh : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Perlakuan sewaktu ternak masih hidup (iklim, pakan, luka goresan, bekas cambuk, cap bakar, dan penyakit) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Perlakuan setelah pemotongan ternak (cara pemotongan dan pengulitan). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Perlakuan selama pengawetan (suhu dan kelembaban ruang, sentuhan logam) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Perlakuan selama pengangkutan (suhu dan kelembaban, air hujan, air laut,) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Penyimpanan(kelembaban dan waktu) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 10pt;">Tulang </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Tulang merupakan salah satu tenunan pengikat. Tulang terdiri dari sel, serat-serat dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang adalah protein dan garam- <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section20"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">19<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">garam mineral, seperti kalsium fosfat 58,3%, kalsium karbonat 1,0%, magnesium fosfat 2,1%, kalsium florida 1.9% dan protein 30,6%. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Tulang mengandung kurang lebih 50% air dan 15% sumsum merah dan kuning. Sumsum tulang terdiri dari lemak sebesar 96%. Tulang yang telah diambil lemaknya terdiri dari bahan organik dan garam-garam anorganik dalam perbandingan 1:2. Penghilangan zat organik oleh panas tidak menyebabkan perubahan struktur tulang secara keseluruhan, tetapi akan mengurangi berat tulang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Berdasarkan asalnya, tulang dapat dibedakan menjadi dua kategori : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">1. Collected bone </span></i><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">2. Slaugterhouse bone </span></i><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt;">Collected bone </span></i><span style="font-size: 10pt;">memiliki ukuran bervariasi, banyak mengandung daging, kadar lemak tinggi (sering terhidrolisia sehingga mutu gelatin yang dihasilkan rendah). Jenis ini lebih cocok untuk pembuatan bahan perekat dan dapat diperoleh dari penjualan daging di pasar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Jenis <i>Slaugterhouse bone </i>diperoleh dari tempat pemotongan hewan langsung mendapat perlakuan sebelum digunakan lebih lanjut, sehingga sedikit mengalami kontaminasi. Jenis ini cocok untuk bahan baku pembuatan gelatin (suatu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai gelling, bahan pengental atau penstabil). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Bulu </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bulu yang dimaksudkan disini adalah bulu unggas dan bulu domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bulu unggas: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bulu ayam sudah digunakan untuk bahan pakan ternak dengan mengolahnya terlebih dahulu menjadi tepung bulu. Bulu ayam ini bisa diperoleh dari hasil sisa usaha pemotongan ayam. Kandungan zat gizi tepung bulu ayam adalah: air 8,14%, protein kasar 81,46%, lemak kasar 1,90%, serat kasar 1,98%, BETN 0,25%, abu 6,21%, Ca 0,83% dan P 0,36%. Tepung bulu dapat digunakan dalam ransum broiler sampai 7,5% sebagai pengganti tepung ikan asal ditambahkan 0,1% methionine dan 0.2% lysine. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bulu domba/wool: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Sifat-sifat wool: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Bersifat porous sehingga dapat mengabsorpsi air lebih banyak dari serat lain, wool dapat menyerap air ± 18% dari beratnya tanpa terasa menjadi basah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Menimbulkan rasa hangat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Merupakan insulator yang sangat baik, sehingga mencegah rasa hangat tubuh hilang dan mencegah rasa dingin . <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Ringan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. sangat elastis, rata-rata wool dapat diregang sepanjang 30 persen panjang wool dan akan kembali kepada panjang semula. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">6. melalukan sinar ultra violet. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">7. Mudah dicelup dan warna celupan tahan luntur. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">8. Tahan regangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">9. Serat wool adalah kuat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">10. Tidak dapat terbakar dan pembakaran akan segera terhenti apabila wool dijauhkan dari api. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">11. Dapat dilipat tanpa menimbulkan bekas lipatan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">Komposisi Kimia Wool <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Secara kimia, wool sebagian besar terdiri dari keratin yang merupakan bagian terbesar dari rambut, kuku dan tanduk serta bulu. Keratin adalah bahan nitrogen, sulfur dan asam amino. Komposisi kimia tersebut adalah carbon 50%, oksigen 22%, nitrogen 16-17% dan sulfur 3-4%. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section21"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">20<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bahan-bahan yang Melekat pada Wool <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Wool yang telah dicukur dalam bentuk diolah, mengandung bermacam-macam bahan yang melekat. Beberapa diantaranya tidak merugikan bahkan penting untuk pengawet sehingga wool dapat disimpan lama sebelum dipergunakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Jumlah bahan-bahan yang melekat bervariasi dan dipengaruhi oleh bangsa domba, iklim dan makanan. Materi ini terdiri atas yolk, suint, rumput atau bahan berasal dari tanaman, kotoran, cairan, debu dan lain-lain. Dalam beberapa hal, bahan-bahan ini mengakibatkan wool bertambah besar. Persentase berbagai bahan yang melekat pada wool yang belum diolah adalah sebagai tabel 9. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tabel 9. Persentase Berbagai Bahan yang Melekat pada Wool yang Belum Diolah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Yolk <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Yolk atau lemak wool secara langsung tampaknya adalah sangat penting dalam pengawetan. Wool yang mengandung yolk sedikit memperlihatkan kerusakan terutama di dekat ujung serat. Jumlah yolk yang disekresikan oleh domba wool halus dan padat bulunya adalah lebih banyak daripada domba berbulu kasar. Yolk adalah campuran beberapa macam material diantaranya cholesterol. Yolk adalah buakan lemak dan tidak membentuk sabun dengan alkali. Yolk larut dalam ether, alkohol, benzene dan lain-lain. Sebagian besar dapat dicuci dengan air dan membentuk emulsi. Apabila dimurnikan maka dapat lanolin nahan yang berguna untuk industri seperti kosmetika, semir bahan anti karat dan lain-lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">2. Suint <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Suint tidak dapat dibedakan dari yolk. Yolk dan suint tercampur dalam wool yang belum diolah. Suint sangat berbeda dari yolk dan mudah larut dalam air. Suint terdiri atas garam-garam kalium dengan berbagai asam lemak, sedikit fosfat, sulfat dan bahan-bahan yang mengandung nitrogen. Jumlah suint disekresikan tidak mempunyai hubungan dengan besar produksi wool. Tampaknya suint merupakan sumber bau dari domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">3. Material lainnya <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Material lain yang terdapat pada wool disebabkan karena benda tersebut menempel selama domba tidak dicukur bulunya. Benda-benda tersebut mungkin pula diperoleh hewan karena dipping atau spraying dan pemberian tanda dengan zat warna. Benda-benda asing yang menempel tersebut dapat berupa debu, pasir, rumput, kotoran hewan dan lain-lain. Benda-benda ini sangat menurunkan nilai wool keseluruhan, karena wool yang mengandung banyak benda-benda tersebut perlu mendapat perlakuan khusus di dalam pabrik untuk memperoleh wool yang siap untuk bahan pakaian dan lain-lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">Penyusutan Wool <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Bulu yang dicukur dari domba terdiri dari wool, lemak dan bahan-bahan asing lainnya. Di dalam pabrik, hanya wool saja yang digunakan, sedangkan lemak dan bahan-bahan asing lainnya disingkirkan. Setelah proses untuk membuan lemak dan <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 14.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Jenis Material </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Persentase dalam Wool </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 60.7pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 60.7pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Serat Wool <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Yolk <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Suint <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Material Asing <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Air <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 60.7pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">15-17 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">7-40 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5-15 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">5-40 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">3-20 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section22"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">21<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">kotoran lainnya dilakukan, maka diperoleh wool bersih. Persentase kandungan lemak dan benda-benda asing, kotoran lain-lain yang terbuang tersebut disebut penyusutan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Penyusutan dari wool dalam proses pembuangan kotoran bervariasi antara 35-80 persen. Bangsa domba wool halus banyak menghasilkan lemak di dalam woolnya, sehingga susut lebih banyak daripada bangsa domba wool sedang dan bangsa domba wool panjang. Domba-domba dalam satu bangsa juga memperlihatkan penyusutan yang bervariasi. Kondisi tempat dimana domba dipelihara akan menyebabkan bervariasinya penyusutan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Domba yang dipelihara di daerah kering akan lebih banyak mengandung kotoran dalam woolnya daripada domba yang dipelihara di tempat tertutup dengan vegetasi yang baik. Wool di bagian perut, kaki dan leher akan menyusut lebih banyak daripada wool pada bagian tubuh lainnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Kotoran Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Kotoran ternak terdiri dari kotoran padat dan cair atau disebut feses dan urine. Ada beberapa pilihan untuk memanfaatkan kotoran ternak, yaitu penggunaan kotoran ternak untuk pupuk, penghasil biogas dan bahan pembuatan bioarang. Penggunaan kotoran ternak untuk pupuk sudah lama dilakukan dan penggunaannya telah meluas. Penggunaan kotoran ternak untuk menghasilkan biogas dan bioarang, walaupun sudah populer, tetapi penggunaannya belum meluas. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Biogas adalah bahan bakar yang diperoleh melalui proses fermentasi anaerob dari limbah pertanian, kotoran ternak, tinja manusia, dan bahan organik lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Beberapa keuntungan yang akan diperoleh dari penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas adalah sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Biogas yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan minyak tanah yang jumlahnya terbatas dan harganya cukup mahal. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Jika diterapkan oleh masyarakat di sekitar hutan yang banyak menggunakan kayu sebagai bahan bakar, diharapkan dapat mengurangi penebangan kayu sehingga kelestarian hutan lebih terjaga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran yang semula hanya mencemari lingkungan digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Dengan demikian kebersihan lingkungan lebih terjaga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Selain menghasilkan energi, buangan (<i>sludge</i>) dari alat penghasil biogas ini juga dapat digunakan sebagai pupuk kandang yang baik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 10pt;">Bioarang adalah arang yang diperoleh dari pembakaran biomassa kering dengan sistem tanpa udara (<i>pirolisis</i>). Adapun biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 10pt;">Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan pembuatan bioarang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan pembuatan biogas. Kedua cara ini sama-sama merupakan usaha meningkatkan dan memanfaatkan energi yang terdapat di dalam kotoran ternak. Namun pada cara ini, kotoran ternak dibuat menjadi arang sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan kemampuan energi pembakaran yang lebih besar. Sebagai gambaran, energi yang dihasilkan dari pembakaran kayu hanya 3300 kkal/kg, sedangkan energi yang dihasilkan dari pembakaran bioarang dapat mencapai 5000 kkal/kg. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 10pt;">Bioarang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan arang biasa: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">1. Menghasilkan panas pembakaran yang lebih tinggi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">2. Asap yang dihasilkan lebih sedikit <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">3. Bentuk dan ukuran seragam karena dibuat dengan alat pencetak <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">4. Dapat tampil lebih menarik karena bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan keinginan pembuat <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section23"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">22<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">5. Menggunakan bahan baku yang tidak menimbulkan masalah lingkungan, bahkan dapat mengurangi pencemaran akibat kotoran ternak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 10pt;">Namun, selain memiliki kelebihan, bioarang juga memiliki kekurangan sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">1. Biaya pembuatan bioarang relatif lebih mahal dibandingkan arang biasa. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pembuatan bioarang dalam skala yang relatif besar sehingga biaya perunitnya dapat ditekan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt;">2. Cara memulai pembakaran bioarang lebih sulit dibandingkan arang biasa. Namun, kesulitan ini dapat diatasi dengan penetesan minyak tanah atau spiritus pada bioarang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Kandungan zat hara dan air dari beberapa jenis pupuk kandang dapat dilihat pada tabel 10. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt;">Tabel 10. Kandungan Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Setiap sapi dewasa menghasilkan kotoran segar sebanyak 25 kg perhari. Kotoran sapi setelah mengalami proses fermentasi dalam kondisi anaerob akan menghasilkan gas terutama gas methana dan karbondioksida. Setiap 1 kg kotoran sapi akan menghasilkan gas bio sebanyak 25-30 liter dengan dengan komposisi gas CH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4 </span></sub>60-70%, CO<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2 </span></sub>20-25%, H<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>S 7%, NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>2% dan sisanya gas lain sebanyak 1%. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Untuk keperluan memasak dan penerangan malam hari dari keluarga yang terdiri dari 5 orang diperlukan ternak sebanyak 5 ekor sapi atau 10 ekor babi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Selain ketiga cara pemanfaatan kotoran ternak tersebut sebenarnya masih ada cara pemanfaatan lainnya, tetapi dalam pemanfaatan ini kotoran ternak hanya sebagai bahan tambahan, bukan sebagai bahan utama. Kotoran ternak dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kompos, sebagai bahan tambahan media jamur, dan sebagai bahan tambahan pakan ternak. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 18.15pt;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 18.15pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Jenis Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="4" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 18.15pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kadar zat hara dan Air (%) </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: solid solid none none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; height: 18.15pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Keterangan </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">N </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">P </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">K </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; color: black;">Air </span></b><span style="font-size: 10pt; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 157.95pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Sapi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Padat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Cair <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kerbau <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Padat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Cair <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Kambing <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Padat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Cair <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Domba <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Padat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman"; color: black;">- </span><span style="font-size: 10pt; color: black;">Cair <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">Ayam <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,40 1,00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,00 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,75 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,35 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,00 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,10 1,50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,30 0,15 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,30 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,13 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,05 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,80 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,20 0,50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,34 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,50 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,17 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">1,80 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,45 2,10 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">0,40 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">92 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">92 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">60 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">85 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; color: black;">55 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 157.95pt;" valign="top"> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: -4.3pt; text-align: justify; text-indent: 4.3pt;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">pupuk dingin <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: -4.3pt; text-align: justify; text-indent: 4.3pt;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">pupuk dingin <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: -4.3pt; text-align: justify; text-indent: 4.3pt;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">pupuk panas <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">pupuk panas <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: -4.3pt; text-align: justify; text-indent: 4.3pt;"><span style="font-size: 10pt; color: black;">pupuk panas <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <!--[if !supportMisalignedColumns]--> <tr height="0"> <td style="border: medium none ;" width="107"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="77"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="77"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="77"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="15"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="15"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="98"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="23"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="23"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="34"><br /></td> </tr> <!--[endif]--> </tbody></table> <p class="Default"><span style="color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section24"> <p class="Default"><i><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i><span style="font-family: "Times New Roman"; color: windowtext;">23<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoSubtitle" style="margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <h3 style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt;">DAFTAR PUSTAKA </span></b><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></h3> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 200%;">Astawan M. W. <u>dan </u>M. Astawan, 1989. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Akademi Presindo. Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Blakely, J. <u>dan </u>D.H. Bade., 1985. The Science of Animel Husbandry. Four Edition. Prenticeall, Inc. A Division of Simon and Schuster, Engzlewood Cliffs, Newjersey 07632. USA. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet <u>and </u>M. Wootton., 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Univrsitas Indoneesia. Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Cross, H.R <u>and </u>A.J. Overby., 1988. Meat Science, Milk Science and Technology. Elsevier Science Publishers B.V. Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Dinas Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, 2000. Statistik Peternakan Tahun 2000. Medan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Ernawani, 1991. Pengaruh Tatalaksana Pemerahan Terhadap Kualitas Susu Kambing. Media Peternakan Vol 15: 38-46. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Ernawati et al., 1986. Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Air Susu Sapi. Media Peternakan Vol: 50-59. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Sudono, A., 1983. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt;">Sudono, A., IK. Abdulgani, H. Najib dan Ratih, A.M., 1999. Penuntun Praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="Default"><span style="font-size: 10pt; color: windowtext;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <p class="MsoNormal"><i><span style="font-size: 10pt;">©2004 Digitized by USU Digital Library </span></i>24</p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-50624455120776348232007-12-13T11:46:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.649-07:00PENINGKATAN KINERJA REPRODUKSI PADA PHASE KEBUNTINGAN MELALUI TEHNIK SUPEROVULASI PADA TERNAK DOMBA<p class="MsoBlockText" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0in; text-align: left;" align="left"><span style="font-family: Symbol;" lang="PT-BR"><span style="">ã</span></span><span style="font-family: Arial;"> 2003<span style=""> </span>Elvia Hernawan<span style=""> </span><span style=""> </span>Posted<span style=""> </span>31 May 2003<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Term paper </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-AU"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Intoductory Science Philosophy (PPS702)<span style=""> </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-AU"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Graduate Program / S3</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-GB"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Institut Pertanian <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bogor</st1:place></st1:City></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">May 2003</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-GB"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-GB"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Instructors :</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-GB"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 200%; font-family: Arial;"><span style=""> </span>Dr Bambang Purwantara</span></b><span style="font-size: 10pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";"> <b style=""><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoTitle"><span style="font-size: 18pt; font-family: Arial; color: rgb(153, 51, 102);">PENINGKATAN KINERJA REPRODUKSI PADA PHASE KEBUNTINGAN<span style=""> </span>MELALUI TEHNIK SUPEROVULASI PADA TERNAK DOMBA<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Oleh :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman"; color: blue;">ELVIA HERNAWAN</span><span style="font-size: 14pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman"; color: blue;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";">G. 361020161<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent"><span style=""> </span>Ditinjau dari sudut teknik beternak, domba mempunyai keunggulan selain mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan sifat prolifik yaitu mempunyai kemampuan melahirkan anak hingga 4 ekor<span style=""> </span>dalam satu kelahiran (Subandriyo, 1990, Inonuo dan Ignicus 1991..). Kenyataan dilapangan menunjukan domba-domba yang melahirkan lebih dari 2 ekor, akan diikuti dengan angka kematian yang tinggi, sehingga pada akhirnya mengakibatkan rendahnya effisiensi reproduksi. Dugaan kuat, telah terjadi persaingan antar anak dalam pengambilan zat makanan sejak awal kebuntingan, sementara<span style=""> </span>induk tidak mempunyai persiapan<span style=""> </span>yang memadai.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Pada awal kebuntingan, peranan lingkungan mikro uterus sangat menentukan kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan embrio, uterus merupakan pemasok zat makanan (Rattray <i>et al</i>., 1997). Setelah implantasi, peranan plasenta akan menggeser fungsi uterus dalam memasok zat makanan, sumber makanan kini berasal dari aliran darah induk, atau dengan kata lain, pada phase embrional. peranan uterus sangat dominan dalam menyediakan zat-zat makanan, sedangkan pada phase fetus, pasokan zat makanan sangat dipengaruhi oleh aliran darah induk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Selama kebuntingan, pertumbuhan dan perkembangan uterus dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi hormon progesteron dan estradiol (Anderson, et al, 1986, Tucker, 1987), selanjutnya kehadiran hormon-hormon tersebut berperan merangsang pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu guna mempersiapkan sumber makanan (produksi susu) bagi anak yang akan dilahirkan (Manalu, dan Sumaryadi, 1995a) ..<span style=""> </span>Sumber utama penghasil hormon yang berkaitan dengan reproduksi seperti estrogren dan progesteron berasal dari folikel. Hewan-hewan betina sejak lahir padai ovariumnya dilengkapi oleh ratusan ribu folikel, namun selama hidupnya hanya sebagian kecil saja yang berhasil diovulasikan. Untuk memaksimalkan folikel sebagai sumber daya biologik hormon endogen perlu sentuhan teknologi .<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Seiring dengan berkembangannya bidang biotehnologi, beberapa metoda dapat diaplikasikan dalam perencanaan dan pengendalian proses biologik yang alamiah dalam produksi ternak. Salah satu diantaranya melalui tehnik superovulasi. Superovulasi pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan derajat ovulasi, sehingga dapat menaikkan jumlah telur tertunas (Nalbandov, 1958). Superovulasi dilakukan dengan pemberian hormon gonadotrophin exogenous seperti Follikel Stimulating Hormon (FSH), Pregnant Mare’s Serum Gonadotroph (PMSG) dan lain sebagainya, diharapkan selain dapat meningkatkan jumlah sel telur tertunas<span style=""> </span>pada gilirannya dapat memodulasi peningkatan jumlah corpus luteum yang berlanjut dengan peningkatan hormon progesteron dan susu uterus guna menunjang kelangsungan hidup fetus, dan merupakan titik<span style=""> </span>penentu bagi kehidupan pasca natal.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"><span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt;">PENGATURAN<span style=""> </span>FUNGSI REPRODUKSI BETINA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent"><b style=""><span style="font-size: 14pt;"><span style=""> </span>(SIKLUS ESTRUS DAN APLIKASI SUPEROVULASI)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in; line-height: 200%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Proses pertumbuhan dan perkembangan folikel ovari sangat bergantung kepada kehadiran FSH dan LH, karena<span style=""> </span>kedua hormon tesebut sangat essensial dalam sintesa estrogen sedangkan bila LH secara tunggal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan folikel (Donald dan Pineda, 1980).<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"><span style=""> </span>Level hormon reproduksi bersifat fluktuatif sesuai dengan pola reguler dan tetap, pola tersebut merupakan hasil interaksi dari sejumlah organ dengan hormon. <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Pada ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon reproduksi dikenal sebagai siklus estrus yang terdiri atas proestrus, estrus, mesestrus dan diestrus atau secara global umunya dikenal dengan phase folikel (fase pertumbuhan, yang ditandai dengan level estrogen tinggi, sedangkan fase luteal memiliki waktu yang cukup panjang ditandai dengan perkembangan corpus luteum dan kadar progreteron tinggi) sekresi FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari sebelum birahi, menjelang fase luteal berakhir konsentrasi FSH dalam plasma meningkat dan secara sinergis dengan LH, akan merangsang pertumbuhan folikel (2-4 hari pada sapi)<span style=""> </span>Folikel akan mencapai stadium folikel tersier yang matang. Dalam waktu yang cukup singkat dibawah pengaruh FSH dan estradiol 17 ß terjadi pembentukan reseptor-reseptor untuk kedua macam hormon tersebut, sedangkan pada sel-sel granula juga terjadi induksi pembentukan reseptor untuk LH.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Folikel ovari matang dan kadar estrogen di atas ambang (threshold) akan berespon terhadap hipothalamus untuk menekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH<span style=""> </span>untuk<span style=""> </span>menandai proses ovulasi (Donald dan Pineda, 1980; Intervet, 1998). Pada saat tersebut sel-sel granulosa memproduksi inhibin<span style=""> </span>yang bekerja khusus untuk menghambat produksi FSH (feedback negatif), tingginya kadar estrogen merupakan sinyal untuk pelepasan LH dalam kaitannya dengan persiapan ovulasi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Hipothalamus, hipofisa, gonad dan plasenta merupakan kelenjar endokrin reproduksi, kelenjar ini akan bekerja sama secara konser dan membuat suatu putaran interkoneksi yang dikenal sebagai poros Hipothalamus-hipofisagonadal (Iman dan Fahriyan, 1992). Pada Hipothalamus bagian median eminentia dan preoptik diduga Gonadotropin Releasing Factor (GnRH) diproduksi oleh sel-sel neuron endokrin setelah mendapat rangsangan dari CNS, GnRH ditransportasikan melalui Hipothalamus-hipophyseal portal system menuju kelenjar pituitari anterior (Ganong, 1980). Pelepasan GnRH dari terminal syaraf dan median eminence ke dalam hipophyseal portal darah merupakan sinyal neuroendokrin untuk terjadinya proses ovulasi (Karch et al., 1992). GnRH akan menstimulasikan sel-sel gonadotrpoh kelenjar pituari untuk mensekresikan follikel Stimullating Hormon (FSH) dan Luteiinizing Hormon (LH). GnRH, FSH dan LH akan dilepaskan dengan lonjakan-lonjakan tertentu (Intervet,<span style=""> </span>1998), FSH dan LH akan bekerja pada sel target dari gonad. FSH akan menstimulasikan sel-sel granulosa untuk memfasilitasi proses oogenesis dan bertanggungjawab atas perkembangan dan pematangan folikel, LH berfungsi menstimulasikan sintesa androstenedion dari kolesterol, dan selanjutnya dikonversi ke dalam testosteron, pada sel-sel granulosa terjadi aromatisasi estradiol-17ß dibawah pengaruh FSH membentuk Estrogen (Intervet, 1998).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Hormon ataupun target organ memiliki suatu homeostatik feedback sistem, dimana semua mekanisme hormon diatur oleh sekresi hormon itu sendiri (Ganong, 1980; Intervet, 1998). Estrogen dapat menyebabkan feedback positif terhadap Hipothalamus dn pituari anterior, yakni kadar estrogen meningkat akan menyebabkan peningkatan sekresi GnRH, demikian pula akan terjadi peningkatan kadar gonadotropin dari pituitari anterior.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Superovulasi merupakan suatu teknik untuk merangsang pembentukan sejumlah besar folikel dalam ovarium dan mematangkan lebih cepat dari kemampuan alamiah (Toelihere, 1981). Lebih lanjut dikemukakan untuk dapat terjadinya superovulasi diperlukan pemakaian hormon gonadotropin. Superovulasi secara komersial dilakukan pada ternak betina unggul dengan menyuntikan hormon gonadootrophin yang berfungsi merangsang pertumbuhan folikel dan mematangkan lebih cepat, sehingga diharapkan jumlah sel telur yang dapat diovulasikan lebih baik dari keadaan normal (Jilela, 1982)<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Superovulasi dapat dilakukan melalui beberapa cara yang berbeda, diantaranya dalam pemberian dosis, preparat hormon dan prosedur pelaksanaan<span style=""> </span>(Iman dan Fahriyan, 1992). Pemakaian gonadotropin seperti FSH atau PMSG seringkali dilakukan pada superovulasi (Toelihere, 1989).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Pemakaian FSH dalam pelaksanaan superovulasi, dari beberapa penelitian mempunyai respon yang sangat baik, namun mengingat waktu paruh biologiknya sangat singkat<span style=""> </span><u>+</u> 2-5 jam, sehingga penyuntikan perlu dilakukan secara berulang kali (Donald dan Pineda, 1980; Hafez, 2000).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">PMSG merupakan hormon ganadotrophin yang dihasilkan oleh plasenta dengan aktivitas biologik menyerupai FSH dan LH (Bindon dan Piper, 1982). PMSG memiliki aktivitas biologis ganda, yaitu serupa dengan FSH dan LH sehingga sering disebut Gonadotrophin sempurna. Pengaruh yang ditumbulkan oleh PMSG antara lain : (1) merangsang pertumbuhan follikel; (2) menunjang produksi estrogen ; (3) ovulasi ; (4) luteinisasi; dan (5) merangsang sintesis progesteron pada ternak yang dihipofisektomi. Waktu paruh biologis PMSG adalah panjang 40-125 jam (Iman dan Fahriyan, 1982 ; Hafez, 2000). PMSG sebagai glikoprotein yang terdiri atas sub unit <span style="font-family: Symbol;"><span style="">a</span></span> dan ß dengan kadar karbohidrat tinggi, yakni kadar asam sialat yang dapat mengakibatkan waktu paruh PMSG cukup panjang dibandingkan dengan gonadotropin lainnya. (Bindon dan Piper, 1982 ; Reeves, 1987 ; Hafez, 2000 ). PMSG dengan dosis tunggal melalui intramuskuler cukup untuk menimbulkan ovulasi berganda (Jillella, 1982).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Penggunaan PMSG menimbulkan respon yang sangat variatif mulai dari tidak berespon, kadang-kadang sampai berespon berlebihan. Apabila pemberian PMSG tidak disertai dengan pemberian hormon lain, PMSG harus diberikan pada awal fase luteal, yaitu hari ke-16 siklus uterus untuk domba. Untuk mengantisipasi waktu paruh yang panjang dapat diberikan anti PMSG (Iman dan Fahriyan, 1992) .<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Mekanisme kerja hormon pada superovulasi belum jelas, pemakaian PMSG sebagai gonadotropin exogenous yang disuntikan, ternyata di dalam tubuh akan menimbulkan rangkaian proses pertumbuhan, perkembangan, pematangan folikel (Iman dan Fahriyan, 1992). Berdasarkan pernyataan tersebut di atas Gonadotropin essogen (PMSG) yang mempunyai aktivitas bilogik menyerupai FSH dan LH akan berperan menstimulasikan sel dan organ target dalam melancarkan fungsinya, pertumbuhan dan perkembangan folikel ovari, pematangan folikel dan pembentukan hormon estrogen yang mana pada giliran terjadi peningkatan kadar estrogen., Kadar estrogen dalam peredaran darah, akan mencapai suatu keadaan yang telah melebihi yang diperlukan (dalam hal ini digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pematangan sel-sel folikel) selanjutnya akan merupakan sinyal pada hipothalamus dan pituitari anterior untuk mengurangi / menghentikan produksi hormon gonadotropin. Pada kasus superovulasi produksi hormon estrogen hanya dirangsang oleh hormon gonadotropin exogenous. (Djoyoseobagio (1990). <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Iman dan Fahriyan (1992), mengemukakan bahwa LH eksogen tidak diperlukan untuk menginduksi ovulasi, karena ledakan pelepasan LH endogenous akan terjadi secara otomatis akibat superovulasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa FSH dan PMSG merupakan protein, mempunyai potensi untuk menginduksi anaphylaxis, antigenisitas menunjukan penyuntikan berulang (khususnya ternak donor pada embrio transper) akan menstimulasikan terbentuknya anti gonadotropin yang berpeluang mereduksi respon berikutnya atau menggangu gonadotropin endogenous.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Achyadi (1979), melaporkan bahwa pemberian PMSG untuk superovulasi pada domba Priangan sebanyak 750 IU setiap ekor secara intramuskuler pada hari ke-12 siklus berahi, disusul dengan pemberian 250 IU HCG empat hari kemudian, dapat menghasilkan 11 sel telur yang diovulasikan. Bila hanya diberikan PMSG saja dengan dosis yang sama jumlah sel telur yang diovolasikan hanya tujuh buah, sedangkan Sudjatmogo (1991) malaporkan rata-rata meningkat dari lima ke tujuh buah atau 40 persen jumlah ovum yang diovulasikan dengan super ovulasi menggunakan PMSG.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Implantasi PMSG 2000 IU pada domba Pulibuey dengan bobot badan 35-40 Kg menghasilkan corpus luteum sebanyak 7,1 <u>+</u> 5,6 sedangkan yang diberi 3000 IU PMSG hanya menghasilkan corpus luteum sebanyak 4,5 <u>+</u> 3,7 (Gonzales-Reyna et al.,1999).<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;"><span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%;"><b style=""><span style="font-size: 14pt; line-height: 200%;">PERAN HORMONAL DALAM PHASE KEBUNTINGAN <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Albert dkk (1994) sel-sel blastosis akan membelah secara mitosis dengan cepat, sehingga terjadi penambahan jumlah dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">massa</st1:place></st1:City> sel yang sangat pesat. Cadangan makanan dalam ovum sudah tidak memadai lagi, sehingga pertumbuhan dan perkembangan serta daya hidup embrio sangat bergantung pada sekresi zat-zat makanan yang dihasilkan oleh kelenjar uterus dan lingkungan fisik dan kimia uterus secara keseluruhan. (Mc Donald, 1980).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Kelenjar endometrium uterus berfungsi mengeluarkan zat-zat makanan yang berupa susu uterus untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kelenjar - kelenjar mensintesa susu uterus berada dibawah kontrol hormon kebuntingan (William dan Provine, 1966; Yamashita dkk, 1990).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Hormon progesteron dipersiapkan uterus untuk implantasi blatosis, memelihara dan mengatur organ-organ reproduksi (Turner dan Bagnara, 1976). Corpus luteum pada<span style=""> </span>domba merupakan sumber progesteron utama (Riera, 1982), sehingga kadar hormon progesteron sangat erat kaitannya dengan tingkat ovulasi. Semakin tinggi ovulasi, maka kadar hormon progesteron akan meningkat, terutama berkaitan dengan pemeliharaan kebuntingan. Perpanjangan saluran kelenjar ambing<span style=""> </span>dibawah pengaruh hormon estradiol (Anderson, 1985 ,Wahab dan Anderson , 1989). Percabangan pada saluran kelenjar ambing dan pembentukan lobul alveolar terjadi setelah saluran kelenjar ambing selesai, dipengaruhi hormon progesteron (Schmiidt, 1971) dan laktogen plasenta (Cowie dkk, 1980). Hormon progesteron dan estradiol bervariasi sesuai dengan usai kebuntingan, terutama dengan laju ovulasi (jumlah corpus luteum), ataupun jumlah anak yang dikandung (Piper dan Brendon, 1984). Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing yang optimal terjadi selama kebuntingan (<st1:city st="on"><st1:place st="on">Anderson</st1:place></st1:City>, l985), serta paling pesat terjadi setelah periode plasentasi (Rattray dkk, 1974), sedangkan selama periode laktasi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing boleh dikatakan sudah berhenti. Kondisi tersebut disebabkan oleh hormon-hormon yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing sudah menurun (Anderson dkk, 1985).). Peningkatan hormon mammogenik selama kebuntingan berhubungan erat dengan jumlah anak yang dilahirkan (Manalu dan Sumaryadi, 1998 d; Sumaryadi dan Manalu, 1999) dan peningkatan produksi susu yang dihasilkan selama laktasi (Hayden dkk, 1979). banyak jumlah anak yang dilahirkan, semakin tinggi produksi susu yang dihasilkan. Lebih lanjut peningkatan jumlah corpus luteum dan jumlah anak ternyata meningkatkan sekresi progesteron, estradiol dan laktogen plasma (Manalu dan Sumaryadi, 1995a). Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu 98 persen dan merupakan prosentase tertinggi terjadi selama kebuntingan, sedangkan pada periode laktasi hanya <u>+</u> dua persen saja (<st1:city st="on"><st1:place st="on">Anderson</st1:place></st1:City>, 1975 ). Kekurangan pakan yang serius dan berlangsung satu sampai tiga minggu selama bulan pertama kebuntingan dapat mengakibatkan kematian embrio (15 persen)..<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: 0.5in;">Dalam upaya memodulasi kinerja reproduksi pada phase awal kebuntingan, telah banyak diungkapkan, hasil penelitian<span style=""> </span>penggunaan superovulasi nyata dapat meningkatkan jumlah corpus luteum 133 dan<span style=""> </span>207 % , jumlah fetus 69 dan 20 %, kadar Progestron 345 % dan 84 % pada masing- masing domba<span style=""> </span>dengan umur kebuntingan 7 dan 15 minggu ( Manalu et al ,l998 a),<span style=""> </span>peneliti lain<span style=""> </span>mendapatkan hasil peningkatan corpus luteum 196,67 dan 189.77 %<span style=""> </span>( Sumaryadi, et al , 2000, 2002). Kadar progestron 33,87 % ( Sumaryadi.2002).; Jumlah fetus<span style=""> </span>cukup bervariasi, karena perbedaan dosis hormon yng dipergunakan<span style=""> </span>berpengaruh nyata<span style=""> </span>dengan hasil berkisar antara 1,6<span style=""> </span>-<span style=""> </span>2,6<span style=""> </span>ekor bahkan 3 ekor (<span style=""> </span>Sumadjatmogo,1998; Sumaryadi 2002, Abdul Samik 2002 ). Keberhasilan dari penggunaan superovulasi, ternyata membawa pengaruh dramatis terhadap stimulasi uterus, yang diawali dari laju<span style=""> </span>ovulasi, peningkatan jumlah korpus luteum berlanjut terhadap sekresi beberapa hormon dan faktor tumbuh yang disekresikan oleh korpus luteum, dari perjalanan panjang ini akan<span style=""> </span>mempengaruhi<span style=""> </span>ekspresi gen dalam pertumbuhan sel-sel stroma uterus. (Sumaryadi.2000) yang dimanifestasikan<span style=""> </span>terhadap bobot fetus<span style=""> </span>domba yang di superovulasi lebih berat dari<span style=""> </span>yang<span style=""> </span>tidak di superovulasi (Sumaryadi .2002).<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%;"><span style=""> </span><b>KESIMPULAN<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent">Penggunaan tehnik Superovulasi, dapat dijadikan jalan pintas dalam<span style=""> </span>meningkatkan kinerja reproduksi dengan memodulasi lingkungan<span style=""> </span>mikrouterus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 1.5in; text-indent: 0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 1.5in; text-indent: 0.5in;"><b>DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Achyadi, K. R., 1979. Pengaruh PMSG dan HCG untuk Induksi Superovulasi Pada Domba Priangan. Tesis MS Pascasarjana IPB. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bogor</st1:place></st1:City>.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Abdul Samik dan Erma Safitri.<span style=""> </span>Induksi kelahiran kembar Domba Ekor Gemuk<span style=""> </span>dengan menggunakan Kombinasi Dosis Rendah Hormon PMSG dan PGF<span style=""> </span>Animal Production Edisi Khusus, Faculty of 2d <st1:place st="on"><st1:placename st="on">Animal</st1:PlaceName> <st1:placename st="on">Husbandary</st1:PlaceName> <st1:placename st="on">Jenderal</st1:PlaceName><span style=""> </span><st1:placename st="on">Soedirman</st1:PlaceName> <st1:placetype st="on">University</st1:PlaceType></st1:place>, hal 182-186<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Bindon, B. M. dan L. R.<span style=""> </span>Piper., 1982. Physiology Base of Ovarian Response to PMSG in Sheep and Cattle, In Embryo Tranfer In Cattle, Sheep and Goats.<span style=""> </span>Aust.Soc. Passpart to the Year 2000. Alltech’s.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Bowen, R. A. dan M. H. Pineda., 1989. Embryo Tranfer in Domestic Animal. In<span style=""> </span>L. E. Mc Donald dan M. H.<span style=""> </span>Pineda : Veterinary Endocrinology and<span style=""> </span>Reproduction. Lea and Febiger. Philladelphia, <st1:city st="on"><st1:place st="on">London</st1:place></st1:City>.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Cowie, A. T., <st1:place st="on">I.</st1:place> C.<span style=""> </span>Forsyth and <st1:place st="on">I.</st1:place> C. Hart., 1980. Hormon Control of Lactation <st1:state st="on">Berlin</st1:State> <st1:city st="on"><st1:place st="on">Heidelberg</st1:place></st1:City>. <st1:state st="on"><st1:place st="on">New York</st1:place></st1:State>.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Iman dan Fahriyan., 1992. In Vitro Fertilisasi, Transfer Embrio dan Pembekuan Embrio. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bogor</st1:place></st1:City> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Inonu, <st1:place st="on">I.</st1:place> dan L.C. Iniguez., 1991. Sheep Performance at RIAP’s Bogor Research Fasility, In : Sheep Proliferacy Small Ruminan. CRSP Progress Report 1990-1991<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Manalu, W. dan M. Y. Sumaryadi., 1995a.<span style=""> </span>Hubungan Antara Konsentrasi Progeteron dan Estradiol Dalam Serum Induk Selama Kebuntingan Dengan Massa Fetus Pada Akhir Kebuntingan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan BPT. Ciawi. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bogor</st1:place></st1:City>. Pp:57-62.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Manalu, W. dan M. Y. Sumaryadi., 1998d. Correlation of Ltter Size and Maternal Serum Pproggeterone Concentration During Prgenantcy With Mamary Gland Growth and Development Indices at Parturitionin Javanese Thintail Sheep.Asian-Aust. J. Agric. Sci. 11:300-306<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Mas Yedi Sumaryadi, Haryati dan Wasmen Manalu, 2000 Efek Penyuntikan PMSG terhadap Konsentrasi Progestron kaitannya dengan Pertumbuhan Kelenjar Uterus Domba pada Phase Luteal Siklus Birahi, Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian<span style=""> </span>Peternakan Bogor Hal. 111 – 116.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Mas Yedi Sumaryadi, Edy Pramono, Agus Priyono, 2002 Efek Induksi Hormon<span style=""> </span>PMSG terhadap Perbaikan Kinerja Reproduksi Induk dan Anak Domba Ekor Gemuk, Animal Production Edisi Khusus, Faculty of 2d Animal Husbandary Jenderal Soedirman University, hal 170-176<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Mc Donald, L. E., 1980. Veterinary Endocrinologi and Reproduction. 3th ed. Lea and Febiger, <st1:city st="on"><st1:place st="on">Philadelphia</st1:place></st1:City>. Pp:560.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"><span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Nalbandov, A. V., 1976.Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H.<span style=""> </span>Freeman and Company. San Fransisco.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Schmidt, G. H., 1971. Biology of Lactacion. Freeman and Company. San Fransisco<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Subandriyo., 1990. Ewe Productivity<span style=""> </span>in Villages in The District of Garut West<span style=""> </span>Java. Ilmu Peternakan. 4:307-310.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Sumaryadi, M. Y. dan Manalu., 1999. Prediction of Litter Size Based on Homones and Blood Metabolites Consentrations During Prgenancy in Javanese <span style=""> </span>Thin-Tail Ewes. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 12:682-688<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Turner, C. D. dan J. T. Bagnara., 1976. General Endocrinology. 6 th ed. Saunders Company. Philadelpia. <st1:city st="on"><st1:place st="on">London</st1:place></st1:City>. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Toronto</st1:place></st1:City>.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Wahab, <st1:place st="on">I.</st1:place> M. dan R. R. Anderson., 1989. Physiologic Role of Relaxin on<span style=""> </span>Mammary Gland Growth in Rats. Proc. Sos. Exp. Biol. Med. 192:285-289.<o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.9in; text-indent: -0.8in;">Yamashita, S. ., 1990. The Role of Estrogen Receptor in Uterine Epithelial Proliferation and Cytodifferentiation in Neonatal Mice. Endocrinology<span style=""> </span>127:2456-2463.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; line-height: 200%;"><span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%;"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-30535842393346156282007-12-13T11:38:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.680-07:00biologiJaringan Embrional<br /><br />STRUKTUR HEWAN<br />Dilihat dari segi jumlah sel, hewan dapat dibagi menjadi Protozoa (hewan bersel satu) dan Metazoa (hewan bersel banyak). Pada hewan bersel banyak (termasuk manusia), kumpulan sel-sel yag memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan, jaringan jaringan yang berbeda akan bergabung membentuk organ tubuh, organ-organ tubuh akan bergabung membentuk sistem organ tubuh, sistem organ tubuh akhirnya akan bergabung membentuk organisme (hewan).<br />SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME<br />JARINGAN EMBRIONAL<br />Jaringan embrional, merupakan jaringan dari hasil pembelahan sel zigot. Jaringan embrional mengalami spesialisasi menjadi 3 lapisan jaringan (triploblastik), lapisan luar, ektoderm, lapisan tengah, mesoderm dan lapisan dalam entoderm.<br />Contoh hewan triploblastik : Annelida, Mollusca, Arthropoda, Chordata.<br />Atau menjadi 2 lapisan jaringan (diploblastik), lapisan ektoderm dan endoderm.<br />Contoh hewan diploblastik : Coelenterata.<br />Lapisan-lapisan jaringan tersebut di atas kemudian akan berkembang menjadi organ-organ tubuh dari suatu hewan.<br />Jaringan Epitel<br />Biologi Kelas 2 > Struktur Hewan<br />43<br /><><br />JARINGAN EPITEL<br />Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan.<br />Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi menjadi<br />1. Epitel Pipih<br />a. Epitel pipih selapis<br />Contoh:<br />pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.<br />b. Epitel banyak lapis<br />Contoh:<br />pada kulit, rongga mulut, vagina.<br />2. Epitel Kubus<br />a. Epitel kubus selapis<br />Contoh:<br />pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.<br />b. Epitel kubus banyak lapis<br />Contoh:<br />pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.<br /><br />Gbr. 1. Epitel kubus selapis<br />2. Epitel pipih selapis<br />3. Jaringan ikat<br />(diambil dari lapisan allantois dan amnion embrio babi).<br /><br />3. Epitel Silindris<br />a. Epitel silindris selapis<br />Contoh:<br />pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.<br />Gbr. Epitel silindris banyak lapis bersilia .<br />(tampak silia di tengah-tengah,<br />diambil dari eaofagus janin).<br />b. Epitel silindris banyak lapis<br />Contoh:<br />pada saluran kelenjar ludah, uretra. <br />c. Epitel silindris banyak lapis semu/epitel silindris bersilia<br />Contoh:<br />pada trakea, rongga hidung.<br />4. Epitel Transisional<br />Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah.<br />Contoh: pada kandung kemih.<br />Gbr 3. Epitel transisional dari kandung kemih anjing.<br /><br />A : kandung kemih kosong<br /><br />B : kandung kemih berisi urine<br /><br />Sebagai jaringan yang menutup seluruh permukaan luar dan dalam tubuh setiap organisme, jaringan epitel mempunyai fungsi sebagai berikut<br /><br />1. Sebagai pelindung<br />2. Sebagai kelenjar<br />3. Sebagai penerima rangsang<br />4. Sebagai lalu lintas keluar masuknya zat<br />Jaringan Epitel<br />Biologi Kelas 2 > Struktur Hewan<br />43<br /><><br />JARINGAN EPITEL<br />Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan.<br />Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi menjadi<br />1. Epitel Pipih<br />a. Epitel pipih selapis<br />Contoh:<br />pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.<br />b. Epitel banyak lapis<br />Contoh:<br />pada kulit, rongga mulut, vagina.<br />2. Epitel Kubus<br />a. Epitel kubus selapis<br />Contoh:<br />pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.<br />b. Epitel kubus banyak lapis<br />Contoh:<br />pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.<br /><br />Gbr. 1. Epitel kubus selapis<br />2. Epitel pipih selapis<br />3. Jaringan ikat<br />(diambil dari lapisan allantois dan amnion embrio babi).<br /><br />3. Epitel Silindris<br />a. Epitel silindris selapis<br />Contoh:<br />pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.<br />Gbr. Epitel silindris banyak lapis bersilia .<br />(tampak silia di tengah-tengah,<br />diambil dari eaofagus janin).<br />b. Epitel silindris banyak lapis<br />Contoh:<br />pada saluran kelenjar ludah, uretra. <br />c. Epitel silindris banyak lapis semu/epitel silindris bersilia<br />Contoh:<br />pada trakea, rongga hidung.<br />4. Epitel Transisional<br />Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah.<br />Contoh: pada kandung kemih.<br />Gbr 3. Epitel transisional dari kandung kemih anjing.<br /><br />A : kandung kemih kosong<br /><br />B : kandung kemih berisi urine<br /><br />Sebagai jaringan yang menutup seluruh permukaan luar dan dalam tubuh setiap organisme, jaringan epitel mempunyai fungsi sebagai berikut<br /><br />1. Sebagai pelindung<br />2. Sebagai kelenjar<br />3. Sebagai penerima rangsang<br />4. Sebagai lalu lintas keluar masuknya zat<br />Gangguan Pada Sistem Gerak<br />Biologi Kelas 2 > Gerak Pada Tumbuhan Dan Vertebrata <br />62<br /><><br />GANGGUAN PADA SISTEM GERAK<br />1. Gangguan pada rangka<br />- FRAKTURA patah tulang<br />- DISLOKASI pergeseran posisi sendi<br />- ANKILOSIS<br />- ARTRITIS infeksi sendi<br />- Kelainan ruas tulang belakang akibat kesalahan sikap duduk : SKOLIOSIS, LORDOSIS & KIFOSIS.<br /><br />2. Gangguan pada otot<br />- Kejang otot<br />- MIASTENIA GRAVIS<br />- Tetanus<br /><br />3. Gangguan karena fisiologis<br />- RAKITIS kekurangan vitamin D ; kaki membentuk "X" atau "O"<br />- MIKROSEFALUS kekurangan kapur<br />- OSTEOPOROSIS kekurangan hormon kelamin<br />Zat Makanan <br />Biologi Kelas 2 > Sistem Pencernaan Makanan<br />63<br /><><br />Struktur tubuh hewan dan manusia terdiri dari beberapa sistem organ tubuh. Sistem organ tubuh tersebut saling berkaitan dan bekerja satu sama lain sehingga individu dapat hidup dengan baik.<br />Sistem organ tubuh yang penting pada hewan dan manusia antara lain<br />SISTEM ORGAN TUBUH TELAAH PADA MANUSIA<br />1. GERAK DAN SISTEM ALAT GERAK KINESIOLOGI<br />2. MAKANAN DAN SISTEM PENCERNAAN GASTROENTEROLOGI<br />3. DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH HEMATOLOGI<br />4. EKSKRESI DAN SISTEM EKSKRESI NEFROLOGI<br />5. PERNAFASAN DAN SISTEM PERNAFASAN PULMONOLOGI<br />6. SISTEM SARAF DAN SISTEM KOORDINASI NEUROLOGI<br />7. DAN SISTEM HORMON ENDOKRINOLOGI<br />GASTROENTEROLOGI<br />Zat Makanan<br />Makanan sehat harus terdiri dari zat-zat nutrien (zat gizi) antara lain :<br />1. Protein<br />Mengandung asam amino (essensial dan non essensial). Kebutuhan protein untuk orang dewasa adalah 1 gram/kg.BB/hari. Jika kebutuhan tersebut berlebih, maka kelebihannya akan dibuang melalui ginjal dalam bentuk urea inilah yang disebut Nitrogen Balans.<br />Asam Amino Essensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, jadi harus didatangkan dari luar.<br />Misalnya : Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, dsb.<br />Protein tidak menghasilkan energi<br />2. Lemak (Lipid)<br />Diperlukan sebagai pelarut beberapa vitamin, sebagai "bantalan lemak" (pelindung jaringan tubuh) dan penghasil energi yang besar (9 kal/g). Kebutuhan lemak untuk orang dewasa adalah 0,5 - 1 gram/kg.BB/hari.<br />3. Karbohidrat<br />Sebagai penghasil energi (4 kal/g). Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak.<br />4. Garam-Garam Mineral<br />- Kalsium (Ca) Untuk membentuk matriks tulang, membantu proses penggumpalan darah dan mempengaruhi penerimaan rangsang oleh saraf. Kebutuhannya adalah 0,8 g/hari.<br />- Fosfor (P) Untuk membentuk matriks tulang, diperlukan dalam pembelahan sel, pada pengurutan otot, metabolisme zat. Kebutuhannya adalah 1 mg/hari.<br />- Besi (Fe) Merupakan komponen penting sitokrom (enzim pernafasan), komponen penyusun Hemoglobin. Kebutuhannya adalah 15 - 30 mg/hari.<br />- Fluor (F) Untuk menguatkan geligi.<br />- lodium (I) Komponen penting dalam hormon pertumbuhan (Tiroksin), kekurangan unsur tersebut dapat terjadi sebelum atau sesudah pertumbuhan berhenti<br />- Natrium & Klor (NaCl) Untuk pembentukan asam klorida (HCl). Kebutuhannya adalah 1 g/hari.<br /><br />5. Vitamin<br />Diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tidak menghasilkan energi. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan Penyakit Defisiensi.<br />Vitamin Yang Larut Dalam Air (Water Soluble Vitamins)<br />- B1 (Aneurin = Thiamin) Untuk mempengaruhi absorbsi lemak dalam usus. Defisiensinya menyebabkan Beri-Beri dan Neuritis.<br />- B2 (Riboflavin = Laktoflavin) Transmisi rangsang sinar ke mata. Defisiensinya akan mengakibatkan Katarak, Keilosis.<br />- Asam Nikotin (Niasin) Proses pertumbuhan, perbanyakan sel dan anti pelagra. Defisiensi akan menyebabkan Pelagra dengan gejala 3 D: Dermatitis, Diare, Dimensia.<br />- B6 (Piridoksin = Adermin) Untuk pergerakan peristaltik usus. Defisiensi akan menyebabkan Kontipasi (Sembelit).<br />Asam Pantotenat Defisiensi akan menyebabkan Dermatitis<br />PABA (Para Amino Asam Benzoat) Untuk mencegah timbulnya uban<br />Kolin Defisiensi akan menimbulkan timbunan lemak pada hati.<br />Biotin (Vitamin H) Defisiensi akan menimbulkan gangguan kulit<br />Asam Folat Defisiensi akan menimbulkan Anemia defisiensi asam folat.<br />B12 (Sianokobalamin) Defisiensi akan menimbulkan Anemia Pernisiosa<br />Vitamin C (Asam Askorbinat) Berfungsi dalam pembentukan sel, pembuatan trombosit. Defisiensi akan menimbulkan pendarahan gusi, karies gigi, pendarahan di bawah kulit. Pada jeruk selain vitamin C ditemukan pula zat Sitrin dan Rutin yang mampu menghentikan pendarahan. Zat tersebut ditemukan olelj Sant-Gyorgi disebut pula Vitamin P.<br /><br />Vitamin Yang Larut Dalam Lemak (Lipid Soluble Vitamins)<br />- Vitamin A (Aseroftol) Berfungsi dalam pertumbuhan sel epitel, mengatur rangsang sinar pada saraf mata. Defisiensi awal akan menimbulkan gejala Hemeralopia (rabun senja) dan Frinoderma (kulit bersisik). Kemudian pada mata akan timbul Bercak Bitot setelah itu mata akan mengering (Xeroftalmia) akhirnya mata akan hancur (Keratomalasi).<br />- Vitamin D Mengatur kadar kapur dan fosfor, (Kalsiferol = Ergosterol) memperlancar proses Osifikasi. Defisiensi akan menimbulkan Rakhitis. Ditemukan oleh McCollum, Hesz dan Sherman.<br />- Vitamin E (Tokoferol) Berperan dalam meningkatkan Fertilitas.<br />- Vitamin K (Anti Hemoragi) Ditemukan oleh Dam dan Schonheydcr. Berfungsi dalam pembentukan protrombin. Dibuat dalam kolon dengan bantuan bakteri Escherichia coli<br />Sistem Pencernaan Makanan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Pencernaan Makanan <br />64<br /><><br />Alat Pencernaan Makanan<br />Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah:<br />Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Pencernaan Makanan 65<br /><><br /><br />Gangguan Sistem Pencernaan<br />• Apendikitis Radang usus buntu.<br />• Diare Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.<br />• Kontipasi (Sembelit) Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)<br />• Maldigesti Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.<br />• Parotitis Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong<br />• Tukak Lambung/Maag "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori <br />• Xerostomia Produksi air liur yang sangat sedikit<br />Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).<br />Diare<br />Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.<br />Konstipasi (Sembelit)<br />Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.<br />Tukak Lambung (Ulkus)<br />Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu. <br />Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.<br /><br /><><br /><br />Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Pencernaan Makanan<br />66<br /><><br />Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :<br />1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperli rumput.<br />2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.<br />3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.<br />4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.<br />Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.<br />Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:<br />3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas<br />M P C I I C P M Jenis gigi<br />3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah<br />I = insisivus = gigi seri<br />C = kaninus = gigi taring<br />P = premolar = geraham depan<br />M = molar = geraham belakang<br />Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.<br />Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.<br />Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.<br />Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.<br />Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.<br />Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. <br />Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.<br />Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.<br />Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.<br />Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).<br />Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.<br />Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).<br /><br /><br />Gbr. Sistem Pencernaan pada manusia<br />Mulut Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang dihasilkan Kelenjar Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang mengandung enzim Amilase (Ptyalin).<br /><br />Lambung Dilakukan secara mekanik dan kimiawi, Sekretin yaitu hormon yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya.<br />Renin yaitu enzim yang mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu.<br /><br />Fungsi HCI Lambung :<br />1. Merangsang keluamya sekretin<br />2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.<br />3. Desinfektan<br />4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya.<br /><br />Usus Di dalam Duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen.<br />Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot usus (Villi).<br />Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi).<br />Hewan Avertebrata<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Transportasi Pada Hewan<br />67<br /><><br />- Protozoa Difusi (pada Amoeba) dan vakuola kontraktil (pada Paramaecium).<br />- Coelenterata dan Platyhelmintbes Sistem Gastrovaskuler.<br />- Mollusca dan Arthropods Sistem Peredaran darah terbuka<br />- Annelida Sistem peredaran darah tertutup.<br />Hewan Vertebrata<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Transportasi Pada Hewan<br />68<br /><><br />- Pisces Peredaran darah tunggal, jantung beruang dua.<br />- Amphibi Peredaran darah ganda, jantung beruang tiga.<br />- Reptil Peredaran darah ganda, jantung beruang empat, sekat antar ruang belum sempurna.<br />Pada buaya terdapat lubang kecil antar bilik yang disebut foramen panizzae.<br />- Aves Peredaran darah ganda, jantung beruang empat, sekat sudah sempurna.<br />Hematologi<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Transportasi Pada Hewan<br />69<br /><><br />Darah (Sanguis)<br />Terdiri dari dua komponen:<br />1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah 4 Eritrosit, Lekosit, Trombosit.<br />2. Plasma Darah adalah cairan darah.<br /><br />Fungsi Darah<br />- Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)<br />- Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)<br />- Imunologi (mengandung antibodi tubuh)<br />- Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)<br /><br />Eritrosit (Sel Darah Merah)<br />Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia.<br />Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).<br /><br />Lekosit (Sel Darah Putih)<br />Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 - 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.<br />Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru.<br />Lekopeni Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.<br />Lekositosis Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).<br /><br />Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis.<br />Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid.<br /><br />Jenis Lekosit<br />Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).<br />Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.<br />Agranulosit Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit.<br />• Eosinofil mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).<br />• Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.<br />• Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.<br />• Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh.<br />sel T4 imunitas seluler<br />sel B4 imunitas humoral<br />• Monosit merupakan lekosit dengan ukuran paling besar<br /><br />Trombosit (KEPING DARAH)<br />Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 - 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili.<br /><br />Proses Pembekuan Darah<br />Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut;<br /><br />TROMBOSIT pecah TROMBOPLASTIN<br />ion Ca<br />PROTROMBIN TROMBIN<br />Vitamin K<br />FIBRINOGEN FIBRIN<br />Pada masa embrio (janin) sel-sel darah dibuat di dalam Limpa dan Hati (extra medullary haemopoiesis).<br />Setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil alih oleh Sumsum Tulang.<br /><br />Plasma Darah<br />Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah.<br />Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).<br />Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin.<br />Tiap andbodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.<br />- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen Presipitin.<br />- Antibodi yang dapat menguraikan antigen Lisin.<br />- Antibodi yang dapat menawarkan racun Antitoksin.<br />Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum adalah penentuan cara ABO (ABO System) oleh Landsteiner.<br />Tabel<br />Aglutinogen = antigen ; aglutinin = antibodi<br /><br />Jika aglutinogen dan aglutinin yang "sesuai" bercampur Reaksi Aglutinasi.<br />Donor Universal golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis golongan darah yang lain Golongan Darah O.<br />Resipien Universal golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis golongan darah yang lain Golongan Darah AB.<br />Sistem golongan darah yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan oleh Landsteiner.<br />Nama Rhesus diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India). Prinsipnya adalah terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D).<br />Sistem rhesus mengenal dua jenis golongan darah yaitu:<br />1. Rhesus POSITIF<br />2. Rhesus NEGATIF (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)<br />Eritroblastosis Foetalis adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi ketidaksesuaian faktor rhesus (bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini adalah Ikterik ditemukan oleh Levine.<br />Pertolongan pada bayi tersebut adalah dengan cara Transfusi Eksanguinasi (Exchange Transfussion).<br /><br />Jantung<br />Terdiri dari tiga lapisan<br />1. Perikardium (lapisan luar)<br />2. Miokardium (lapisan tengah/otot jantung)<br />3. Endokardium (lapisan dalam)<br />Jantung terdiri dari 4 ruang<br />1. Atrium Sinister (Serambi Kiri)<br />2. Atrium Dekster (Serambi Kanan)<br />3. Ventrikel Sinister (Bilik Kiri)<br />4. Ventrikel Dekater (Bilik Kanan)<br />Antara Atrium Sinister (Serambi Kiri) dengan Ventrikel Sinister (Bilik Kiri) terdapat katup dua daun (Valvula Bicuspidalis), sedangkan antara Atrium Dekster (Serambi Kanan) dengan Ventrikel Dekster (Bilik Kanan) dihubungkan katup tiga daun (Valvula Tricuspidalis). Jantung mendapat makanan (oksigenasi) melalui pembuluh Arteri Koronaria.<br />Peredaran darah terbagi dua bagian yang bekerja sekaligus yaitu :<br />1. Peredaran darah Pulmona/Peredaran darah pendek (jantung - paru-paru - jantung).<br />2. Peredaran darah Sistemik/Peredaran darah panjang (jantung - seluruh tubuh - jantung)<br />Denyut jatung terbagi dua fase yaitu<br />1. Fase Sistolik (kontraksi).<br />2. Fase Diastolik (relaksasi).<br />Pembuluh Darah<br />Terdiri dari :<br />1. Pembuluh darah yang meninggalkan jantung Arteri terdiri dari Aorta, Arteri, Arteriol.<br />2. Pembuluh darah yang menuju jantung Vena terdiri dari Vena Kava, Vena, Venula.<br />3. Pembuluh antara arteri dan vena Kapiler.<br />Peredaran Getah Bening<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Transportasi Pada Hewan<br />70<br /><><br />Terdapat dua pembuluh limfe besar :<br />1. Duktus Limfatikus Dekster.<br />2. Duktus Torasikus.<br />Di sepanjang pembuluh tersebut terdapat kelenjar getah bening yang berfungsi sebagai filter terhadap bibit penyakit. Bila terjadi infeksi dalam tubuh maka tedadi pembesaran kelenjar limfe regional.<br />Gangguan Pada Sistem Peredaran Darah<br />- Anemia Kadar Hb tidak mencukupi (di bawah normal).<br />- Hemofilia Kekurangan faktor pembekuan darah, darah sukar membeku.<br />- Lekimia Penyakit keganasan darah (kanker darah)<br />- Sklerosis Pengerasan dinding pembuluh nadi. Atherosklerosis disebabkan oleh lemak, sedangkan Arteriosklerosis disebabkan oleh kapur.<br />-Trombus dan Embolus Gangguan jantung karena terdapat gumpalan pada nadi tajuk (arteri koronaria).<br />- Varises Pelebaran pembuluh vena akibat kerusakan pada katup-katupnya. Bila terjadi di rektum disebut Hemoroid (Wasir).<br /><br />Hewan Avertebrata<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Ekskresi Pada Hewan<br />71<br /><><br />Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang berlangsung dalam tubuh organisme. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.<br />Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh.<br />Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.<br />Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.<br />Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea.<br />Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.<br />Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.<br />Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat pengeluarannya berbeda-beda.<br />SISTEM EKSKRESI PADA INVERTEBRATA<br />Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya.<br />Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang.<br />1. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih<br />Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia.<br />Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.<br />.Gbr. Struktur alat ekskresi pada casing pipih<br />Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.<br />2. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska<br />Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.<br />Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.<br />Gbr. Sistem ekskresi pada anelida<br />Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. <br />Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.<br />Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.<br />3. Alat Ekskresi pada Belalang<br /><br />Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.<br />Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.<br />Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.<br /><br /><br />Hewan Vertebrata<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Ekskresi Pada Hewan<br />72<br /><><br /><br />Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.<br />1. Ginjal<br />Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.<br /><br />Gbr. Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa<br />ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat<br />a. Struktur Ginjal<br />Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.<br />Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:<br />a. korteks (bagian luar)<br />b. medulla (sumsum ginjal)<br />c. pelvis renalis (rongga ginjal).<br />Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal. <br /><br />Gbr. Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang<br /><br />Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal<br />Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.<br />b. Proses-proses di dalam Ginjal<br /><br />Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.<br />1. Penyaringan (filtrasi)<br />Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.<br />Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.<br />2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)<br />Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.<br />Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.<br />Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.<br />Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.<br />3. Augmentasi<br />Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.<br />Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin<br />Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.<br />Gambar 4:<br />Mekanisme kerja pengaruh hormon ADH terhadap produksi urin.<br />Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :<br />a. Jumlah air yang diminum<br /><br />Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.<br />b. Saraf<br />Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.<br />c. Banyak sedikitnya hormon insulin<br />Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.<br />2. Paru-paru (Pulmo)<br />Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karma mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.<br />Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).<br />3. Hati (Hepar)<br />Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dap biliverdin, dap setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal.<br />Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.<br />4. Kulit (Cutis)<br />Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.<br />Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan.<br />Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh.<br />Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.<br />a. Epidermis (lapisan terluar) dibedakan lagi atas:<br /><br />1. stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas<br />2. stratum lusidum<br />3. stratum granulosum yang mengandung pigmen<br />4. stratum germinativum ialah lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke arah luar.<br />b. Dermis<br /><br />Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak, pembuluh darah, serabut saraf, serta otot penegak rambut. <br />Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya, air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.<br />Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf simpatik.<br />Nefrologi Dan Ekskresi<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Ekskresi Pada Hewan<br />73<br /><><br />Ginjal merupakan organ yang menyelenggarakan Homeostasis.<br />Ginjal Terdiri Dari<br />1. Bagian Korteks yang berisi Nefron (terdiri dari Glomerulus dan Kapsula Bowman).<br />2. Bagian Medula yang berisi Tubulus Ginjal.<br /><br />Tahapan Pembentukan Urine<br />1. Reaksi Filtrasi<br />2. Reaksi Rearsorbsi<br />3. Reaksi Ekskresi (Augmentasi)<br /><br />Proses Pembentukan Urine<br /><br />Darah difiltrasi menjadi Filtrat Glomerulus (Urine Primer) reabsorbsi di Tubulus Kontortus Proksimal menjadi Filtrat Tubulus (Urine Sekunder) augmentasi di Tubulus Kontortus Distal U R I N E.<br />Jumlah Urine Dipengaruhi oleh:<br />- Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan).<br />- Jumlah garam yang masuk.<br />- Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ..postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes ..Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak.<br />Metabolisme Protein Hingga Menghasilkan Urea<br />1. ORNITIN + NH3 + COz 4 SITRULIN<br />2. SITRULIN + NH3 4 ARGININ<br />3. ARGININ 4 ORNITIN + UREA<br />Reaksi ke-3 dibantu oleh enzim Arginase, Sitrulin, Arginin dan Ornitin adalah nama asam amino.<br />Sistem Respirasi Pada Hewan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi <br />74<br /><><br />Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. <br />Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.<br /><br />Gbr. Berbagai macam alat respirasi pada hewan<br />1. Alat Respirasi pada Serangga<br /><br />Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel<br />men punyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.<br /><br /><br />Gbr. Trakea pada serangga<br />Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.<br />Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut :<br />Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke trakea.<br />Sistem trakea berfungsi mengangkut OZ dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.<br />Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.<br />Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.<br />Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.<br />2. Alat Pernapasan pada Kalajengking dan Laba-laba<br />Kalajengking dan laba-laba besar (Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku.<br />Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-masing paru-paru buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar.<br /><br />Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.<br />Gbr. Irisan melintanK paru-paru buku<br />pada laba-laba<br />Baik insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi paru-paru pada vertebrata.<br />3. Alat Pernapasan pada Ikan<br />Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. <br />Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. <br />Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.<br />Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.<br />4. Alat Pernapasan pada Katak<br />Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.<br />Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.<br />Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.<br />Gbr. alat pernafasan katak<br /><br />Gbr. Mekanisme pernafasan katak Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.<br />Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.<br />5. Alat Pernapasan pada Reptilia<br />Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.<br />Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.<br />6. Alat Pernapasan pada Burung<br />Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.<br />Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).<br />Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).<br />Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.<br />Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.<br />Bagan pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut.<br />Burung mengisap udara udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundipundi hawa udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru udara menuju pundipundi hawa depan. <br />Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.<br /><br />Sistem Respirasi Pada Manusia<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />75<br /><><br />Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut:<br />rongga hidung faring trakea bronkus paru-paru (bronkiol dan alveolus).<br /><br /><br />Alat Pernafasan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />76<br /><><br /><br />a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)<br />Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.<br />b. Faring (Tenggorokan)<br />Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.<br />Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.<br />Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.<br />c. Tenggorokan (Trakea)<br />Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.<br />d. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)<br />Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.<br />e. Paru-paru (Pulmo)<br />Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).<br /><br />Gbr. Struktur paru-paru<br />Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.<br />Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.<br />Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.<br />Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).<br />Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.<br /><br /><br />Mekanisme Pernafasan <br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />77<br /><><br /><br />Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.<br />Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.<br />Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.<br />Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.<br />Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.<br />a. Pernapasan Dada<br /><br />Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.<br />1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.<br />2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.<br /><br />Gambar 1<br />Mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada manusia<br />b. Pernapasan Perut<br /><br />Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.<br />Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.<br />1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.<br />2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.<br /><br /><br /><br />Volume Udara Pernafasan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />78<br /><><br /><br />Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.<br />Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.<br />Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut ini.<br />Skema udara pernapasan<br />Udara cadangan inspirasi1500<br />Udara pernapasan biasa<br />500<br />kapasitas total Udara cadangan ekspirasi<br />1500 kapasitas vital<br />Udara sisa (residu)<br />1000<br />Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.<br />Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.<br />Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer. <br /><br />Gambar 1<br />Gambaran skematik spirometer<br />Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.<br /><br />Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />79<br /><><br /><br />Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.<br />Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. <br />Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.<br />Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.<br />Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein. Gbr. .Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan<br />Pembuluh darah yang menyelubungi<br />Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :<br />Hb4 + O2 4 Hb O2<br />(oksihemoglobin)<br />berwarna merah jernih<br />Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.<br />Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.<br />Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas. <br />Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.<br />Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:<br />C02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3<br />Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.<br />Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.<br />1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).<br />2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2).<br />3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.<br />CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3<br />Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.<br />Energi Dalam Pernafasan<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />80<br /><><br />Energi yang digunakan dalam kegiatan respirasi bersumber dari ATP (Adenosin Tri Fosfat) yang ada pada masing-masing sel. ATP berasal dari bahan-bahan karbohidrat yang diubah menjadi fosfat melalui tiga tahapan. Mula-mula proses glikolisis oleh enzim glukokinase membentuk piruvat pada siklus Glukosa (Tahap I) kemudian tahap II, yakni siklus krebs (TCA = Tri Caboxylic Acid Cycle) kemudian tahap III, yakni tahap transfer elektron. Glikolisis terjadi di sitoplasma, siklus krebs terjadi di mitokondria.<br />Ketiga tahap di atas dapat dilihat pada skema berikut ini.<br /><br />Gangguan Pada Respirasi<br />Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi<br />81<br /><><br /><br />Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi.<br />Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia.<br />Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen.<br />Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.<br />Peradangan dapat terjadi pada rongga hidung bagian atas dan disebut sinusitis, peradangan pada bronkus disebut bronkitis, serta radang pada pleura disebut pleuritis. <br />Paru-paru juga dapat mengalami kerusakan karena terinfeksi Mycobacterium tuber culosis penyebab penyakit TBC.<br />Pengangkutan O2 dapat pula terhambat karena tingginya kadar karbon monoksida dalam alveolus sedangkan daya ikat (afinitas) hemoglobin jauh lebih besar terhadap CO daripada O2 dan CO2.<br />Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2.<br />Gejala alergi terutama asma dapat pula menghinggapi sistem pernapasan begitu juga kanker dapat menyerang paru-paru terutama para perokok berat.<br />Penyakit pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-83994335655231285272007-12-13T11:34:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.715-07:00PETERNAKAN DI KABUPATEN KAMPAR<p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Potensi Peternakan</span></strong><br />Kebutuhan Daging dan telur di Kabupaten Kampar meningkat, sebagian besar masih dipasok dari luar daerah baik daging Sapi, Kerbau,Kambing, Ayam, telur Itik dan telur ayam. Pembibitan Ayam Broiller / pedaging di Kec.Tambang telah memproduksi DOC (Anak Ayam Broiller) yang telah disebarkan di Kabupaten Kampar dan Kabupaten / Propinsi Tetangga. Peluang untuk berusaha di bidang pengembangan peternakan masih terbuka lebar baik pembibitannya ataupun memproduksi telur.<br />Menurut data yang diperoleh populasi ternak pada tahun 2001 yaitu :<o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Sapi potong 4.998 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Kerbau 20.669 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Kambing / Domba 15.666 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Ayam buras 896.709 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Ayam ras pedaging 1.506.000 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Ayam ras petelur 26.000 ekor. <o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana;">Itik 21.600 ekor. <o:p></o:p></span></li></ul> <p class="jnormal">Produksi daging : 3.360.633 kg.<br />Produksi telur : 11.862.000 butir.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Kebijakan Pemerintah</span></strong><br />Pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Kampar dilaksanakan melalui 3 program peternakan yaitu :<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Program peningkatan ketahanan pangan dan gizi penduduk. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Program pemberdayaan ekonomi rakyat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Program pengembangan agribisnis peternakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Komoditi Unggulan</span></strong><br />Dilihat dari kondisi pengembangannya, dapat dikatakan bahwa y ang unggul disektor ini adalah hanya ternak unggas, terutama ayam ras petelur dan ayam buras. Tetapi kalau berdasar pada prospek pasarnya, maka ternak sapi, kambing juda merupakan komoditi unggulan yang layak dikembangkan di wilayah ini.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Pola Perdagangan</span></strong><br />Karena pada umumnya untuk konsumsi lokal maka pola perdagangan hewan ternak relatif sederhana yaitu petani ternak langsung menjual ternaknya ke konsumen atau perusahaan pernotongan hewan setempat.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Potensi Pengembangan</span></strong><br /><strong><span style="font-family: Verdana;">Letak Geografis dan Akses Pasar</span></strong><br />Letak geografis Kabupaten Kampar cukup strategis dan didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang relatif baik sehingga ketataniagaan di wilayah kecamatan sebagai pusat perekonomian pedesaan mudah terjangkau dari kabupaten dan tidak terlalu jauh dari pusat perekonomian propinsi. Karena itu, jalur ditribusi dan pemasaran hasil produksi ternak hewan dapat menjadi lancar dan efisien.<br />Akses ke sentra produksi dan ke pasar merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan pengembangan usaha agribisnis. Analisa potensi pasar merupakan indikator penentu pengembangan usaha agribisnis semua komoditi termasuk hewan ternak.<br />Sayang sekali, hingga sekarang belum dijumpai adanya pasar ternak besar di Kabupaten Kampar. Untuk mengembangkan usaha agribisnis sektor peternakan, mutlak diperlukan adanya pasar ternak untuk menciptakan petani yang berorientasi pasar dalam mengembangkan usaha peternakannya.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana;">Daya Dukung Lahan</span></strong><br />Daya dukung lahan diartikan sebagai kemampuan wilayah untuk mendukung dan menampung usaha pengembang biakan ternak yang :<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">secara teknis rnampu memenuhi kebutuhan pakan ternak; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">secara ekonomis masih menguntungkan petani; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">secara sosial diterima oleh masyarakat; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">dari aspek lingkungan tidak merusak kelestarian hidup vegetasi yang ada. <o:p></o:p></span></p> <p class="jnormal">Parameter utama slang digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan Kabupaten Kampar untuk menampung satuan ternak adalah estimasi ketersediaan produksi hijauan makanan ternak serta luas areal yang tersedia untuk pengembangan hijauan tersebut.<br />Belum ada studi yang mendalam tentang hal ini, tetapi untuk sementara dapat dikatakan bahwa wilayah Kabupaten Kampar masih memiliki daya dukung yang tinggi untuk pengembangan usaha peternakan, baik berskala besar maupun berskala kecil.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana;">Perusahaan Perunggasan</span></strong><br />Untuk perunggasan, sudah ada perusahaan berskala besar yang menanarnkan modalnya di wilayah ini. Dalam hal ini dapat dicatat dua perusahan yaitu PT. NUJ dan PT. Indo Jaya. Keduanya memposisikan diri sebagai perusahaan inti kemudian melibatkan penduduk lokal sebagai petani plasma. Pola ini disebut juga dengan kemitraan inti plasma. Jika kedua pihak (inti dan plasma) bisa mematuhi semua perjaniian yang telah dibuat dan bisa secara terus menjamin.<o:p></o:p></p> <p class="jnormal"><strong><span style="font-family: Verdana; color: red;">• Kondisi Sekarang</span></strong><br />Jenis ternak yang banyak dikembangbiakan penduduk di Kabupaten kampar adalah ternak besar seperti sapi, kerbau dan kambing serta jenis unggas terutama ayam ras. semuanya diusahakan dalam skala kecil oleh peternak keluarga. Hasil usahanya habis untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk lokal. Jumlah populasi ternak besar sebesar 41.333 ekor dan ternak unggas mencapai 2.450.309 ekor. Jumlah populasi yang cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang jumlahnya hanya sebanyak 458 ribu orang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Jenis dan jumlah Ternak di Kabupaten Kampar 2001<o:p></o:p></span></p> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" style="" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 22.5pt;"> <td style="border: 1pt outset ; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 112.5pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.5pt;" width="150"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 8.5pt; font-family: Verdana; color: white;">Kecamatan<o:p></o:p></span></b></p> </td> <td style="border: 1pt outset ; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 127.5pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.5pt;" width="170"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 8.5pt; font-family: Verdana; color: white;">Jenis Ternak<o:p></o:p></span></b></p> </td> <td style="border: 1pt outset ; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 75pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 22.5pt;" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 8.5pt; font-family: Verdana; color: white;">Populasi<br /> </span></b><span class="small1"><b><span style="font-size: 7.5pt; color: white;">(ekor)</span></b></span><b><span style="font-size: 8.5pt; font-family: Verdana; color: white;"><o:p></o:p></span></b></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">01. Bangkinang<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">786<br /> 2.481<br /> 2.081<br /> 118.383<br /> 38.000<br /> 3.080<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">02. Bangkinang Barat<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">180<br /> 3.724<br /> 1.830<br /> 98.638<br /> 282.000<br /> 1.749<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">03. Kampar<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">904<br /> 4.236<br /> 2.551<br /> 152.441<br /> 43.000<br /> 2.206<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">04. Kampar Kiri<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">649<br /> 1.374<br /> 459<br /> 110.942<br /> 51.500<br /> 3.244<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">05. Kampar Kiri Hilir<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">10<br /> 785<br /> 328<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">06. Kampar Kiri Hulu<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">78<br /> 1.767<br /> 525<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">07. Siak Hulu<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">629<br /> 621<br /> 2.161<br /> 93.490<br /> 895.000<br /> 26.000<br /> 4.582<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">08. Tambang<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">412<br /> 3.615<br /> 2.335<br /> 134.506<br /> 131.500<br /> 2.030<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">09. Tapung<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras P<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">287<br /> 41<br /> 345<br /> 98.638<br /> 65.000<br /> 3.220<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">10. Tapung Hilir<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">270<br /> 83<br /> 461<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">11. Tapung Hulu<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">148<br /> 124<br /> 230<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">12. Tapung Kiri<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">10<br /> 165<br /> 115<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 112.5pt;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">13. XIII Koto Kampar<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 127.5pt;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">Sapi Poton<br /> Kerbau<br /> Kambing /<br /> Ayam Buras<br /> Itik<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; width: 75pt;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;">635<br /> 1.653<br /> 2.245<br /> 89.671<br /> 1.489<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 112.5pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;" valign="top" width="150"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: white;">Total</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid none none; border-color: black black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 127.5pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;" valign="top" width="170"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: white;">Sapi Potong<br /> Kerbau<br /> Kambing / Domba<br /> Ayam Buras<br /> Ayam ras Pendaging<br /> Ayam ras Petelur<br /> Itik</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none none; border-color: black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium medium; padding: 2.25pt; background: rgb(0, 102, 153) none repeat scroll 0% 50%; width: 75pt; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;" valign="top" width="100"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: white;">4.998<br /> 20.669<br /> 15.666<br /> 896.709<br /> 1.506.000<br /> 26.000<br /> 21.600</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><em><span style="font-size: 7pt; font-family: Verdana; color: black;">Sumber: Dinas Peternakan</span></em><span style="font-size: 7pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=""><o:p> </o:p></span></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-86390831359078141882007-12-13T11:26:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.754-07:00USAHA PENGEMBANGAN SAPI BALI SEBAGAI TERNAK LOKAL DALAM MENUNJANG PEMENUHAN KEBUTUHAN PROTEIN ASAL HEWANI DI INDONENSIA<p style="margin: 0in 6pt 0.0001pt 0in;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: navy;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p style="margin: 0in 6pt 0.0001pt 4pt;"><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial;" lang="EN-GB">Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 0in 6pt 0.0001pt 4pt;"><b> </b><b style=""><span style="font-size: 18pt; font-family: Tahoma;"><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR">Oleh: <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <h1 style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b>Mobius Tanari</b><b><span style="" lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></b></h1> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR">D16010081<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR">E-mail: <span style="color: black;"><a href="mailto:obitanari@yahoo.com"><span style="color: black;">obitanari@yahoo.com</span></a><o:p></o:p></span></span><br /><span style="color: black;" lang="PT-BR"></span><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <h2>PENDAHULUAN<b style=""><span style="" lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></b></h2> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR">Latar Belakang<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian, dimana sektor memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pakan yang terus meningkat atas bertambahnya jumlah penduduk Indonensia, dan peningkatan rata-rata pendapatan penduduk Indonesia dan taraf hidup pertani dan nelayan.<span style=""> </span>Keberhasilan pembangunan tersebut ternyata berdampak pada perubahan konsumsi masyarakat yang semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat ke arah konsumsi seperti daging, telur, susu (Putu, <i style="">et al.,</i> 1997).<span style=""> </span>Lebih lanjut dijelaskan<span style=""> </span>bahwa permintaan akan telur dan daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri.<span style=""> </span>Berbagai usaha pembangunan peternakan telah diupayakan oleh pemerintah sampai ke pelosok daerah namun masih terdapat kekurangan produksi yang akan mensuplay kebutuhan penduduk Indonesia akan protein hewani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan lokal karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional, sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging (Putu, <i style="">et al., </i>1997). Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga pemasok yaitu ; peternakan rakyat (ternak lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi ex-import) dan impor daging (Oetoro, 1997).<span style=""> </span>Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk tetap menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan ternak potong, usaha peternakan rakyat tetap menjadi tumpuan utama, namun tetap menjaga kelestarian sumberdaya ternak sehingga setiap tahun mendapat tambahan akhir positif.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Sapi Bali merupakan <i style="">breed</i> sapi asli Indonesia mempunyai potensi yang besar, diharapkan dapat mensuplay sebagian dari kekurangan tersebut.<span style=""> </span>Sapi Bali mempunyai populasi dengan jumlah 2.632.125 ekor atau sekitar 26,92% dari total populasi sapi potong yang ada di Indonesia (Anonimus, 1999).<span style=""> </span>Adapun perbandingan populasi sapi Ongole, Peranakan Ongole, Bali, sapi Madura dan sapi lainnya Tahun 1988 dapat dilihat pada Tabel 1.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Tabel 1. Jumlah populasi sapi Ongole, Peranakan Ongole, Bali dan sapi Madura Tahun 1988*<o:p></o:p></span></p> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" style="margin-left: 5.4pt; border-collapse: collapse;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style=""> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 136.05pt;" valign="top" width="181"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Bangsa<o:p></o:p></b></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 141.45pt;" valign="top" width="189"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">Jumlah<o:p></o:p></b></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 136.5pt;" valign="top" width="182"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">Persentase<o:p></o:p></b></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 136.05pt;" valign="top" width="181"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Ongole<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Peranakan Ongole<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Bali<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Madura<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Lainnya<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 141.45pt;" valign="top" width="189"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>260.094<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>773.165<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">2.632.125<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">1.131.375<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">4.979.830<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 136.5pt;" valign="top" width="182"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>2.66<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>8.17<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">26.92<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">11.57<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">50.68<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">*Anonimus, (1999).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>Tabel 1 menunjukkan bahwa di Indonesia sapi potong masih didominasi sapi lainnya yang di impor dari negara lain misalnya Australia, dan tidak menutup kemungkinan bahwa jika perhatian ke ternak lokal tidak sedini mungkin di antisipasi maka ternak lokal akan semakin terkuras populasinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Di Indonesia perkembangan sapi Bali sangat cepat dibanding dengan <i style="">breed</i> potong lainnya, hal tersebut disebabkan <i style="">breed</i> ini lebih diminati oleh petani kecil karena beberapa keunggulannya yang antara laian, tingkat kesuburunnya tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efesien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi dimana <i style="">breed</i> lainnya tidak dapat (Moran, 1990), persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan (Pane, 1990), daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen (Ngadiyono, 1997).<span style=""> </span>Selain beberapa keunggulan di atas terdapat juga beberapa kekurangan yakni bahwa sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan <i style="">(malignant catarrhal fever)</i> dan Bali ziekte (Darmaja, 1980;<span style=""> </span>Hardjosubroto, 1994).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR">Permasalahan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span style="font-family: Wingdings;" lang="PT-BR">ü</span><span style="font-size: 7pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Permasalahan yang coba diangkat dalam makalah ini adalah masalah pemenuhan konsumsi protein hewani asal sapi potong yang belum terpenuhi, sehingga impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut dari tahun ke tahun masih dilakukan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span style="font-family: Wingdings;" lang="PT-BR">ü</span><span style="font-size: 7pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Adanya potensi ternak sapi lokal yang bisa lebih dikembangkan dengan manajemen yang lebih baik, untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span style="font-family: Wingdings;">ü</span><span style="font-size: 7pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Pola perkembangan sapi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span style="font-family: Wingdings;">ü</span><span style="font-size: 7pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Program pemuliaan untuk menunjang tercapainya produksi baik melalui cara peningkatan bobot potong atau meningkatkan populasi ternak lokal.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span style="font-family: Wingdings;">ü</span><span style="font-size: 7pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;" lang="PT-BR">TINJAUAN PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR">Sapi Bali<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari Banteng <i style="">(bibos banteng)</i> (Hardjosubroto, 1994) dan merupakan sapi asli Pulau Bali (Payne dan Rollinson, 1974 dalam Sutan, 1988).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Ditinjau dari sistematika ternak, sapi Bali masuk <i style="">familia Bovidae</i>, <i style="">Genus bos</i> dan <i style="">Sub-Genus Bovine</i>, yang termasuk dalam <i style="">sub-genus</i> tersebut adalah; <i style="">Bibos</i> <i style="">gaurus, Bibos frontalis</i> dan <i style="">Bibos sondaicus</i> (Hardjosubroto, 1994), sedang Williamson dan Payne (1978) menyatakan bahwa sapi Bali <i style="">(Bos-Bibos Banteng)</i> yang spesies liarnya adalah banteng termasuk <i style="">Famili bovidae</i>, <i style="">Genus bos</i> dan <i style="">sub-genus bibos</i>.<span style=""> </span>Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam (Hardjosubroto, 1994).<span style=""> </span>Satu karakter lain<span style=""> </span>yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testes (Aalfs, 1934 dalam Darmaja, 1980). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa ada tanda-tanda khusus yang harus dipenuhi sebagai sapi Bali murni, yaitu warna putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling edial disebut bentuk tanduk <i style="">silak congklok</i> yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok keatas, kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar.<span style=""> </span>Pada yang betina bentuk tanduk yang edial yang disebut <i style="">manggul gangsa</i> yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi<span style=""> </span>arah kebelakang sedikit melengkung kebawah dan pada ujungnya sedikit mengarah kebawah dan kedalam, tanduk ini berwarna hitam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Saat ini penyebaran sapi Bali telah meluas hampir keseluruh wilayah Indonesia, konsentrasi sapi Bali terbesar adalah di Sulawesi Selatan, Pulau Timor, Bali dan Lombok.<span style=""> </span>Pane (1989) menyatakan bahwa jumlah sapi Bali di Sulawesi Selatan dan Pulau Timor telah jauh melampaui populasi sapi Bali ditempat asalnya (Pulau Bali). Pada tahun 1991 ditaksir jumlah sapi Bali di Indonesia sekitar 3,2 juta, dengan jumlah terbanyak di Sulawesi Selatan (1,8 juta ekor), Nusa Tenggara Timur (625 ekor) dan Pulau Bali (456 ekor) (Hardjosubroto, 1994.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR">Produktivitas Sapi Bali<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994), dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan.<span style=""> </span>Wodzicka-Tomaszewska <i style="">et al.</i> (1988) menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi.<span style=""> </span>Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya.<span style=""> </span>Dalton (1987) menyatakan bahwa produktivitas nyata ternak merupakan hasil pengaruh genetik dan lingkungan terhadap komponen-komponen produktivitas.<span style=""> </span>Selanjutnya Warwick dan Lagetes (1979) menyatakan bahwa performan seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh komulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak bersangkutan sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi.<span style=""> </span>Hardjosubroto (1994) dan Astuti (1999) menyatakan bahwa faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya.<span style=""> </span>Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin panampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Astuti <i style="">et al</i>. (1983) dan Keman (1986) menyatakan bahwa produktivitas ternak potong di Indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan produktivitas dari ternak sapi di negara-negara yang telah maju dalam bidang peternakannya, namun demikian Vercoe dan Frisch (1980); Djanuar (1985); Keman (1986) menyatakan bahwa produktivitas sapi daging dapat ditingkatkan<span style=""> </span>baik melalui modofikasi lingkungan atau mengubah mutu genetiknya dan dalam praktek adalah kombinasi antara kedua alternatif diatas.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Trikesowo <i style="">et al.</i> (1993) menyatakan bahwa yang termasuk dalam komponen produktivitas sapi potong adalah jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet <i style="">(calf crop),</i> perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun <i style="">(yearling),</i> bobot potong dan pertambahan bobot badan.<span style=""> </span>Tabel 2 menunjukkan<span style=""> </span>rataan persentase kelahiran, kematian dan <i style="">calf crop</i> beberapa sapi potong di Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Tabel 2.<span style=""> </span></span>Rataan persentase kelahiran, kematian dan <i style="">calf crop</i> beberapa sapi potong<span style=""> </span>di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" style="margin-left: 5.4pt; border-collapse: collapse;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style=""> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 100.65pt;" valign="top" width="134"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;">Bangsa<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 106.1pt;" valign="top" width="141"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center">Kelahiran<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 106.1pt;" valign="top" width="141"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center">Kematian<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 101.15pt;" valign="top" width="135"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><i style="">Calf crop<o:p></o:p></i></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 100.65pt;" valign="top" width="134"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Brahman<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Brahman cross<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Ongole<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Lokal cross<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><st1:place st="on">Bali</st1:place><o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 106.1pt;" valign="top" width="141"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">50,71<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">47,76<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">51,04<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">62,47<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">52,15<sup>a</sup><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 106.1pt;" valign="top" width="141"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">10,35<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">5,58<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">4,13<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">1,62<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">2,64<sup>b</sup><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 101.15pt;" valign="top" width="135"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">48,80<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">45,87<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">48,53<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">62,02<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">51,40<sup>c</sup><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 171pt; text-align: justify;"><span style="" lang="PT-BR">Sumadi, (1985)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 171pt; text-align: justify;"><sup><span style="" lang="PT-BR">a</span></sup><span style="" lang="PT-BR">Darmadja, (1980)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 171pt; text-align: justify;"><sup><span style="" lang="PT-BR">b</span></sup><span style="" lang="PT-BR">Sutan, (1988)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 171pt; text-align: justify;"><sup><span style="" lang="PT-BR">c</span></sup><span style="" lang="PT-BR">Pane, (1989)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sapi Bali memperlihatkan persentase kelahiran 52,15% lebih tinggi di banding dengan sapi Brahman 50,71%, Brahman cross 47,76% dan sapi Ongole 51,04% kecuali Lokal cross (Lx) 62,47%, demikian pula <i style="">calf crop</i> sapi Bali 51,40% lebih tinggi dibanding sapi Brahman 48,80%, Brahman cross 45,87% dan sapi Ongole 48,53% kecuali Lokal cross sebesar<span style=""> </span>62,02 % serta persentase kematian yang rendah.<span style=""> </span>Hal tersebut dapat memberi gambaran bahwa produktivitas sapi Bali sebagai sapi asli Indonesia masih tinggi, namun jika dibandingkan dengan sapi asal Australia masih tergolong rendah yakni <i style="">calf crop</i>-nya dapat mencapai 85 % (Trikesowo <i style="">et al.,</i> 1993).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Vercoe dan Frisch (1980) menyatakan bahwa sifat produksi dan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa sapi, keadaan tanah, kondisi padang rumput, penyakit dan manajemen.<span style=""> </span>Oleh karena itu perbaikan mutu sapi potong haruslah ditekankan pada peningkatan sifat produksi dan reproduksi yang ditunjang oleh pengelolaan yang baik dari segi zooteknis dan bioekonomis.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>Adapun penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Tabel 3. Penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi di Indonesia*<o:p></o:p></span></p> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" style="margin-left: 5.4pt; border-collapse: collapse;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style=""> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 2in;" valign="top" width="192"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR">Keterangan<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Sul.Sel<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">NTT<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Irja<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">NTB<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="PT-BR">Bali<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: windowtext -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 46.7pt;" valign="top" width="62"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center">P3Bali<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 2in;" valign="top" width="192"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berat Lahir (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berat Sapih (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berat 1 th,<span style=""> </span>Jantan (kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span>Betina (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berat 2 th,<span style=""> </span>Jantan (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Betina (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berat Dewasa, Jantan (kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Betina (Kg)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="SV">Ukuran Tubuh Dewasa<span style=""> </span>:<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="SV">Jantan :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Lingkar Dada (cm)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="PT-BR">Tinggu gumba (cm)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="PT-BR">Panjang badan (cm)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="PT-BR">Betina :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="PT-BR">Lingkar Dada (cm)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"><span style="" lang="PT-BR">Tinggu gumba (cm)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Panjang badan (cm)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;">Persentase beranak/th (%)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify;"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">12<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">70<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">115<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">110<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">210<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">170<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">350<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">225<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">181,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">122,3<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">125,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">160,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">105,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">117,2<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">76<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">12<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">75<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">120<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">110<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">220<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">180<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">335<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">235<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">180,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">126,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">134,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">158,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">114,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">118,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">70<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">12,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">73,5<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">118<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">111<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">218<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">179<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">352<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">235<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">180,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">125,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">132,1<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">159,2<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">112,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">118,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">66<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">13<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">72<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">117,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">113<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">222<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">182<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">360<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">238,5<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">182<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">125,2<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">133,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">160,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">112,5<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">118,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">72<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">16<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">86<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">135<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">125<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">235<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">200<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">395<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">264<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">185,5<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">125,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">142,3<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">160,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">113,6<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">118,5<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">69<o:p></o:p></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 46.7pt;" valign="top" width="62"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">18<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">94<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">145<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">135<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">260<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">225<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">494<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">300<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">198,8<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">130,1<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">146,2<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">174,2<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">114,4<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">120,0<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center">86<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2.25in; text-align: justify;">* Pane, (1989).<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><br /><span style="font-weight: bold;"><br /></span>PEMBAHASAN<b style=""><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="color: black;">Kebutuhan Sapi Potong<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""> <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style=""> </span></b>Data SUSSENAS tahun 1996 menunjukkan konsumsi daging sapi per kapita penduduk <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> sekita 1.448 kg/tahun. Selanjutnya dijelaskan bahwa peningkatan kebutuhan tersebut diakibatkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi daging per kapita.<span style=""> </span>Konsumsi daging per kapita tahun 2000, 2003 dan 2006 diperkirakan sekitar 1.476 kg/tahun, 1.549 kg/tahun dan 1.633 kg/tahun (Anonimus, 1998). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Putu <i style="">et al</i>. (1997) menyatakan bahwa kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan lokal karena pertambahan populasi tidak seimbang<span style=""> </span>dengan kebutuhan nasional, sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging.<span style=""> </span>Lanjut dijelaskan bahwa jika dilihat dari <i style="">trend</i> permintaan akan daging didalam negeri maka diperkirakan tahun 2000 diperlukan daging sapi sebanyak 670 ribu ton yang setara dengan sapi siap potong sebanyak empat juta ekor, sementara dari dalam negeri bila hanya mengandalkan teknologi yang dan kebijaksanaan yang ada dengan rata-rata peningkatan populasi 2–3% maka akan tersedia sebanyak 395.000 ton daging yang setara dengan 2,5 juta ekor berarti pada tahun 2000 akan kekurangan sebesar 1,5 juta ekor.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Pada tahun 2003 diperkirakan <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> membutuhkan daging sapi sekitar 781.000 ton.<span style=""> </span>Produksi daging sapi nasional diperkirakan hanya dapat memenuhi 434.300 ton sehingga akan terjadi kekurangan sebanyak 246.700 ton.<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Impor ternak sapi daging sapi meningkat semakin tajam.<span style=""> </span>Pengamatan selama periode tahun 1992-1996 menunjukkan bahwa (i) volume impor ternak sapi (sebagian besar bakalan) meningkat<span style=""> </span>dengan laju sekitar 43% per tahun, (ii) nilai impor ternak sapi meningkat sekitar 56% per tahun, (iii) volume impor daging sapi meningkat sekitar 40% per tahun dan (iv) nilai impor daging sapi meningkat sekitar 38% per tahun.<span style=""> </span>Akibatnya defisit neraca perdagangan ternak dan daging sapi melonjak dari US$ 19.7 juta pada tahun 1992 menjadi US$ 150.6 juta pada tahun 1996 (Anonimus, 1998).<span style=""> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Hal yang patut mendapat perhatian dalam perkembangan impor ternak sapi adalah pergeseran dari komoditi sapi bibit <i style="">(cattle breed)</i> ke jenis komoditi sapi bakalan <i style="">(feeder steers)</i>.<span style=""> </span>Pada tahun 1992 komposisi impor ternak sapi kurang lebih 50% sapi bibit dan 50% sapi bakalan.<span style=""> </span>Pada tahun 1996 komposisinya berubah menjadi 2% sapi bibit dan 98% sapi bakalan.<span style=""> </span>Perkembangan semacam ini mencerminkan ketidakmampuan industri pembibitan sapi di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> untuk mengembangkan bibit unggul asal luar negeri guna meningkatkan kualitas bibit sapi lokal sebagai upaya mencapai sasaran pertumbuhan populasi yang diharapkan (Anonimus, 1998).<span style=""> </span>Adapun perkembangan impor ternak dan daging sapi dapat dilihat pada Gambar 1. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam jangka panjang besarnya permintaan konsumsi daging sapi akan menyebabkan penurunan populasi secara nyata, dan apabila peme<span style="" lang="SV">rintah tidak melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan angka <i style="">net-increase</i> dan <i style="">net-calf crop</i> sapi bukan hal yang tidak mungkin Indonesia masih terus akan mengimpor sapi meskipun harganya sangat mahal.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: blue;" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: black;" lang="SV">Potensi Pengembangan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Perkembangan populasi sapi potong sejak awal Pelita I (1969) sampai tahun 1996 menunjukkan peningkatan.<span style=""> </span>Pada tahun 1969 populasi mencapai 4,9 juta ekor dan pada tahun 1994 menjadi 11,367 juta ekor atau mengalami peningkatan 1,8 kali lipat dan pada tahun 1997 telah mencapai 12,552 juta ekor (Anonimus, 1997), namun peningkatan populasi sapi potong di Indonesia tidak dapat mengimbangi permintaan kebutuhan daging secara nasional.<span style=""> </span>Astuti (1999) menyatakan bahwa beberapa hal yang menyebabkan perkembangan populasi yang lambat adalah rendahnya produktivitas ternak lokal dan masih tingginya mortalitas.<span style=""> </span>Lebih jauh dijelaskan bahwa mengingat kebutuhan daging yang belum terpenuhi dan konsumsi yang terus meningkat, maka populasi ternak lokal perlu dipacu perkembangannya dengan peningkatan kelahiran dan penekanan kematian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span></span><span style="" lang="PT-BR">Sapi Bali merupakan <i style="">breed</i> sapi asli Indonesia yang populasinya telah mencapai 2.632.124 ekor atau sekitar 26,92 % dari total populasi sapi potong yang ada di Indonesia (Anonimus, 1999).<span style=""> </span>Penyebaran sapi Bali telah meluas hampir keseluruh wilayah Indonesia.<span style=""> </span>Konsentrasi sapi Bali terbesar di Sulawesi selatan, Pulau Timor, Bali dan Lombok, namun kemurnian sapi Bali tetap dipertahankan di Pulau Bali, sebagai sumber bibit yang pembinaannya dilakukan oleh Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3Bali).<span style=""> </span>Hardjosubroto (1994) dan Soesanto (1997) menyatakan bahwa sapi Bali termasuk sapi unggul dengan reproduksi tinggi, bobot karkas tinggi, mudah digemukkan dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga dikenal sebagai sapi perintis.<span style=""> </span>Sebagai sapi asli yang potensi reproduksinya lebih baik dibanding sapi lainnya maka upaya pengembangan sapi Bali sangatlah memungkinkan oleh karena juga didukung oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang sangat tinggi.<span style=""> </span>Martojo (1989) menyatakan bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan produksi daging dalam negeri, penggunaan sapi Bali diberbagai wilayah di Indonesia mempunyai prospek yang sama baiknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>Dalam perkembangan peternakan sapi Bali telah diperoleh beberapa kemajuan terutama dalam menekan angka kematian pedet.<span style=""> </span>Admadilaga (1975) menyatakan bahwa angka kematian pedet sapi Bali sebesar 10–80%. Darmadja (1980) yang melakukan penelitian di Bali memperoleh kematian pedet sebesar 7,33%, sedang Tanari (1999) pada lokasi yang sama memperoleh angka kematian pedet yang lebih rendah sebesar 7,26% terhadap kelahiran atau sebesar 1,84% dari populasi.<span style=""> </span>Kemampuan lain yang dapat diandalkan untuk pengembangan populasi sapi Bali adalah jarak beranak <i style="">(calving interval)</i> yang cukup baik yakni bisa menghasilkan satu anak satu tahun.<span style=""> </span>Djagra dan Arka (1994) memperoleh <i style="">calving interval</i> yakni 14 – 15 bulan.<span style=""> </span>Sedang pada tahun 1999 (Tanari, 1999) memperoleh <i style="">calving interval</i> sebesar 12,19<span style=""> </span>± 0,06 bulan<span style=""> </span>hal tersebut diakibatkan karena manajemen reproduksi yang dilaksanakan di Bali cukup baik yakni perkawinan rata-rata dilaksanakan dengan teknik inseminasi buatan,<span style=""> </span>ditunjang oleh biologi reproduksi dari sapi Bali yang cukup baik yakni fertilitasnya tinggi yakni sekitar 83%. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><span style=""> </span>Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perkembangan sapi potong adalah sumber daya yang tersedia seperti sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya pakan ternak yang berkesinambungan, selanjutnya proses budidaya perlu mendapat perhatian meliputi bibit, ekologi dan teknologi serta lingkungan yang strategis yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberhasilan pengembangannya (Putu <i style="">et al.,</i> 1997).<span style=""> </span>Jumlah rumah tangga peternak sapi potong hingga tahun 1993 hanya sekitar 1,2% dari penduduk Indonesia atau sekitar 2.566.000 peternak (Anonimus, 1999).<span style=""> </span></span><span style="" lang="SV">Jika masyarakat diberdayakan maka potensi sumber daya manusia sangatlah besar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Rencana pengembangan populasi sapi potong tidak terlepas dari daya dukung wilayah yang meliputi dua hal yaitu ketersediaan ruang tempat ternak dibudidayakan dan ketersediaan pakan ternak untuk kelangsungan hidupnya. Anonimus (1998) menyatakan bahwa diperkirakan ketersediaan potensi pakan hijauan mengalami peningkatan sekitar 3% per tahun selama periode tahun 1991-1996, yakni dari 31,3 juta ST (satuan ternak) pada tahun 1991 menjadi 36,3 juta ST pada tahun 1996. Oleh karenanya dengan keadaan struktur populasi yang ada sampai tahun 1999 sebesar 9.099.500 ST, dapat diprediksi daya tampung tersisa sebesar 27.200,500 ST.<span style=""> </span>Dari potensi ketersedian pakan maka kemungkinan pengembangan populasi kedepan masih sangat memungkinkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Anonimus (1989) menyatakan bahwa distribusi kesediaan pakan antar Wilayah cukup bervariasi, pada tahun 1996 diperkirakan sebagai berikut; (i) Jawa dan Bali sekitar 55%, (ii) Sumatra 22%, (iii) Kalimantan 4%, (iv) Sulawesi 11 persen dan (v) wilayah Indonesia lainnya sebanyak 8%. Dalam sepuluh tahun mendatang<span style=""> </span>diperkirakan distribusi ketersediaan pakan<span style=""> </span>hijauaan ternak tersebut akan mengalami pergeseran cukup nyata, yakni peranan wilayah Jawa dan Bali turun menjadi 48%, Sumatra meningkat 33%, Kalimantan tetap sekitar 4%, Sulawesi menurun menjadi<span style=""> </span>10% dan wilayah Indonesia lainnya juga menurun menjadi 5%.<span style=""> </span>Hal tersebut juga akan membuat suatu pergeseran cara beternak terutama di Jawa dan Bali yang lebih mengarah semakin komersial dan bergeser dari status usaha sambilan menjadi cabang usahatani<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Dalam melaksanakan pengembangan populasi sapi Bali, penentuan pengeluaran ternak termasuk pengendalian pemotongan ternak betina produktif perlu diperhatikan, dan<span style=""> </span>menghitung dengan tepat jumlah sapi Bali yang dapat dikeluarkan, agar tidak mengganggu keseimbangan populasinya dari suatu wilayah. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa <i style="">out put</i> sapi potong dari suatu wilayah tertentu agar keseimbangan populasi ternak potong tersebut tetap konstan dipengaruhi antara lain <i style="">natural increase</i>, tingkat kematian ternak, kebutuhan ternak pengganti, jumlah ternak tersingkir, pemasukan ternak hidup dan besarnya proyeksi kenaikan populasi ternak di daerah tersebut.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Penelitian <i style="">out put</i> diberbagai daerah telah banyak dilakukan.<span style=""> </span>Hasil penelitian <i style="">out put</i> sapi potong di Daerah IstimewaYogyakarta tahun 1987 sebesar 19,84 % dari populasi yang terdiri dari 9,54 % sapi muda dan 10,30 % sapi dewasa (Hardjosubroto, 1987).<span style=""> </span>Budiarto (1991) dalam penelitiannya di Jawa Timur tahun 1989 memperoleh <i style="">out put</i> sapi potong sebesar 20,98 % dari populasi, terdiri dari 7,89 % sapi jantan muda, 3,0% sapi betina muda, 3,35% sapi jantan dewasa dan 6,74% sapi betina dewasa.<span style=""> </span>Selanjutnya Maskyadji (1992) memperoleh <i style="">out put</i> sapi Madura di Pulau Madura sebesar 17% yaitu dari sapi muda jantan dan betina masing-masing 1,69% dan 1,26 % sedang sapi tua jantan dan betina masing-masing 6,54% dan 7,56%.<span style=""> </span>Sedang Tanari (1999) memperoleh <i style="">out put</i> sapi Bali di Pulau Bali<span style=""> </span>sebesar 20,81% yang terdiri dari sapi muda jantan dan betina masing-masing 9,40% dan 3,92%, sedang sapi tua jantan dan betina masing-masing 0,85% dan 6,6%.<span style=""> </span>Oetoro (1997) melaporkan bahwa secara nasional <i style="">out put</i> sapi potong pada tahun 1996 sebesar<span style=""> </span>15,2 % dengan kenaikan populasi 3,5% dan pada tahun 1997 sebesar 14,5% dengan kenaikan populasi 5%. <i style="">Out put</i> ternak dari suatu wilayah ditentukan oleh struktur populasi dan rencana pengembangan atau peningkatan populasi dari wilayah tersebut.<span style=""> </span>Untuk menentukan <i style="">out put</i> dari suatu wilayah perlu pertimbangan kebutuhan ternak pengganti yang akan digunakan untuk perkembangbiakan sehingga populasinya tidak akan terkuras akibat pengeluaran yang berlebihan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; line-height: 150%;"><b style=""><span style="color: black;" lang="SV">Pola Pengembangan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pola pengembangan peternakan rakyat pada prinsipnya terdapat dua<b style=""> </b>model, yakni (i) Pola Swadaya dan (ii) Pola Kemitraan.<span style=""> </span>Pola swadaya merupakan pola pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana peternak, baik secara individu maupun kelompok.<span style=""> </span>Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan kerjasama yang saling antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma (Anonimus, 1998).<span style=""> </span>Dijelaskan pula bahwa dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pola pengembangan peternakan rakyat ini akan menjadi landasan utama dalam penentuan alternatif kebijakan pemerintah dalam menopang dan mendorong agribisnis peternakan rakyat berwawasan agribisnis. Apabila persentase pengembangan<span style=""> </span>ternak swadaya mendominasi pada peternakan rakyat, maka peran pemerintah <i style="">(government intervention)</i> mempunyai derajat yang cukup tinggi.<span style=""> </span>Namun demikian apabila kemitraan mendominasi dalam pengembangan peternakan rakyat, maka peran pemerintah relatif berkurang, karena swastanisasi usaha peternakan sudah berkembang.<span style=""> </span>Secara sederhana, peran pemerintah dibagi ke dalam tiga bagian, yakni (1) motivator <i style="">(development agent),</i> (2) fasilitator/services, dan (3) regulator.<span style=""> </span>Derajat intervensi pemerintah dalam penentuan kebijakan pembangunan peternakan ditentukan oleh karekteristik pola pengembangan usahaternak rakyat yang paling dominan.<span style=""> </span> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; text-indent: 34pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Pemberdayaan masyarakat dalam konteks pengembangan peternakan rakyat merupakan pengembangan agribisnis peternakan yang bertujuan untuk mensejahterakan petani dalam mengejar ketinggalannya serta dapat meningkatkan produktivitas ternak khususnya ternak ruminansia (sapi Bali). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Secara prinsip pemberdayaan dalam konteks suatu <i style="">“proses”</i> mengacu pada upaya proses pemberdayaan ekonomi usaha ternak model <i style="">mix-Farming</i>, dari <i style="">existing</i> <i style="">condition</i> ke <i style="">optimum condition (part time)</i> dan kemudian diarahkan pada usaha ternak yang sustainable <i style="">(full time)</i> (Anonimus, 1998).<span style=""> </span>Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pemberdayaan tersebut mengacu pada upaya; (1) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, (2) peningkatan pertumbuhan populasi ternak ruminansia dan (3) upaya menopang terbentuknya “sentra produksi ternak ruminansia di Indonesia”.<span style=""> </span>Prinsip dasar dalam pelaksanaan usaha ternak adalah efesien dan berdaya saing yang mampu mendorong usaha ternak sebagai usaha pokok serta mampu mendukung peningkatan produksi daging ternak ruminansia di Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: black;" lang="SV">Pola Pemuliaan Ternak<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Kebutuhan akan adanya suatu Rancangan Program Pemuliaan Ternak Nasional yang mempunyai dasar hukum telah lama dirasakan (Martojo, 1989). <span style=""> </span>Selanjutnya dijelaskan bahwa beberapa gagasan atau usulan telah diajukan pada masa REPELITA I sampai IV oleh Direktorat Jenderal Peternakan setiap REPELITA.<span style=""> </span>Penyusunan rancangan pengembangan dan pemuliaan diperlukan analisis daya dukung wilayah.<span style=""> </span></span>Untuk hal tersebut telah dilaksanakan penelitian potensi wilayah di seluruh <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place><span style=""> </span>(Anonimus, 1998).<span style=""> </span>Hasil yang diperoleh menetapkan wilayah-wilayah pengembangan dengan mengacu pada ketersediaan pakan ternak dengan perhitungan daya tampung per satuan Unit Ternak.<span style=""> </span>Sampai tahun 1996 diperkirakan daya tampung sebesar 36,3 juta ST, potensi ini bervariasi antar provinsi yakni; Jawa dan Bali 55%, Sumatra 22%, Kalimantan 4%, Sulawesi 11% dan Wilayah Indonesia lainnya 8%.<span style=""> </span><span style="" lang="SV">Dengan demikian terdapat beberapa provinsi yang berpotensi untuk pengembangan ruminansia khususnya sapi Bali.<span style=""> </span>Martojo (1989) menyatakan bahwa pengembangan ruminansia diwilayah tertentu selanjutnya dilengkapi dengan rancangan peningkatan mutu genetik ternak.<span style=""> </span>Salah satu cara untuk mempertahankan mutu genetik sapi Bali dan berbagai bangsa sapi lain di daerah sumber bibit adalah menghitung dengan tepat jumlah sapi dari berbagai mutu genetik bibit yang dapat dikeluarkan, seimbang dengan jumlah dan mutu bibit yang perlu dipertahankan sebagai ternak pengganti.<span style=""> </span>Selain cara tersebut diatas dapat pula dilakukan persilangan sapi Bali dengan berbagai bangsa lain.<span style=""> </span>Martojo (1989) menyatakan bahwa persilangan sapi Bali dengan berbagai bangsa lain menghasilkan sapi silangan yang menunjukkan sifat pertumbuhan yang meningkat sebanyak 50 – 100 %.<span style=""> </span>Hal ini terutama terjadi sebagai hasil persilangan dengan sapi <i style="">Bos Indicus, Bos Taurus</i>, dan berbagai<span style=""> </span>bangsa baru silangan seperti <i style="">Santa Gertrudis, Droughtmaster, Belmot Red, Braford, Brangus </i>dan lainnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt;" lang="SV">KESIMPULAN DAN SARAN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt;" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: black;" lang="SV">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="SV"> </span><span style="" lang="SV">Kebutuhan konsumsi daging sapi masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> masih mengharapkan import dari negara lain, oleh karena kemampuan ternak lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi belum dicapai.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="SV"> </span><span style="" lang="SV">Untuk meningkatkan populasi sapi perlu diperhatikan tiga hal yakni; sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya pakan ternak yang berkesinambungan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="SV"> </span><span style="" lang="SV">Pola kebijakan pengembangan diarahkan pada pola kemitraan sehingga peran pemerintah lebih hanya kepada pemberi motivator, sebagai fasilitator dan regulator.<b style=""> <o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="SV"> </span><span style="" lang="SV">Diperlukan program pemuliaan untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu genetik sapi<span style=""> </span>Bali di Daerah pengembangan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR">S a r a n<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt;"><b style=""><span style="color: black;" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;" lang="PT-BR">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Perlu perhatian dan kebijakan pemerintah yang lebih baik dalam penanganan pengembangan populasi sapi potong khususnya sapi Bali diberbagai daerah di Indonesia, dengan memberdayakan petani peternak dan sumber daya pakan yang melimpah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;" lang="PT-BR">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Kontrol yang ketat terhadap jumlah sapi yang dikeluarkan (dipotong) dengan memperhatikan jumlah ternak pengganti dan perkiraan peningkatan populasi tiap tahun, serta pelarangan yang ketat terhadap pemotongan betina produktif.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;" lang="PT-BR">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Diperlukan kebijakan pemerintah<span style=""> </span>sebagai motivator, fasilitator dan regulator untuk lebih menggiatkan peternakan yang berbasis pada peternakan kerakyatan dengan pola kemitraan.<b style=""><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.25in 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-family: Symbol;" lang="PT-BR">·</span><span style="font-size: 7pt;" lang="PT-BR"> </span><span style="" lang="PT-BR">Pola pengembangan peternakan sebaiknya diarahkan pada usaha ternak yang sustaianable <i style="">(full time),<b style=""> </b></i><b style=""><span style=""> </span></b>untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petani <i style="">(to increase farmer’s levelfare),</i> dan meningkatkan pertumbuhan populasi ternak ruminansia khususnya sapi Bali.<b style=""><i style=""><o:p></o:p></i></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 2pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></p> <h2>DAFTAR PUSTAKA<b style=""><span style="" lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></b></h2> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Admadilaga, 1975.<span style=""> </span></span><span style="" lang="SV">Kedudukan Usaha Ternak Tradisional dan Perusahaan Ternak dalam Sistem Pembangunan Peternakan.<span style=""> </span>Work Shop Purna Sarjana Ekonomi Peternakan. </span><span style="" lang="PT-BR">F.E. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="SV">Anonimus, 1998.<span style=""> </span>Kajian Pola Pengembangan Peternakan Rakyat Berwawasan Agribisnis. Lembaga Penelitian IPB dan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="SV">------------, 1999. Buku Statistik Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan. </span><span style="" lang="PT-BR">Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Astuti, M., W. Hardjosubroto dan S. Lebdosoekajo. 1983.<span style=""> </span>Analisis Jarak Beranak Sapi PO di Kecamatan Cangkringan DIY.<span style=""> </span><i style="">Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar.<span style=""> </span>Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan BP3</i>.<span style=""> </span>Departemen Pertanian, Bogor.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Astuti, M., 1999. Pemuliaan Ternak, Pengembangan dan Usaha Perbaikan Genetik Ternak Lokal. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Pemuliaan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Budiarto, A., 1991.<span style=""> </span>Produktivitas Sapi Potong di Jawa Timur Tahun 1988-1989.<span style=""> </span>Tesis Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><st1:place st="on"><st1:city st="on">Dalton</st1:City></st1:place>, C. 1987.<span style=""> </span><i style="">An Introduction to Practical Animal Breeding</i>.<span style=""> </span>English Language Book Society, Longman.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Darmadja, S.D.N.D. 1980.<span style=""> </span>Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem Pertanian di Bali.<span style=""> </span>Disertasi Universitas Padjajaran, Bandung.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Djagra, I.B., I.B. Arka. 1994.<span style=""> </span>Pembangunan Peternakan Sapi Bali di Propinsi Daerah Tingkat I Bali.<span style=""> </span><i style="">Lokakarya Pengembangan Peternakan Sapi di Kawasan Timur Indonesia</i>, tanggal, 6-8 Februari 1994, Mataram<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Djanuar, R. 1985.<span style=""> </span><i style="">Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi</i>.<span style=""> </span>Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Hardjosubroto, W. 1994. <i style="">Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan</i>. PT. Gramedia Widiasarana<span style=""> </span>Indonesia, Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="SV">Keman , S., 1986.<span style=""> </span>Keterkaitan Produktivitas Ternak dengan Iklim, Masalah dan Tantangan.<span style=""> </span></span><span style="" lang="PT-BR">Pidato Pengukuhan Guru Besar, Pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mata, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR">Maskyadji, A.S.Z.Z., 1992.<span style=""> </span></span>Pertumbuhan dan <i style="">Out put</i> sapi Madura di Pulau Madura.<span style=""> </span><span style="" lang="PT-BR">Tesis Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 4pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="" lang="PT-BR"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=""><o:p> </o:p></span></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-27702244017314281302007-12-13T11:20:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.805-07:00PERLAKUAN SILASE DAN AMONIASI DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN DOMBA<div class="Section1"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">SILAGE AND AMONIASE TREATMENT OF OIL PALM FROND AS FEED FOR SHEEP </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NEVY DIANA HANAFI </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Fakultas Pertanian </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Program Studi Produksi Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Universitas Sumatera Utara </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">PENDAHULUAN </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Latar Belakang </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Makanan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan makanan ternak akhir-akhir ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan <st1:city st="on"><st1:place st="on">baku</st1:place></st1:City> makanan ternak, dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Oleh karena itu, perlu dicari sumber daya baru yang potenisal untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif yang mampu menggantikan sebagian atau seluruh hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan kepada penggunaan bahan konsentrat yang sudah lazim digunakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Sumber daya tersebut seyogyanya tersedia dalam satu tempat dalam jumlah banyak, sehingga untuk memperolehnya tidak membutuhkan biaya besar. Berbagai hasil ikutan pertanian dapat dijadikan sebagai sumber baru bahan makanan ternak baru, misalnya limbah pertanian, termasuk perkebunan. Namun demikian, limbah perkebunan maupun pertenrakan mempunyai keterbatasan, antara lain bersifat amba dan bersifat kasar tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan ataupun perlakuan terhadap limbah tersebut, agar dapat dikonsumsi atau dapat dijadikan makanan ternak yang potenisal. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:City> beberapa pengolahan yang dapat dilakukan yaitu pengolahan biologis, dan kimiawi, masing-masing teknik fermentasi dan teknik amoniasi untuk membuat silase. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Salah satu limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan adalah daun kelapa sawit yang berasal dari pemangkasan pelepah daun kelapa sawit. Dari satu pelepah daun kelapa sawit dapat dihasilkan 3,333 kg daun kelapa sawit segar dengan kandungan bahan kering mencapai 35% (Ishida dan Hassan, 1992). Daun kelapa sawit dapat langsung diberikan kepada ternak maupun diproses terlebih dahulu seperti dengan melakukan silase maupun dengan perlakuan amoniasi. Hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat menambah persediaan bahan makanan ternak. Perlakuan dengan silase sangat diraskan keuntungannya karena lebih aman dan meningkatkan nilai nutrisi yang lebih baik serta mengawetkan limbah pertanian. Kandungan bahan kering, protein kasar dan kecernaan daun kelapa sawit yang telah dibuat silase dengan penambahan urea menjadi lebih meningkat dibandingkan tanpa pemakaian urea dan kecernaan bahan kering akan meningkat 45% terutama bila diberikan pada sapi (Ishida dan Hassan, 1992). Keuntungan lain dengan perlakuan amoniasi terutama dengan penggunaan urea, adalah selain pengerjaannya mudah, juga dapat meningkatkan kualitas dari pakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi dasar dalam memasyarakatkan penggunaan limbah kelapa sawit untuk menunjang kebutuhan <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><br /> </span> <div class="Section2"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>1</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">pakan ternak ruminansia serta memberikan peluang kepada perkebunan kelapa sawit untuk menjadi sentra produksi domba dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti lahan yang luas dan bahan pakan yang melimpah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tujuan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Untuk mempelajari pengaruh perlakuan biologis dan kimiawi terhadap kualitas daun kelapa sawit sebagai ransum domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan biologis dan kimiawi daun kelapa sawit sebagai komponen ransum domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Untuk mengetahui manfaat campuran pemberian konsentrat sebagai komponen ransum domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kegunaan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Untuk mendapatkan teknologi pemanfaatan limbah padat perkebunan kelapa sawit sebagai ransum domba dalam rangka pengembangan usaha domba berwawasan agrobisnis berbasis perkebunan kelapa sawit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hipotesis </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Proses pembuatan silase dan amoniasi meningkatkan kualitas daun kelapa sawit sebagai ransum domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Perlakuan biologis dan kimiawi dapat memberikan manfaat dan disenangi sebagai komponen ransum domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Pemberian konsentrat meningkatkan pemanfaatan daun kelapa sawit yang diproses secara biologis, kimiawi ataupun segar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">TINJAUAN PUSTAKA </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kelapa Sawit </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:country-region st="on"><st1:place st="on"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Indonesia</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> merupakan negara produsen kelapa sawit sejak tahun 1911, dengan areal seluas 170 ribu ha. Pada Pelita IV perluasannya sudah mencapai 556.549 ha (Tim Penulis PS 1998). Diperkirakan bahwa produksi berkisar antara 12,5 – 27,5 ton tandan buah segar per ha per tahun (Coan, 1965). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari seluruh produksi tandan buah sawit ini hanya sekitar 22,1% berupa hasil utama (minyak sawit 20%, dan minyak inti sawit 2,1%). Sekitar 2,2% berupa hasil ikutan (bungkil inti sawit) dan selebihnya yaitu 75,7% berupa limbah, antara lain tandan buah kosong (fresh Empty bunch), serat perasan buah (Palm Press fiber) dan lumpur minyak sawit (Palm Oil Suldge). Aritonang (1984) melaporkan bahwa semua bahan ini dapat digunakan sebagai komponen ransum ternak. Selain tandan buah kosong, daun kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan domba. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section3"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>2</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Potensi dan Nilai Gizi Daun Kelapa Sawit. </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Daun kelapa sawit merupakan limbah padat perkebunan kelapa sawit yang cukup banyak terutama di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> khususnya Sumatara Utara dan Riau. Dari satu hektar lahan diperkirakan dapat dihasilkan 6400 – 7500 pelepah per tahun. Daun kelapa sawit mengandung serat, N, bahan organik dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pemeliharaan domba. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Beberapa parameter teknis yang disajikan pada Tabel 1 (Devendra, 1990) menunjukkan potensi kuantitatif daun kelapa sawit sebagai pakan ternak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 1. Data Pemangkasan dan Pengumpulan pada Daun Kelapa Sawit. <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kegiatan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 85pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Siklus pemangkasan (hari) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah daun tiap pemangkasan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Berat dari satu pelepah (kg) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0in; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Satu pelepah : 1/3 leaflet (kg) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2/3 petiole (kg) </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hasil dari 1 ha pada perkebunan kelapa sawit (pohon/acre) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 85pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">14 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">10 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3.33 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">6.67 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">148/55-60 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-family: Verdana;">Lanjutan Tabel 1. Data Pemangkasan dan Pengumpulan Daun Kelapa Sawit. <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kegiatan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 141.45pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 141.45pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 2pt 0in 0.0001pt; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">(kg Jumlah dari pemangkasan pelepah daun kelapa sawit siklus 14 hari/ha (kg) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 2pt 0in 0.0001pt; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah pemangkasan pelepah daun Kelapa sawit /bulan/hektar). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 2pt 0in 0.0001pt; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kandungan bahan kering pada pelepah daun kelapa sawit segar (%). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 2pt 0in 0.0001pt; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Wingdings; color: black;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jumlah pemangkasan pelepah daun kelapa sawit /bulan/ha pada bahan kering. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 141.45pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4,440 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">8,880 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">35 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 2pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3,108 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Sumber : Hassan dan Ishida, 1991 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Kandungan zat-zat gizi makanan dari daun kelapa sawit yang dirangkum dari beberapa sumber disajikan pada Tabel 2. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tabel 2. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Sumber </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="14" style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Komposisi Bahan Kering (%) </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="2" style="border-style: none none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">CP </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">CF </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NDF </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ADF </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">EE </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ash </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NCFE </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">ME(MJ/kg) </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 24.3pt;"> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ishida dan Abu Hassan (1992) <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4.2 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">69.5 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">50.9 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2.0 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4.7 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">22.3 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 24.3pt;"> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Abu Hassan dan Ishida (1991) <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4.7 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">38.5 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">78.7 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">55.6 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2.1 <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3.2 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">- <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">5.65 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <!--[if !supportMisalignedColumns]--> <tr height="0"> <td style="border: medium none ;" width="213"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="0"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="35"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="19"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="25"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="22"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="22"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="25"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="19"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="16"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="21"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="35"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="0"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="70"><br /></td> <td style="border: medium none ;" width="152"><br /></td> </tr> <!--[endif]--> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tetapi bila hanya kandungan zat gizi makanan hanya pada daunnya akan terlihat nyata sekali perbedaannya antara lain : CP (14.8%), CF (3.2%), NCFE <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section4"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>3</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">(6.5%), selulosa (16.6%), hemiselulosa (27.6%), lignin (27,6%), silika (3.8%) (jafat dan Hassan, 1990). Dari data di atas menunjukkan adanya variasi kandungan zat gizi yang cukup besar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dilihat dari kandungan protein kasar, maka daun kelapa sawit dapat diharapkan sebanding dengan hijauan. Jafar dan Hassan (1990) menyatakan bahwa kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa mempengaruhi kecernaan makanan dan telah diketahui bahwa antara kandungan liginin dan kecernaan bahan kering berhubungan sangat erat terutama pada rumput-rumputan. Lignin dan selulosa sering membentuk senyawa lignoselulosa dalam dinding sel tanaman, lignoselulosa ini merupakan suatu ikatan yang kuat (Sutardi, 1980). Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya (Djajanegara, 1986). Menurut Lubis (1963) kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Kadar serat yang tinggi akan menurunkan nilai TDN (Total Digestible Nustrients) dari bahan makanan (Stevenson, 1959). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Daun Kelapa Sawit Sebagai Bahan Makanan Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk susunan daun mejemuk. Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelapah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 – 9 m. jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat membuka sehingga makin efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat berlangsung fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesa berlangsung, maka semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi tanaman kelapa sawit meningkat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal, pelepah daunnya berjumlah 40 – 60 buah. Daun tua mulai terbentuk sekitar umur 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang tumbuh sehat dan segar kelihatanberwarna hijau tua (Tim Penulis PS, 1998). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penggunan daun kelapa sawit dalam pakan telah dicobakan pada sapi padaging dan sapi perah. Pada sapi pedaging dan sapi perah, daun kelapa sawit dapat diberikan 30-40% dari makanan (Ishida dan Hassan, 1992). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Daun kelapa sawit dapat dikumpulkan, diproses, diawetkan dan dimanipulasi kedalam makanan dalam bentuk yang dapat diterima oleh ternak ruminansia. Hasil penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa daun kelapa sawit dapat diproses kedalam bentuk pelet dan diawetkan kedalam bentuk silase (Jafar dan Hassan, 1990). Kombinasi silase daun kelapa sawit dengan konsentrat kedalam makanan yang komplit pada sapi menghasilkan konsumsi dan pertumbuhan yang baik. Penambahan urea 0 – 3% pada pembuatan silase dapat diberikan pada ternak sebagai pakan tambahan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa daun sawit tersusun dari 70% serat kasar dan 22% karbohidrat (berdasarkan bahan kering). Karakteristik ini juga menunjukkan bahwa daun sawit dapat diawetkan sebagai silase dan telah diperkirakan bahwa kecernaan bahan kering dapat meningkat 45% dengan pembuatan silase daun kelapa sawit (Hassan dan Ishida, 1991). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hasil penelitian Ishida dan Hassan (1992) pada sapi menunjukkan bahwa penggunaan daun kelapa sawit untuk pengemukan memberikan beberapa keuntungan antara lain : (1) penambahan konsentrat pada daun kelapa sawit disimpan untuk memproduksi karkas; (2) lemak pada karkas dapat diturunkan; (3) produksi daging yang tidak berlemak tidak akan menjadi berkurang dengan pemberian silase 30% dari bahan kering. Pada sapi perah pemberian daun kelapa <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section5"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>4</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sawit sampai 30% tidak mempengaruhi rasa pada susu dan dapat dipergunakna untuk produksi susu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pemanfaatan Hasil Olahan Tandan Buah Segar </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bungkil Inti Sawit. </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini mempunyai gizi yang baik, mengandung asam-asam amino esensial dengan komposis yang baik. Kandungan mineral relatif lebih tinggi, kecuali seng (lebih rendah dibandingkan dengan jagung) Fetuga et al., 1977). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Zat makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervarias, protein kasar berkisar antara 18 – 19%. Kandungan serat kasarnya cukup tinggi untuk ternak menogastrik namun sangat baik sebagai pakan tambahan pada ternak ruminansia seperti sapi perah dan kerbau. Pemberian bungkil inti sawit pada ternak akan meningkatkan kandungan lemak susu, kekentalan keju, dan mutu daging. Pemberian bungkil inti sawit pada sapi dapat meningkatkan bobot badan antara 0,6 – 1 kg/hari dengan tingkat konsumsi antara 4,8 – 6kg (Babjee, 1986). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Serat Perasaan Buah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Serat perasan buah (SPB) merupakan limbah yang diperoleh dari buah dalam proses pemerasan. Limbah ini dapat digunakan sebagi bahan bakar dan abunya digunakan sebagai pupuk karena kaya unsur K. sebagai bahan campuran makanan ternak, SPB ini cenderung cocok diberikan kepada ternak ruminansia (seperti sapi, kerbau), karena kandungan serat kasarnya, terutama ligninnya tinggi. Tingkat penggunaan serat dalam pekan sapi dan kerbau adalah 10 – 20%, sedangkan untuk domba dan kambing 10 – 15% (jalaludin dan Hutagalung, 1982). Untuk sapi perah, SPB dapat diberikan sebagai pengganti rumput disertai dengan pemberian molases, urea, mineral, dan vitamin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Hassan dan Ishida (1991) SPB dapat digunakan sebagai makanan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah. Serat perasan buah yang dapat diberikan lebih kurang 20% dari total ransum, karena jika lebih tinggi akan menghalangi kecernaan khususnya pada pylorus atau omasum. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Lumpur Minyak Sawit. </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sebagai bahan pakan ternak, lumpur minyak sawit dapat diberikan langsung atau setelah mendapat perlakuan. Lumpur minyak sawit tanpa perlakuan dapat diberikan kepada berapa ternak, seperti pada sapi dan babi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Devendra (1978) melaporkan bahwa domba yang diberi lumpur sawit pada tingkat level 10 sampai 60% menurunkan koefisien cerna bahan kering, bahan organik, protein, serat kasar, lemak, abu, beta-n, energi dan retensi nitrogen menurun secara nyata, namun tidak pada abu. Dilaporkan pula bahwa campuran serat perasan buah dengan lumpur sawit dengan perbandingan 50/50 dan diberikan antara 10 sampai 60% pada domba, menunjukkan bahwa pada taraf 40% daya cerna bahan kering, bahan organik, protein, serat kasar, energi dan retensi nitrogen meningkat. Pemberian diatas 40% mengakibatkan penurunan daya cerna yang tajam, kecuali abu dan energi. Lumpur minyak sawit tanpa perlakuan dapat diberikan pada ransum sampai tingkat 50% dari total konsentrat (Gohl, 1981). <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section6"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>5</p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ternak Domba </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Domba termasuk sub familia Coprinae dan semua domba yang telah diternakkan mengalami domestikasi masuk genus <i>Ovis aries. </i>Di Asia Tenggara domba yang berkembang biak adalah domba berambut dan domba bulu (wool). Di Indonesia hanya domba ekor gemuk yang termasuk kedalam jenis domba berambut, sedangkan jenis lain seperti domba Jawa, domba Sumatera dan domba priangan adalah domba berbulu (Reksohadiprodjo, 1984). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Wodzicka –Tomaszewska, <i>et al.</i>(1993) domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaan seperti : (1) cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor, dan dapat beranak dua kali setahun; (2) berjalan dengan jarak lebih dekat, sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan; (3) pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa kurang tajam, sehingga leibh mudah dalam pemberian pakan; (4) dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli keperluan/kebutuhan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak (tabungan). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Domba adalah ternak ruminansia yang mempunyai perut majemuk dan secara fisiologis sangat berbeda dengan ternak berperut tunggal seperti babi dan unggas. Ternak ini memamah kembali dan mengunyah pakannya (ruminasi) serta telah beradaptasi secara fisiologis untuk mengkonsumsi pakan yang berserat kasar tinggi (rumput dan hijauan tanaman makanan ternak) yang tidak bisa dimanfatkan langsung oleh manusia ternak non – ruminansia. Pakan yang bersifat tinggi yang diberikan pada kambing dan domba setelah melalui proses pencernaan dan metabolisme diubah menjadi daging dan susu (Wodzicka –Tomaszewska, <i>et al., </i>1993). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Secara fisiologi ternak domba, membutuhkan serat kasar dalam ransumnya. Bahan pakan ini terutama berasal dari hijauan, seperti rumput segar, rumput kering, silase atau jerami dan campuran biji-bijian yang mengandung penambahan mineral dan vitamin. Domba yang sedang bertumbuh atau laktasi membutuhkannya dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan domba yang tidak produktif. Ranting, cabang dari pohon-pohon dan semak-semak yang digunakan sebagai penambahan termasuk kedalam makanan domba yang dapat digunakan selain rumput segar dan kering. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kebutuhan gizi menurut NRC (1985) untuk pertumbuhan dan kebuntingan berkisar antara 35 : 36 – 15 : 85 (konsentrat : hijauan) dan 10.2 – 12.8% (protein kasar). Menurut Reksohadiprodjo (1984) kebutuhan energi untuk hidup pokok berkisar antara 93-98 Kkal ME/W kg<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">0.75</span></sup>, atau 18.59 prdd/Mcal ME. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Domba Sumatera pada umumnya sangat produktif dan dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal Sumatera dapat beranak 1.82 lai dalam setahun dan dapat memproduksi anak sapihan 2.2 ekor pertahun dengan bobot sapih 21 kg per 22 kg bobot induk. Akan tetapi pada umumny domba Sumatera ini relatif kecil dan tidak memenuhi persyaratan bobot badan ekspor yakni diatas 35 kg. Dari proses persilangan dengan domba <st1:place st="on">St. croix</st1:place> (yang berasal dari Amerika Tengah) diharapkan terbentuk bangsa domba bertipe bulu yang memenuhi prsyaratan eksport dan dapat beradaptasi terhadap lingkungan (Subandriyo, 1995). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada Tabel 3 dibawah terlihat bawah bobot lahir maupun bobt sapiah anak domba hasil persilangan lebih tinggi dari anak domba lokal Sumatera, meskipun sedikit dibawah rataan anak domba murni <st1:place st="on">St. Croix</st1:place>. Keunggulan dari penampilan anak hasil persilangan tampak bahwa anak mortalitas pra sapih dan jarak beranak relatif lebih rendah dari anak domba murni baik lokal Sumatera maupun <st1:place st="on">St. Croix</st1:place>. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section7"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>6</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 3. Produktivitas Domba Murni dan Hasil Persilangannya <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 24.25pt;"> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Uraian </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Lokal Sumatera </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in;"><st1:place st="on"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">St. Croix</span></b></st1:place><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hasil Silang </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bobot induk <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">16,8 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">17,6 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">27,2 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bobot pejantan <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">34,6 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">42,6 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Td <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Litter size <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1,08 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1,35 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1,29 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Rataan bobot lahir (kg) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1,50 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2,74 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2,02 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bobot sapiah (kg) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">9,2 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">12,8 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">11,7 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">PBB (gr/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">42,7 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">95,2 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">69,6 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Sumber : Doloksaribu </span><i><span style="font-family: Verdana;">et al., </span></i><span style="font-family: Verdana;">(1995). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-family: Verdana;">Komponen Serat dalam Pakan </span></b><span style="font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel dan 80% dinding sel. Dinding sel terutama tersusun dari dua jenis serat yaitu yang laurt dalam detergen asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen asam yakni ligno-selulosa, yang lazim disebut Acid Detergen fiber (ADF). Menurut Sutardi (1980) isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna yaiut protein, karbohidrat, mineral dan lemak, sedangkan dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel, lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika, dimana kandungan serat kasar dipengaruhi spesies, umur dan bagian tanaman. Kematangan fisik hijauan mempengaruhi kandungan lignin (Jung, 1989); proses lignifikasi leibh banyak menghambat kecernaan dinding sel rumput daripada legum. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Lignin merupakan suatu zat kompleks dari bagian tanaman seperti kulit gabah, bagian akar yang bersifat, batang, dan daun yang sulit dicerna (Anggorodi, 1990). Konsentrasi inti lignin lebih besar pada jaringan batang dari pada jaringan daun (Jung, 1989). Ikatan lignin merupakan penghambat kecernaan dinding sel tanaman. Semakin banyak lignin terdapat dalam dinding sel koefisien cerna hijauan tersebut semakin rendah. Lignin sebagai komponen kimia dinding sel hijauan seirng dihubungkan dengan pengurangan kecernaan serat kasar (Jung, 1989). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Kandungan ADF dan lignin pada hijauan erat hubungannya denganmanfaat bahan makanan ternak. Bila kadarnya tinggi terutama lignin, maka koefisien cerna bahan makanan tersebut rendah (Sutardi, 1980). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Selulosa pada dinding sel yang tidak berlignin akan dapat dicerna dengan lebih mudah didalam rumen. Menurut Sutardi (1980) kristal selulosa merupakan bagian yang penting dari kerangka dinding sel tanaman. Selulosa dalam tanaman sering terdapat sebagai senyawa bersama lignin, membentuk ligno-selulosa yang merupakan kristal yang kompak. Selanjutnya Van Soest dan Jones (1968) membuktikan bahwa silika dapat menurunkan kecernaan hijauan, sehingga semakin tingginya kandungan silika pada hijauan, koefisien cernanya cenderung menurun. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section8"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>7</p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pengolahan Bahan Lignoselulosik Untuk Pakan Ternak </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada umumnya limbah pertanian mempunyai sifat sebagai berikut : 1). Nilai nutrisi rendah terutama protein dan kecernaannya; 2). Bersifat Bulky sehingga biaya angkutan menjadi mahal karena membutuhkan tempat yang lebih banyak untuk satuan bert tertentu; 3). Kelembabannya tinggi dan menyulitkan penyimpanan; 4). Sering terdapat komponen yang kurang disukai ternak dan mengandung racun; 5). Selain itu merupakan polusi yang potensial dan penampilannya kurang menyenangkan (Devendra, 1980). Adapun keterbatasan-keterbatasan lain adalah : 1). Dinding selnya terselimuti oleh kompleks/kristal-kristal silika (Van Soest, 1982) dan 2). Proses lignifikasi yang telah lanjut dan struktur selulosanya sudah terbentuk kristal, tidak lagi terbentuk amorf (<st1:city st="on"><st1:place st="on">Jackson</st1:place></st1:City>, 1977). Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan suatu pengolahan yang sesuai sehingga bahan pakan ligniselulosik memiliki kualitas yang cukup sebagai pakan ternak ruminansia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:city st="on"><st1:place st="on"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ada</span></st1:place></st1:City><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan potensial serat kasar (Preston dan Leng, 1987). Peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah, dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966). Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, peleting, penghancuran danlain-lain. Perlakuan biologis dengan menggunakna jamur (fungi). Proses kimiawi pencernaan limbah-limbah pertanian dapat ditingkatkan dengan penambahan alkali dan asam (Pigden dan Bender, 1978). <st1:city st="on"><st1:place st="on">Walker</st1:place></st1:City> dan Kohler (1978) menyatakan bahwa perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>, dan urea. Perlakuan asam antara lain HC<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">1</span></sub>, dan H<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>SO<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4</span></sub>. dalam kesempatan ini yang akan dibahas hanya pengolahan biologi dan kimiawi saja, yaitu silase dan amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Silase merupakan makanan ternak yang sengaja disimpan dan diawetkan dengan proses fermentasi dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang masih bermutu tinggi serta tahan lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Prinsip pengawetan ini didasarkan atas adanya proses peragian didalam tempat penyimpanan (silo). Sel-sel tanaman untuk sementara waktu akan terus hidup dan mempergunakan O<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2 </span></sub>yang ada didalam silo. Bila O<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2 </span></sub>telah habis terpakai, terjadi keadaan enaerob didalam tempat penyimpanan yang tidak memungkinkan bagi tumbuhnya jamur/cendawan. Bakteri pembentuk asam akan berkembang dengan pesat dan akan merubah gula dalam hijauan menjadi asam-asam organik seperti asam asetat, asam susu dan juga alkohol. Dengan meningkatnya derajat keasaman, kegiatan bakteri-bakteri lainnya seperti bakteri pembusuk akan terhambat. Pada derajat keasaman tertentu (pH = 3,5) bakteri asam laktat tidak pula dapat bereaksi lagi dan proses pembuatan silase telah selesai (Ahlgren, 1956). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dalam pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. <u>Pertama </u>: hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkolgandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas dan jerami padi. <u>Kedua </u>: penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. <u>Ketiga </u>: kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap kebakaran (Pioner Development foundation, 1991). <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section9"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>8</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Keberhasilan pembuatan silase tergantung pada tiga faktor utama yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:City> tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Sifat-sifat fisik dan kimiawi bahan hijauan yang digunakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Keadaan lingkungan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Untuk mengetahui baik atau tidaknya silase diperlukan kriteria tertentu. Kriteria silase yang baik dapat dilihat pada Tabel 4. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 4. Kriteria Penilaian Silase <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 5.45pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kriteria </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Baik Sekali </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Baik </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Sedang </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: black -moz-use-text-color; border-width: 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Buruk </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 24.2pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.2pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jamur <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.2pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Tidak ada <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.2pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Sedikit <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.2pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Lebih banyank <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 24.2pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Banyak <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bau <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Asam <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Asam <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kurang asam <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Busuk <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">PH <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">3,2 – 4,5 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4,2 – 4,5 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4,5 – 4,8 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">> 4,8 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.85pt;"> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.85pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kadar N-NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3</span></sub><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.85pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.85pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">10 – 15% <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.85pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color black; border-width: medium medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.85pt;"> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">> 20% <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Sumber : Deptan (1980) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Pembuatan silase selain dapat meningkatkan zat gizi hijauan pakan, juga dapat disimpan lebih lama sehingga membantu penyediaan hijaun pakan ternak sepanjang tahun. Penggunaan berbagai aditif sebagai sumber energi mempercepat proses pemecahan komponen serat misalnya dengan campuran enzim pemecah selulosa dan hemiselulosa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana;">Amoniasi </span></b><span style="font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:city st="on"><st1:place st="on"><span style="font-family: Verdana;">Ada</span></st1:place></st1:City><span style="font-family: Verdana;"> tiga sumber amoniak yang dapat dipergunakan dalam proses amoniasi yaitu : NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>dalam bentuk gas cair, NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4</span></sub>OH dalam bentuk larutan, dan urea dalam bentuk padat. Penggunaan NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>gas yang dicairkan biasanya relatif mahal. Selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum (Minimum 10 bar). Demikian pula halnya dengan larutan amoniak NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4</span></sub>OH selain harganya relatif mahal juga sukar diperoleh, sehingga pemakaian NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4</span></sub>OH terbatas di laboratorium. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Dibanding cara pengolahan kimia yang lain (NaOH), amoniasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : 1). Sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya; 2). Lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan NaOH; 3). Cukup efektif untuk menghilangkan aflaktosin khususnya pda jerami; 4). Meningkatkan kandungan protein kasar; 5). Tidak menimbulkan polusi dalam tanah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Satu-satunya sumber NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>yang murah dan mudah diperoleh adalah urea. Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah dalam bentuk : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(Siregar, 1995) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Urea dengan rumus molekul CO (NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>)<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2 </span></sub>banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b>NH<sub><span style="position: relative; top: 5pt;">2 </span></sub></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><b>NH<sub><span style="position: relative; top: 5pt;">2</span></sub></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><b>O </b></p> <p class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><b>C </b></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <div class="Section10"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>9</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45% atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1945). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik terhadap pakan. Proses amoniasi leibh lanjut juga akan memberikan keuntungan yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>dan CO<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>. Dengan molekul air NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>akan mengalami hidrolisis menjadi NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">4</span></sub><sup><span style="position: relative; top: -3pt;">+ </span></sup>dan OH. NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>mempunyai pKa = 9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH = 7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">+</span></sup>. Dengan demikian amoniasi akan serupa dengan perlakuan alkali. Gugus OH dapat merenggut putus ikatan hidrogen antara Oksigen Karbon nomor 2 melekul glukosa satu dengan Oksigen Karbon nomor 6 molekul glukosa lain yang terdapat pada ikatan selulosa, lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Telah diketahui bahwa dua ikatan terakhir ini bersifat labil alkali, yaitu dapat diputus dengan perlakuan alkali. Dengan demikian pakan akan memuai dengan lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Pemuaian pakan selanjutnya akan melarutkan deposit lignin yang terdapat pada dinding dan ruang antar sel. Berarti amoniasi juga menurunkan kadar zat makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak, yang berakibat meningkatkan kecernaan pakan leibh jauh. Dari hasil percobaan Chuzaemi (1987) dengan level urea yang lebih tinggi yaitu 6 dan 8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik juga energinya. Energi tercerna (De) meningkat dari 6,07 MJ menjadi 8,32 dan 9,54 MJ. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soejono <i>et al., </i>(1986), perlakuan alkali pada bagas dengan menggunakan urea (CO [NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>]<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">2</span></sub>) sebanyak 6% BK, dapat secara nyata meningkatkan kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) bagas, yaitu dari 22,29% menjadi 29,58%, atau terjadi peningkatan kecernaan sebesar 32,7%. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penggunaan Urea dan Tepung Gaplek Pada Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Salah satu sumber nitrogen bukan protein yang mudah larut menjadi amonia adalah urea. Telah banyak penelitimemakai urea sebagai campuran ransum ruminansia, karena harganya murah, kandungan protein kasarnya tinggi dan senyawanya sederhana serta dapat dimanfaatkan oleh mikorobia rumen sebagai sumber protein (Ensminger dan Olentine, 1968). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penggunaan urea dalam ransum akan menjadi efisien apabila amonia yang terbentuk masih seimbang dengan kesanggupan mikrobia rumen dalam menggunakan amonia. Penggunaan urea akan menunjukkan haisl yang maksimum bila ditambahkan pada ransum yang berprotein rendah (Maynard dan Loosli, 1979). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Urea murni menggadung protein kasar sebanyak 291% (46,6 x 6,25). Urea murni sukar disimpan karena mudah mencair. Agar urea dapat disimpan lama maka dicampur dengan zat lain sehingga kadar nitrogennya turun menjadi 42%. Kadar nitrogen urea makanan berkisar 42 – 45% setara dengan protein kasar 262 – 281% (Belasco, 1956). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Banerjee (1978), urea sendiri tidak dapat menggantikan protein, urea dapat mensuplai nitrogen amino tetapi bagian lain dari molekul protein harus memperoleh dari sumber lain. Kerangka karbon (Sutardi, 1977) dan hidrogen (Banerjee, 1978) dari molekul protein dapat diperolhe dari karbohidrat yang mudah difermentasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tingkat penggunaan urea yang dianjurkan oleh Mc Donald <i>et al., </i>(1972), dan Chalupa (1975) adalah 1% dari bahan kering ransum dan tidak melebihi 3% dari campuran konsentrat atau tidak lebih dari 1/3 dari kebutuhan protein. Bundy dan Diggins (1958) menganjurkan pemberian urea yang optimal adalah 4% dari campuran makanan konsentrat atau 1% dari bahan kering ransum. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section11"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>10</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penggunaan urea dengan kadar tinggi dalam ransum memerlukan beberapa persyaratan, agar diperoleh manfaat yang optimal. Menurut neumann dan Snapp (1969) persyaratan tersebut adalah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Ketersediaan energi yang cukup. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Kandungan Ca dan P ransum yang cukup. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Adanya unsur mikro yang cukup. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">4. Tersedianya vitamin A yang tinggi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">5. Tersedianya sulfur yang menjadi faktor pembatas untuk mensintesa asam amino methionin dan sistin oleh mikroba rumen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">6. Tersedianya garam untuk meningkatkan palatabilitas. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">7. Campuran urea dalam ransum secara homogen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Batasan penggunaan ini dimaksud untuk mencegah terjadinya keracunan pada ternak ruminansia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Urea mengandung energi yang sangat rendah, sehingga pemberiannya pada ruminansia harus disertai dengan pemberian bahan bahan makanan yang kaya akan energi yang dikenal dengan RAC. Salah satu bahan RAC yang banyak tersedia di Indonesia adalah tepung gaplek. Tepung gaplek merupakan produk dari ketela pohon (<i>Manihot esculenta</i>) dan telah dicobakan penggunaannya pada sapi perah 9Basya dan Nuraini, 1976). Peneliti tersebut mendapatkan bahwa penggunaan tepung gaplek dalam ransum sapi perahlaktasi pada tingkat 40% belum menurunkan daya konsumsi ransum dan tidak memberikan pengaruh terhadap kuantitas produksi susu. Pada sapi dara, Basya dan Nuraini (1977) menyimpulkan bahwa penggunaan tepung gaplek sampai dengan 32% dalam ransum sebagai pengganti jagung tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, maupun terhadap efisiensi penggunaan makanan. Dengan demikian, tepung gaplek dapat digunakan sebagai bahan makanan sapi perah sebagai sumber energi dalam hubungannya dengan pemberian urea. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Untuk memperoleh hasil silase dengan kualitas yang baik, maka perlu diupayakan agar asam terbentuk dalam waktu yang singkat. Salah satu cara adalah dengan merangsang pertumbuhan bakteri pembentuk asam sebanyak-banyaknya dengan menambahkan bahan-bahan yang kaya dan karbohidrat sebagai sumber energi bagi bakteri. Ketersediaan bahan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti tepung gaplek akan merangsang berlangsungnya proses fermentasi, dan pada akhirnya bakteri asam laktat dapat berkembang dengan cepat. Tepung gaplek mengandung protein, serat kasar dan lemak yang rendah, tetapi kandungan beta-N cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tepung gaplek dapat digunakan sebagai sumber energi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dengan adanya penambahan tepung gaplek dan urea menurut Susetyo <i>et al., </i>(1969) bahan yang kaya akna karbohidrat dapat mempercepat penurunan pH silase karena kerbohidrat merupakan energi bagi. Bakteri pembentuk asam laktat, sedangkan dengan penambahan urea diharapkan dapat menaikkan nitrogen dalam silase yang dihasilkan (Cullison, 1978). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hampir semua hijauan dapat dibuat silase tidak terkecuali limbah kelapa sawit. Seluruh pelepah daun (petiole dan leaflets) dipotong sepanjang 2 cm telah digunakan sebagai makanan sapi selain hijauan atau diawetkan sebagai silase (Hassan dan Ishida, 1991; Ishida dan Hassan, 1992). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Fermentasi dengan penambahan urea meningkatkan pH dan kandungan asam asetat. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnya produksi asam asetat dari hemiselulosa melalui hidrolisis amonium hydroxida pada komponen serat. Disamping itu, perlakuan dengan urea mempengaruhi kecernaan bahan organik. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section12"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>11</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Walaupun silase mempunyai bau amonia yang tajam/keras tetapi masih dapat diterima oleh sapi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penambahan urea pada pengawetan daun kelapa sawit dapat mencegah tumbuhnya jamur dan memperkaya bahan-bahan yang diawetkan dalam bentuk NPN. Dari hasil analisis laboratorium daun kelapa sawit tersusun dari 70% serat dan 22% karbohidrat terlarut berdasarkan bahan kering. Ini menunjukkan bahwa daun kelapa sawit dapat diawetkan sebagai silase melalui peningkatan pH dan kandungan asam organik pada silase (Ishida dan Hassan, 1992). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari hasil penelitian Ishida dan Hassan (1992) perlakuan o, 3,0 dan 6,0% urea tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada pH. Perlakuan 6,0% urea pada silase menghasilkan asam organik tertinggi. Kandungan asam laktat yang tertinggi terdapat pada silse yang mengandung 3,0% urea. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perlakuan 0% dan 3,0% urea sangat digunakan sebagai pengawet pada pembuatan silase. Tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumsi dan kecernaan bahan kering antara 9% dan 3% urea, dan protein kasar meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah urea. Hal ini jelas menunjukkan bahwa penambahan urea pada silase daun kelapa sawit tidak boleh melebihi 3% karena pengggunaan 6% urea dapat menyebabkan penurunan pada konsumsi dan kecernaan bahan kering. Keuntungan lain dari penggunaan urea pada silse adalah bahwa penambahan urea 1 – 2% (pada bahan kering) pada proses silase telah ditemukan sangat efektif mencegah kerusakan aerob pada silse setelah membuka silo melalui pertukaran udara setelah pembongkaran. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Konsumsi Pakan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tingkat konsumsi makanan adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan adlibitum. Sumber pakan utama untuk ternak ruminansia kecil di Indonesia adalah hijauan pakan ternak dan limbah pertanian. Hijauan pakan umumnya adalah rumput alam yang timbul di lahan pekarangan rumah, lahan pertanian, tanah terlantar, pinggir jalan, sumber-sumber lahan lain dari pabrik. Limbah pertanian terutama sisa hasil panen, sisa hasil pengolahan pertanian, atau yang dapat mengganggu hasil panen. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah zat-zat makanan yang tersedia bagi ternak. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi tingkat produksi. Akan tetapi pengatur konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat kompleks, karena banyak faktor yang terlibat seperti ; Sifat pakan, faktor ternak dan faktor lingkungan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Konsumsi hijauan pakan dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan secara “ad libitum”. Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya tingkat pemberian pakan disebabkan oleh semakin besarnya peluang untuk memilik (seleksi terhadap pakan yang diberikan. Bagian daun tanaman hijauan tropis dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan bagian batang. Ternak kambing dan domba yang diberi hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang umumnya lebih tinggi kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun dibandingkan batang mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari tanaman tersebut. Daun yang berbulu mungkin tidak akan dikonsumsi yang berarti bahwa pemilihan terjadi bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi perbedaan tekstur yang mempengaruhi palatabilitas (Woozicka-Tomaszewska, <i>et al., </i>(1993). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi produktivitas ternak. Konsumsi makana dipengaruhi terutama oleh faktor kualits makanan dan oleh faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi makanan seekor ternak. Akan tetapi konsumsi makanan ternak berkualitas baik ditentukan oelh status fisiologi seekor ternak. Konsumsi <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section13"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>12</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">bahan kering makanan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5 – 3,5%, tetapi pada umumnya 2 – 3% dari berat badannya (Bamualim, 1988). Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh seekor hewan selama sehari perlu diketahui. Dengan mengetahi jumlah bahan kering yang dimakan dapat dipenuhi kebutuhan seekor hewan akan zat amakan yang perlu untuk pertumbuhannya, hidup pokok maupun produksinya. Bahan kering merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas makanan yang diperlukan untuk menentukan mutu suatu pakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kemampuan ternak mengkonsumsi bahan makanan merupakan hal yang perlu diperhatikan karena erat hubungannya dengan tingkat produksi ternak yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk (15%) (Parakkasi, 1985). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Peningkatan konsumsi sejalan dengan besarnya ternak. Bentuk ransum yang ringkas dan tidak berdebu sangat disukai ternak, sedngkan kandungan serat kasar yang tinggi akan menurunkan tingkat konsumsi ini. Demikian pula makanan yang voluminous dan kecernaannya rendah akan menurunkan konsumsi (Parakkasi, 1983). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Konsumsi bahan kering pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, macam ransum, umur dan kondisi ternak. Konsumsi bahan kering pakan kasar (roughage) berkualitas tinggi pada dewasa adalah sebesar 1,4% dari bobot hidupnya. Sedangkan pada sapi jantan muda sebesar 3%. Konsumsi bahan kering ransum biasanya makin menurun dengan meningkatnya kandungan zat-zat pakan yang dapat dicerna (NRC, 1976). Menurut Tillman <i>et al., </i>(1989) kebutuhan bahan kering pakan yang disarankan untuk sapi pedaging adalah antara 2,5 – 3% bobot badan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Protein mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan produksi dan reproduksi (Anggorodi, 1990) menurut Sutardi (1980) protein dalam tubuh berperan sebagai : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Bahan pembangunan tubuh dan pengganti jaringan tubuh yang aus. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Bahan baku pembuat hormon, enzim dan alat penangkal. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Mengatur lalu lintas zat-zat yang larut ke dalam cairan tubuh ke dalam atau keluar sel. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">4. Sumber energi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada penggemukan yang bertujuan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dan efisien, serta menghasilkan karkas yang berkualitas tinggi maka diperlukan pakan yang mengandung energi tinggi, karena produksi ternak akan meningkat apabila kandungan energi pakan ditingkatkan (Tillman <i>et al., </i>(1989). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Koefisien Cerna dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan (digestibility) adalah bagian zat makanan yang tidak diekskresikan dalam fases, Anggorodi (1990) menyatakan pada dasarnya tingkat kecernaan adlaah suatu usaha untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluran pencernaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa bagian yang dapat dicerna adalah selisih antara zat-zat makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang dibuang bersama feses. Menurut Lubis (1963) salah satu faktor yang harus dipenuhi dlaam bahan makanan adalah tingginya daya cerna bahan makanan tersebut, dalam arti bahwa makanan itu harus mengandung zat makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan. Zat makanan yang terkandung didalam bahan makanan tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar akan dikeluarkan lagi melalui feses karena tidak tercerna dalam saluran pencernaan (Ranjhan dan Pathak, 1979). Anggorodi (1990) menyatakan bahwa pengukuran daya cerna adalah suatu usaha untuk meningkatkan jumlah zat makanan dari bahan makanan yang diserap di <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section14"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>13</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">dalam saluran pencernaan. Menurut morisson 91959) selisih antar zat makanan yang dikandung dalam bahan makanan dengan zat makanan yang akan ada dalam feses merupakan bagian yang dicerna. Crampton dan Harris, (1969) menyatakan bahwa bagian yang dapat dicerna dapat diartikan sebagai bagian dari bahan makanan yang tidak dijumpai dalam feses dan bila bagian ini dinyatakan sebagai persentase terhadap konsumsi maka disebut koefisien cerna. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Maynard dan Loosli, 1979) yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Komposisi Kimiawi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Pengolahan Makanan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Jumlah makanan yang diberikan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">4. Jenis hewan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Nitrogen dan Energi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Maynard dan Loosly 91979) neraca nitrogen adalah suatu cara untuk mengukur metabolisme protein didalam tubuh. Banerjee (1978) menyatakan bahwa neraca nitrogen menunjukkan apakah protein tubuh bertambah atau berkurang. Neraca nitrogen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NN = NI – NE <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">dengan pengertian : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NN = Neraca Nitrogen <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NI = Nitrogen yang dikonsumsi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NE = Nitrogen yang dikeluarkan dari dalam tubuh <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Nitrogen yang dikonsumsi adalah nitrogen yang terdapat dalam bahan makanan dan ini mudah untuk dihitung (Banerjee, (1978). Nitrogen yang dikeluarkan dari dalam tubuh menurut Banerjee (1978) terdiri atas nitrogen dalam feses dan nitrogen dalam air seni. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Komponen – komponen nigrogen yang termasuk dalam nitrogen feses adalah nitrogen makanan yang tidak tercerna dan tidak terabsorbsi, serta nitrogen endogen yang meliputi nitrogen berasal dari dalam tubuh seperti nitrogen dari sisa-sia cairan empedu dan getah pencernaan, reruntuhan sel-sel epitel usus dan mikrobia rumen yang tidak tercerna (Banerjee, 1978). Keshan dan Singh (1980) menyatakan bahwa data neraca nitrogen secara umum menunjukkan status nutrisi pakan ternak. Lloyd <i>et al., (1978) </i>menyatakan bahwa neraca nitrogen merupakan cerminan proses penyimpanan atau pengurangan protein dalam tubuh dengan demikian dapat memberikan ukuran kecernaan protein. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca nitrogen dapat bernilai positif, negatif atau nol. Bila neraca nitrogen positif berarti ternak tersebut akan meningkat bobot badannya karena terjadi penambahan pada tenunan urat dagingnya (Crampton dan Harris, 1969); Maynard dan Loosli, 1979). Beberapa kondisi yang memperlihatkan hal ini adalah pertumbhan, keadaan setelah puasa, setelah masa kelaparan atau sakit dan kebuntingan yangada hubungaan dengan pertumbuhan fetus. Neraca nitrogen negatif merupakan slah satu penyebab terjadi penurunan berat badan karena adanya penggunaan protein tubuh untuk mencukupi kebutuhan hidup ternak. Hal ini terjadi karena jumlah protein yang masuk dalam tubuh ternak lebih kecil daripada yang keluar dari tubuh (Crampton dan Harris, 1969). Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan hal ini adalah puasa, kelaparan, demam tinggi, sakit dalam waktu lama, memberi ransum yang rendah kadar proteinnya dan tidak cukup energinya. Pada keadaan-keadaan disaat pertumbuhan telah berhenti dan tidak banyak protein <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section15"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>14</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">yang disimpan baik dalam bentuk pertumbuhan, air susu atau perkembangan fetus maka jumlah nitrogen yang dikonsumsi dan yang dikeluarkan adalah sama. Dalam keadaan ini neraca nitrogen disebut seimbang. Keadaan-keadaan neraca nitrogen seimbang akan menyatakan bahwa ternak tidak bertumbuh, protein ransum cukup baik dalam jumlah dan mutunya, ransum cukup mengandung energi dan ternak tidak menderita suatu penyakit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Energi total adalah energi yang tersedia dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Selama proses pencernaan dan penyerapan energi makanan akan dipecah. Sebagian dari energi makanan akan hilang dari tubuh melalui usus besar dalam bentuk gas dan sisa-sisa makanan tidak tercerna. Disamping itu ada energi yang hilang berasal dari produk-produk dalam sistem pencernaan (Crampton dan Harris, 1069). Semua energi ini dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk energi feses. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Energi makanan yang tidak dikeluarkan bersama feses dinyatakan sebagai energi tercerna (Banerjee, 1978). Dari energi tercernakan ada yang dikeluarkan melalui air seni dan tinggallah energi termetabolismekan. Panas reaksi merupakan bagian dari energi termetabolismekan yang dikeluarkan dari tubuh, berasal dari metabolisme zat-zat makanan dan panas fermentasi zat-zat makanan (Crampton dan Harris, 1969). Sisa energi termetabolismekan yang tidak berupa panas reaksi disebut energi netto dan energi ini adalah energi bahan makanan yang sesungguhnya ditahan digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan produksi (Banerjee, 1978). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NE = EI – EM <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">dengan pengertian : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NE = Neraca energi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">EI = Energi yang dikonsumsi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">EE = Energi yang dikeluarkan dari dalam tubuh <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">EM = Energi gas hasil fermentasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">(Shirley, 1990) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca energi dikatakan positif apabila energi yang dikonsumsi melebihi energi yang dikeluarkan dari tubuh. Ini berarti ada pertambahan bobot badan. Apabila energi yang dikeluarkan dari tubuh melebihi yang dikonsumsi maka neraca energi dikatakan negatif. Dalam keadaan ini ternak kekurangan energi untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan sehingga terjadi perombakan energi tubuh. Neraca energi dikatakan seimbang apabila energi yang dikonsumsi sama dengan yang dikeluarkan dari tubuh. Dalam keadaan ini ternak dikatakan tidak bertumbuh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertambahan Bobot Badan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Maynard dan Loosli (1979) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan peningkatan dalam struktur jaringan seperti otot, tulang dan organ, serta deposit lemak jaringan adiposa. Menurut Preston dan Leng (1987), pertumbuhan jaringan banyak berhubungan dengan sintesis lemak dan protein. Bahan (substrat) yang dibutuhkan adalah asam-asam amino untuk deposit protein; asam asetat, butirat, dan asam-asam lemak rantai panjang untuk sintesis lemak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah atu indikasi pemanfaatan zat-zat makanan dari ransum yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak (Church dan Pond, 1980). <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section16"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>15</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertambahan bobot badan domba akan lebih besar bila pemberian hijauan disertai dengan pemberian konsentrat. Penambahan makanan penguat komerisal pada hijauan yang ada di pedesaan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 80,9 – 1114,3 g/ekor/hari (Obst <i>et al., </i>1980). Martawidjaja <i>et al., </i>(1986) menyebutkan bahwa penambahan konsentrat komersial menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 71 g/ekor/hari, lebih besar bila domba hanya diberi rumput gajah, yaitu 18g/ekor/hari. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman <i>et al</i>., 1989). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">MATERI DAN METODE </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">I. Pengujian Komposisi Kimiawi Daun Kelapa Sawit Segar, Silase, dan Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-indent: -24pt;"><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cara Pelaksanaan </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tempat dan Waktu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian dilakukan di kandang metabolisme dan laboratoorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan di Sei Putih Galang Sumatera Utara.. Penelitian berlangsung selama 1 bulan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan yang dipergunakan adalah : daun kelapa sawit yang telah dikering udarakan (2-3 jam), urea, tepung gaplek, dan air. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat yang dipergunakan adalah : alat pencacah, kantong plastik ukuran 5 kg dengan ketebalan ± 0,4 mm, ember, pisau, parang, dan timbangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan adalah menggunakan urea dan tepung gaplek sebagai bahan aditif untuk pembuatan silase. Untuk proses amoniasi hanya menggunakan urea. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cara Pelaksanaan </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Proses Pembuatan Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Silase daun kelapa sawit diproses dengan mencacah daun kelapa sawit sebanyak ± 20 kg menjadi potongan sepanjang 2 – 3 cm. Daun kelapa sawit yang telah dicacah kemudian ditimbang sebanyak 5 kg. Cacahan daun kelapa sawit sebanyak 1 kg (kering udara) kemudian diperciki dengan larutan yang mengandung 1% urea diaduk secara merata kemudian dicampur dengan bahan aditif berupa tepung gaplek (4% untuk setiap 1 kg daun kelapa sawit kering udara) sampai benar-benar homogen. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg, didapatkan dan ditutup rapat agar kedap udara dan disimpan selama 40 hari. Sebelum diberikan ke ternak silase diangin-anginkan selama 2 jam. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section17"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>16</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Proses Pembuatan Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Daun kelapa sawit yang telah kering dicacah menjadi potongan 2 – 3 cm sebanyak 5 kg. Cacahan diperciki secara merata dengan larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan secara perlahan-lahan didapatkan agar plastik tidak rusak. Kantong plastik diikat agar kedap udara dan disimpan. Setelah 30 hari kantong plastik dibuka, diangin-anginkan selama 2 jam, lalu diberikan ke ternk. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi : Amonia (NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3</span></sub>), bahan organik, bahan kering dan pH. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Rancangan Penelitian </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian memakai rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) perlakuan dan 6 (enam) ulangan. Daun kelapa sawit yang telah disilase, diamoniasi dan daun kelapa sawit segar sebagai perlakuan, dan jumlah kantong untuk pembuatan silase dan amoniasi sebagai ulangan. Daun kelapa sawit segar sebagai kontrol (pembanding). Untuk pengujian NH<sub><span style="position: relative; top: 3pt;">3 </span></sub>digunakan rancangan RAL dengan 2 perlakuan dan 6 ulangan yaitu perlakuan silase dan amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Model matematis : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Yij = μ + λi + ε ij <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Yij = nilai pengamatan ke –i yang memperoleh perlakuan ke-j <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">μ = nilai tengah populasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">λi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">εij = galat percobaan dari perlakuan ke-i pda pengamatan ke-j <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1993). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">II. Pengujian Konsumsi, Kecernaan, Neraca Nitrogen, neraca Energi dan Pertambahan Bobot Badanyang Diberi Daun Kelapa Sawit Seger, Silase, dan Amoniasi. </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tempat dan Waktu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian dilakukan di laboratorium dan kadang metabolisme Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan Sei Putih – Galang, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung salam 18 hari. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Materi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan yang dipergunakan adalah: daun kelapa sawit segar, daun kelapa sawit yang disilase (terdiri dari daun kelapa sawit, urea, tepung gaplek, dan air), dan kelapa sawit yang diamoniasi (terdiri dari daun kelapa sawit, urea, dan air) dan ternak domba jantan Sei Putih 15 ekor dengan bobot badan berkisar 10,4 – 16,2 kg, dan umumnya berkisar antara 3 – 4 bulan. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section18"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>17</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat yang dipergunakan adalah : alat pencacah (khusus untuk daun kelapa sawit segar), timbangan, gelas ukuran (kapasitas 10 ml sampai 100 ml), botol tempat urin, plastik tempat feses, dan kadang metabolisme (dengan ukuran 100 x 130 cm). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sebagai lanjutan percobaan I, maka percobaan II mencakup pengujian pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering, serta kecernaan pakan, neraca nitrogen, dan neraca energi secara in vivo dengan menggunakna metoda koleksi total feses dan urin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cara Pelaksanaan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Domba ditempatkan dalam kandang metabolisma dan diberi daun kelapa sawit segar, daun kelapa sawit yang telah disilase maupun yang telah diamoniasi. Konsumsi pakan dicatat setiap hari. Pada hari ke –13 sampai dengan hari ke-18 total urien (10% dari volume) dan total fases (10% dari berat feses) ditampung dan diukur. Untuk pengambilan sampel urine wadah penampungan diisi HCl 10% sebanyak (10 ml), pada hari ke-18 sampel dikomposit, lalau diambil sub sampel untuk analisa kecernaan bahan kering, bahan organik, kandungan serat detergen netral (NDF), neraca energi dan neraca nitrogen. Pengambilan sampel dilakukan dua kali, yaitu percobaan II dan pada masa kahir percobaan III. Pertambahan bobot badan dicatat. Setiap minggu yaitu dengan menghitung selisih bobot badan pada masa awal dengan akhir masa penimbangan pada setiap minggu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi : konsumsi bahan kering, kecernaan bahan organik, bahan kering dan serat detergen netral (NDF). Neraca nigroten, neraca energi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Rancangan Penelitian <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan (Steel dan torrie). Daun kelapa sawit segar, yang disilase, dan yang diamoniasi dianggap sebagai perlakuan, sedangkan jumlah ternak tiap perlakuan dianggap sebagai ulangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Guna mengethui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">III. Manfaat Penambahan Konsentrat Pada Daun Kelapa Sawit Segar, Silase dan Amoniasi Terhadap Konsumsi, Kecernaan, Neraca Nitrogen, Neraca Energi dan Pertambahan Bobot Badan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tempat dan Waktu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian dilakukan di kandang metabolisme dan laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan Sei Putih-Galang, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung selama 1 bulan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Materi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bahan yang dipergunakan adalah : Konsentrat (terdiri dari bungkil inti sawit, sludge, dan serat perasan buah kelapa sawit), daun kelapa sawit segar, daun sawit yang diamoniasi, daun kelapa sawit yang disilase, dan ternak domba jantan Sei Putih <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section19"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>18</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sebanyak 15 ekor dengan bobot badan berkisar 10,4 - 16,2 kg dengan kisaran 3 – 4 bulan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Alat yang dipergunakan adalah : timbangan berkal dengan kapasitas 5 kg dan kandang metabolisme. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penambahan konsentrat pada percobaan III adlah lanjutan dari percobaan II. Komposisi konsentrat terdiri dari bungkil inti sawit (45%), lumpur minyak sawit (54%) dan serat perasan buah (1%) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuannya yaitu : T1 = Daun kelapa sawit segar + konsentrat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">T2 = Daun kelapa sawit yang disilase + konsentrat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">T3 = Daun kelapa sawit yang diamoniasi + konsentrat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cara Pelaksanaan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Digunakan 15 ekor domba jantan lepas sapih hasil persilangan St. croix dengan domba lokal dan berat badan berkisar antara 10,4 – 16,2 kg, serta umur berkisar antara 3 - 4 bulan. Ternak dibagi menjadi tiga kelompok dan secara acak diberi perlakuan pakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perbandingan antara daun kelapa sawit dan konsentrat adalah 30 : 70. Pakan konsentrat terdiri dari bungkil inti sawit (45%), lumpur minyak sawit (54%), dan serat perasan buah (1%). Kandungan protein konsentrat adalah 14,7% dan energi (TND) 72%. Setiap perlakuan pakan adalah isoprotein. Daun kelapa sawit mengandung protien 14,8% dan energi (TDN) 27,5%. Ternak ditempatkan dalam kandang selama satu bualn dan diberikan obat cacing dua minggu sebelum perlakuan. Total konsumsi dicatat setiap hari dan bobot badan diukur setiap minggu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini adalah : Konsumsi Bahan Kering, Kecernaan, Neraca Nitrogen, Neraca Energi, Pertambahan Bobot Badan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Rancangan Penelitian <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan lima ulangan untuk menganalisa konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan, sedangkan untuk neraca nitrogen, neraca energi dan kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF digunakan tiga perlakuan dan tiga ulangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji BNT. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section20"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>19</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">IV. HASIL DAN PEMBAHASAN </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Pengujian Komposisi Kimiawi Daun Kelapa Sawit Segar, Silase dan Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kandungan bahan kering, bahan organik, pH, dan NH3 daun kelapa sawit segar, silase, dan amoniasi disajikan pada Tabel 5. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 5. Komposisi Kimiawi Daun Kelapa Sawit Segar, Silase, dan Amoniasi <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0.05pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid none; border-color: black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Peubah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Perlakuan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Segar </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan kering (%) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">27,07<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">C</span></sup>±0,61 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">56,26B± 0,02 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">64,08<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±1,71 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan Organik (%) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">89,13<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">C</span></sup>±0,25 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">91,74B± 0,42 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">93,20<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±0,40 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">PH <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">5,43<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±0,21 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">5,83B± 0,19 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">8,31<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±0,12 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NH3 (mM) <o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">0,45B± 0,15 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">1,68<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±0,14 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><b><span style="font-family: Verdana;">Bahan Kering </span></b><span style="font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam bahan kering, terlihat bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">antara 25-35%. Bila kadar bahan kering materi yang digunakan kurang dari 25%, berakibat pada hasil silase yang terlalu asam dan silase akan kelihatan berair. Cairan dalam silase yang keluar selama proses fermentasi akan mengakibatkan penurunan kandungan zat makanan didalam silase. Apabila materi mempunyai kadar bahan kering lebih dari 35% akan menghasilkan silase yang kurang sempurna, seperti tumbuhnya jamur sebagai akibat kurang sempurnanya pemadatan sehingga lebih memungkinkan pengikatan oksigen. Perbedaan bahan kering yang sangat nyata antara kontrol, silase dan amoniasi dapat disebabkan karena kadar urea yang diberikan, atau karena adanya penambahan air pada proses pembuatan silase dan amoniasi yang digunakan untuk melarutkan urea. Dari hasil penelitian Williams et.al (1983) penambahan air pada jerami yang telah ditambahkan urea akan dapat menurunkan kandungan bahan kering dan menurut Chuzaemi dan Soejono (1987) bahwa semakin tinggi kandungan urea pada pakan dalam proses pengawetan jerami padi maka akan semakin tinggi kandungan bahan kering. Dalam penelitian ini kadar urea yang diberikan pada amoniasi lebih tinggi dari silase, maka akan semakin meningkatkan kadar bahan kering pakan tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana;">Bahan Organik </span></b><span style="font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Menurut Tillman (1991) komponen proksimal yang termasuk kedalam zat-zazt gizi organik adalah karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Hasil Sidik Ragam menunjukkan terdapat pengaruh perlakuan (P <></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section21"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>20</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">kontrol dapat membuat kandungan bahan organik pad kontrol lebih rendah dibandingkan dengan silase dan amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">PH </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan amoniasi yang diberi urea dengan dosis yang lebih tinggi ternyata menghasilkan pH yang lebih tinggi. Keadaan ini terjadi karena pemberian urea selama proses ensilase akan dihidrolisis oleh enzim urease menjadi NH4- karbohidrat yang selanjutnya dipecah menjadi NH3 dan CO2. NH3 selama proses ensilase sebagian akan bereaksi dengan air membentuk NH4OH yang bersifat basa, seperti tampak pada reaksi berikut : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">CO (NH2)2 + H2O H2NCOONH4 2NH3 + CO2 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NH3 + H2O NH4OH <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Nilai rataan pH yang tinggi pada amoniasi merupakan hal yang wajar terjadi karena pemberian urea secara tidak langsung akan menambah sifat basa sehingga pH pada perlakuan ini juga meningkat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">NH3 </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Subiyanto et al (1988) semakin tinggi kandungan urea pada jerami yang disimpan selama empat minggu semakin tinggi pula kandungan N-NH3. Hasil penelitian Hassan dan Ishida (1990) menunjukkan bahwa penambahan urea pada fermentasi daun kelapa sawit akan semakin meningkatkan kandungan N-NH3 (3% urea kandungan N-NH3 nya 0,58 sedangkan pada 6% urea kandungan N-NH3 nya 1,12). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi level urea yang diberikan akan meningkatkan kandungan N-NH3. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">II. Pengujian Konsumsi, Kecernaan, Neraca Nitrogen, Neraca Energi, dan Pertambahan Bobot Badan yang Diberi Daun Kelapa Sawit Segar, Silase dan Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Konsumsi Ransum </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh perlakuan. Rata-rata konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 6. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section22"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>21</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 6. Nilai Beberapa Peubah Daun Kelapa Sawit Yang Diberi Perlakuan Daun Kelapa Sawit Segar, Silase, dan Amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0.05pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid none; border-color: black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Peubah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Perlakuan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Segar </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Konsumsi (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">187,98<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">C</span></sup>±5,077 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">518,25<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>± 4,21 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">276,38<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±55,08 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="4" style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kecernaan (%) <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan kering <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">36,46<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±5,07 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">49,608<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±4,21 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">76,32<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±6,25 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan organik <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">44,16<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±4,69 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">58,75<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±3,71 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">81,56<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">C</span></sup>±4,74 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NDF <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">24,13<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±6,33 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">41,47<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±5,17 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">69,32<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±7,93 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Neraca N (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-7,39<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±2,23 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">23,72<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±5,39 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">11,37<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±7,82 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Neraca energi (Kal/g/hr) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-1,75<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±2,49 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2,59<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>± 1,94 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">0,79<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±1,39 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NH3 (mM) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-0,02<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B </span></sup>±71,56 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">0,03<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>± 0,03 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-0,08<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±0,05 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Keterangan : Huruf Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa konsumsi ransum daun kelapa sawit pada perlakuan silase lebih tinggi dibandingkan dengan amoniasi atau segar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Penambahan karbohidrat pada silase dapat merangsang pertumbuhan bakteri pembentuk asam sebanyak-banyaknya. Sumber karbohidrat yang biasanya ditambahkan untuk mengimbangi urea antara lain tepung gaplek dan molasses. Menurut Cullison (1979) bahwa pemberian urea dalam pakan harus diimbangi dengan pemberian karbohidrat yang siap difermentasikan untuk mengimbangi amoniak yang terbentuk. Hasil penelitian Hassan dan Ishida (1991) dikatakan bahwa penambahan urea dan molasses pada pembuatan silase daun kelapa sawit yang diberikan pada sapi akan meningkatkan konsumsi ransum (2,8 kg/24 hari) dibandingkan dengan kontrol (2,6 kg/24 hari), selain itu urea dan molasses dapat meningkatkan pH dan kandungan asam organik pada silase, dan dari hasil penelitian Wardhani et al (1987) bahwa penambahan tetes dan urea pada silase pucuk tebu akan meningkatkan konsumsi bahan kering 5,95 kg/hari pada sapi Bali. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Konsumsi ransum yang rendah pada perlakuan kontrol dapat disebabkan faktor kesenangan atau kandungan lignin dan selulosa yang tinggi. Bacon et al (1981) menyatakan bahwa perlakuan alkali meningkatkan kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Perlakuan alkali menyebabkan membengkaknya selulosa, memutuskan ikatan lignin yang melindungi dinding sel polisakarida sehingga enzim mikroba rumen dapat masuk dan mencerna selulosa tersebut. Peningkatan konsumsi dapat juga disebabkan karena meningkatnya kecernaan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Konsumsi ransum pada perlakuan silase dan kontrol pada percobaan II (selama 3 minggu) mengalami peningkatan, tetapi pada perlakuan amoniasi konsumsi ransum mengalami penurunan. Konsumsi ransum untuk setiap perlakuan selama 3 minggu terdapat pada Gambar 1. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section23"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>22</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa konsumsi ransum pada perlakuan silase meningkat pada minggu ke-2, tetapi mengalami penurunan pada minggu berikutnya. Pada perlakuan kontrol konsumsi ransum stabil dan peningkatan konsumsi ransum kecil. Sementara itu pada perlakuan amoniasi konsumsi ransum mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan urea sangat mempengaruhi konsumsi ransum. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Zat-zat Makanan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 6. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Nilai potensial bahan makanan untuk menyediakan zat-zat makanan tertentu dapat ditentukan dengan analisis kimia, tetapi nilai sebenarnya bagi ternak hanya dapat ditentukan setelah mengalami kehilangan yang tidak dapat dihindari yang terjadi selama pencernaan, penyerapan, dan metabolisme (Mc.Donald, <i>et al, </i>1988), Ensminger (1990) menyatakan bahwa ternak tidak dapat memanfaatkan semua zat-zat makanan yang terdapat dalam pakan. Nilai manfaat suatu pakan dapat diketahui melalui percobaan penentuan daya cernanya pada ternak, karena analisis kimia hanya menggambarkan nilai suatu pakan tanpa nilai manfaatnya (Anggorodi, 1990; Church dan Pond, 1988). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh perlakuan (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecernaan bahan organik. Kecernaan bahan organik tertinggi pada perlakuan amoniasi. Hal ini dapat disebabkan urea dapat melarutkan sebagian komponen serat kasar termasuk silika yang dapat mengakibatkan ketersediaan zat makanan untuk dicerna semakin tinggi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">karena urea dapat melonggarkan ikatan lignoselulosa. Dengan longgarnya ikatan lignoselulosa akan memudahkan penetrasi enzim yang dihasilkan mikroba rumen lebih sempurna, akibatnya akan meningkatkan kecernaan bahan kering, bahan organik, dinding sel, TDN (Total Digestible Nutrient) dan DE (Digestible Energy) (Jackson, 1977). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari hasil percobaan Chuzaemi (1987) dengan level urea yang tinggi yaitu 6% dan 8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik juga meningkatkan energinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soejono et al (1986), perlakuan alkali pada bagas dengan menggunakan urea sebanyak 2, 4, 6% bahan kering, secara nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik, yaitu 22,29% menjadi 29,58% pada taraf penambahan urea 6% atau terjadi peningkatan kecernaan sebesar 32,7%. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Neutral Detergent Fiber </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan juga berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section24"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>23</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan urea pada silase dan amoniasi meningkatkan kecernaan dinding sel (NDF). Kecernaan NDF pada perlakuan kontrol terlihat sangat rendah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Van Soest (1982) telah menemukan bahwa terdapat korelasi yang baik antara isi sel dan lignin dengan daya cerna in vivo. Serat detergent netral (NDF) mewakili bagian dinding sel yang berserat dan terkandung didalamnya lignin, selulosa, hemiselulosa serta beberapa protein yang terikat oleh serat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Sutardi (1980) isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna yaitu protein, karbohidrat, mineral dan lemak, sedangkan dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel, lignin dan silika. Lignin merupakan suatu zat kompleks dari bagian tanaman seperti kulit gabah, bagian akar yang berserat, batang, dan daun yang sulit dicerna (Anggorodi, 1990). Seperti diketahui ikatan lignin merupakan penghambat kecernaan dinding sel tanaman. Semakin banyak lignin terdapat dalam dinding sel maka koefisien cerna hijauan tersebut semakin rendah. Namun dengan perlakuan alkali terhadap pengolahan limbah maka akan terjadi pemutusan ikatan-ikatan tersebut. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan kecernaan NDF pada perlakuan amoniasi lebih tinggi dan berbeda dari perlakuan silase dan kontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat para peneliti terdahulu (Wanapat et al, 1982; Sundstol et al, 1984), urea dapat melonggarkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, sehingga lignoselulosa membengkak dan bagian selulosa kristal berkurang, sehingga memudahkan penetrasi enzim yang dihasilkan mikroba rumen lebih sempurna, akibatnya akan meningkatkan kecernaan bahan kering, bahan organik, dinding sel, TDN dan DE. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Nitrogen dan Nera Energi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Nitrogen </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca nitrogen menunjukkan jumlah nitrogen yang tersusun di dalam tubuh ternak yang tidak diekskresikan melalui feses dan urin. Neraca nitrogen diperlukan untuk penilaian mutu protein karena dapat dipakai untuk menduga kebutuhan protein untuk pertumbuhan meskipun tidak semua dan yang diretensi digunakan untuk pembentukan daging. Nilai neraca nitrogen terlihat pada Tabel 6. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sudah memenuhi kebutuhan nutrien protein domba dibandingkan amoniasi dan kontrol. Konsumsi protein harian pada perlakuan kontrol, silase, dan amoniasi berkisar 21,71 g ; 75,3 g dan 43,59 g sedangkan kebutuhan harian nutrien untuk hidup pokok domba dimana berat badan berkisar 14 kg dengan pertambahan bobot badan 0 – 50 g/hari adalah 57,9 g (Haryanto et al, 1992). Kandungan protein harian yang rendah dapat menyebabkan terjadinya penurunan bobot badan pada perlakuan kontrol. Terjadinya pertambahan bobot badan pada perlakuan silase dapat disebabkan karena kandungan protein harian sudah mencukupi walaupun pertambahan bobot badannya relatif sangat kecil. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section25"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>24</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Energi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">amoniasi dan kontrol belum mencukupi kebutuhan energi harian domba, yaitu sebanyak 1,33 M Kal untuk berat badan berkisar 14 kg dengan pertambahan bobot badan 0-50 g/hari (Haryanto, 1992), terutama pada perlakuan kontrol dimana dapat mengakibatkan penurunan bobot badan. Konsumsi energi pada perlakuan silase sudah memungkinkan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi energi seperti yang disarankan, walaupun pertambahan bobot badannya relatif sangat kecil, tetapi sudah menunjukkan nilai positif terhadap neraca energi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertambahan Bobot Badan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 6 menampilkan data pertambahan bobot badan domba pada percobaan II. Pertumbuhan merupakan salah satu sifat yang mempunyai nilai ekonomi yang penting dalam penampilan produksi ternak (Daas dan Acharya, 1970). Pertumbuhan diukur berdasarkan bobot badan (Maynard et al, 1979). Dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak (Church dan Pond, 1988). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">(1985) yaitu 5% dari bobot hidup. Herman (1977) menyatakan bahwa kebutuhan konsumsi bahan kering pada domba jantan berkisar antara 5,7 – 7,6% dari bobot hidup 9 – 15 kg. Menurut Djajanegara (1986) jumlah yang dikonsumsi domba per ekor per hari pada ransum yang diberi perlakuan urea berkisar 0,6 – 2,25 kg, dimana konsumsi pakan pada perlakuan amoniasi jauh dari jumlah yang seharusnya diberikan pada ternak. Pemberian makanan yang terlalu sedikit dari kebutuhan hidup pokok akan menyebabkan ternak kehilangan bobot badan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bila dilihat dari kebutuhan protein dan energi dari ransum yang dikonsumsi pada perlakuan amoniasi dan kontrol belum dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi sesuai dengan yang disarankan kecuali pada perlakuan silase dimana kebutuhan protein dan energi dari ransum yang dikonsumsi telah terpenuhi. Kebutuhan protein dan energi yang belum terpenuhi pada perlakuan kontrol dan amoniasi akan mempengaruhi pertambahan bobot badan pada ternak. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section26"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>25</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">III. Manfaat Penambahan Konsentrat pada Daun Kelapa Sawit Segar, Silase dan Amoniasi Terhadap Konsumsi, Kecernaan, Neraca Nitrogen, Neraca Energi, dan Pertambahan Bobot Badan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pengaruh penambahan konsentrat pada daun kelapa sawit segar, silase, dan amoniasi terhadap konsumsi ransum, kecernaan (bahan kering, bahan organik dan NDF), neraca Ntirogen, dan pertambahan bobot badan disajikan pada Tabel 7. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -48pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 7. Nilai Beberapa Peubah Daun Kelapa Sawit Yang Diberi Perlakuan Segar, Silase, Amoniasi Dengan Penambahan Konsentrat Secara In Vivo. <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0.05pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border-style: solid solid none; border-color: black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Peubah </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="3" style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Perlakuan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Segar </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td colspan="2" style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Silase </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black -moz-use-text-color; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(204, 255, 204) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Amoniasi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="4" style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Konsumsi Bahan <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="4" style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kering (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Ransum <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">227,56<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±48,38 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">608,26<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±47,74 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">344,49<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">C</span></sup>±20,91 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Konsentrat <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">25,29<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±48,77 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">27,75<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±50,59 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">140,58<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±16,67 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Hijauan <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">19,72<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±13,96 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">580,60<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±86,31 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">203,91<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±21,3 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 12.1pt;"> <td colspan="4" style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 12.1pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Kecernaan (%) <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan kering <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">26,35<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±2,86 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">52,79<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">AB</span></sup>±1,29 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">42,78<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±10,22 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Bahan organik <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">36,02<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±1,37 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">60,98<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±1,03 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">54,45<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±915 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">NDF <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">4,33<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±4,85 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">44,99<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±3,25 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">32,83<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±9,54 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Neraca N (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-12,23<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±3,09 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-12,79<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±5,50 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">42,88<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±4,76 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid; border-color: -moz-use-text-color black; border-width: medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Neraca energi (Kal/g/hr) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-1,57<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>±3,09 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">2,29<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>± 9,29 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid none none; border-color: -moz-use-text-color black -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">6,18<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B</span></sup>±7,15 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style="height: 13.05pt;"> <td style="border-style: none solid solid; border-color: -moz-use-text-color black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">PBB (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-0,03<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A </span></sup>±0,03 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-0,03<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">A</span></sup>± 0,03 <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; background: rgb(255, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; height: 13.05pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">-0,01<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">B </span></sup>±0,02 <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 85.05pt; text-align: justify; text-indent: -85.05pt;"><span style="font-family: Verdana;">Keterangan : Huruf Superskrip yang berbeda pada nilai rataan pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 85.05pt; text-align: justify; text-indent: -85.05pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Konsumsi Ransum </span></b><span style="font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 12pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section27"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>26</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Meacham et al (1963) bahwa semakin rendah kandungan protein dalam pakan maka tingkat konsumsinya semakin menurun. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Gambar 3. Konsumsi Ransum pada Percobaan III (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa konsumsi ransum pada perlakuan silase lebih tinggi. Ini dapat disebabkan karena perlakuan silase selain mengkonsumsi hijauan yang lebih tinggi, ternak tersebut juga mengkonsumsi konsentrat. Maka secara tidak langsung bahan kering perlakuan pada silase cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan amoniasi dan kontrol. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Zat-zat Makanan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tabel 7 memperlihatkan kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF dari penambahan konsentrat terhadap perlakuan daun kelapa sawit segar, silase, dan amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan pengaruh yang nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam menunjukkan perlakuan berpengarpuh secara nyata terhadap kecernaan bahan organik pada taraf 5% dan dari hasil uji BNT menunjukkan antara silase dan amoniasi tidak berbeda nyata dan relatif sama tetapi lebih tinggi pada silase dan keduanya berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perbedaan kecernaan kemungkinan disebabkan karena domba yang diberi perlakuan silase dan amoniasi lebih banyak mengkonsumsi konsentrat. Dengan adanya penambahan konsentrat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">maka protein dalam ransum tersebut meningkat dan menurut Sutrisno et al (1985) apabila jumlah protein dalam ransum tinggi makan perkembangbiakan mikroba rumen lebih banyak sehingga menyebabkan pencernaan makanan juga berjalan baik. Konsentrat yang digunakan umumnya mengandung protein yang tinggi. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section28"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>27</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Devendra (1978) campuran serat perasan buah dengan lumpur kelapa sawit dengan perbandingan sama yang diberikan 10-60% pakan domba, menunjukkan bahwa pada taraf 40% daya cerna bahan kering, bahan organik, protein, serat kasar, enerig, retensi nitrogen akan meningkat, tetapi diatas level ini daya cernanya akan menurun dengan tajam kecuali pada abu dan energi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan yang sama dari bahan organik ransum pada silase dan amoniasi disebabkan kecernaan bahan kering pada silase dan amoniasi juga tidak berbedanyata, sebab bahan organik menempati proporsi yang besar di dalam bahan kering pakan (Akmal, 1994). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kecernaan Neutral Detergent Fiber </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam meunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh yang nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Parakkasi (1987) bahwa kecernaan bahan kering makanan berkonsentrat adalah lebih besar dibandingkan dengan daun, leguminosa, pohon atau rumput. Hal ini disebabkan karena karbohidrat mudah dicerna lebih tinggi pada konsentrat atau konsentrat lebih mudah didegradasi pada dinding sel daripada daun leguminosa dan rumput. Menurut Bacon et al (1981) bahwa perlakuan alkali meningkatkan kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Perlakuan alkali menyebabkan membengkaknya selulosa, memutuskan ikatan lignin yang melindungi dinding sel polisakarida sehingga enzim mikroba rumen dapat masuk dan mencerna selulosa tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Nitrogen dan Neraca Energi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Nitrogen </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Sidik Ragam penambahan konsentrat berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurtu Banerjee (1982) kalau nitrogen yang dimakan melebihi yang dikeluarkan dari dalam tubuh maka neraca nitrogen tersebut adalah positif, kondisi yang memperlihatkan ini adalah pertumbuhan. Neraca nitrogen <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">negatif apabila nitrogen yang dikeluarkan dari dalam tubuh melebihi yang masuk melalui makanan, kondisi dapat disebabkan pemberian ransum yang rendah kadar proteinnya dan tidak cukup energinya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlakuan silase dan kontrol mempunyai nilai neraca nitrogen negatif sedangkan pada perlakuan amoniasi neraca nitrogennya bernilai positif. Perbedaan nilai antar perlakuan dapat disebabkan karena perlakuan amoniasi lebih banyak mengkonsumsi konsentrat, dimana konsentrat mengandung protein yang tinggi. Menurut Holmes dan Wilson (1984) konsumsi pakan dan kecernaannya memberikan pengaruh terhadap ketersediaan nitrogen di dalam tubuh ternak. Ketersediaan nitrogen tersebut dicerminkan oleh protein pakan yang dikonsumsi. Protein kasar ransum harian yang dikonsumsi dari perlakuan kontrol, silase dan amoniasi adalah 12,08 g ;57,0 g; 101,28 g, sedangkan kebutuhan harian protein domba untuk hidup pokok dengan berat badan berkisar 14 kg adalah 57,9 g (Haryanto, et al., 1992). <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section29"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>28</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari ketiga perlakuan, kebutuhan protein pada perlakuan amoniasi sudah mencukupi dan sangat jauh berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan silase. Ini dapat dilihat dari pertambahan bobot badan pada perlakuan amoniasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Neraca Energi </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap neraca energi (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perbedaan energi antara perlakuan diakibatkan karena pada perlakuan amoniasi ternak lebih banyak mengkonsumsi konsentrat, dimana konsentrat tersebut cukup mengandung protein yang tinggi yang dapat menyediakan energi dalam tubuh dan bila dilihat dari konsumsi harian energi ransum pada perlakuan kontrol, silase dan amoniasi adalah 0,29 M.Kal; 0,86 M.Kal; dan 1,62 M.Kal, dari konsumsi energi tersebut terlihat bahwa pada perlakuan amoniasi lebih tinggi dan sudah mencukupi kebutuhan energi harian domba, yaitu sebanyak 1,33 M.Kal dibandingkan dengan kontrol dan silase. Menurut Lindahl (1974) bahwa energi makanan yang lebih tinggi akan menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat serta produksi dagingnya akan lebih tinggi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pertambahan Bobot Badan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pada ternak muda, pertumbuhan merupakan satu tujuan yang penting dari suatu pemeliharaan. Kelebihan makanan dari kebutuhan hidup pokok akan digunakan untuk meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan ternak dapat mencerminkan sejauhmana manfaat pakan yang diberikan kepada ternak. Dari Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">berpengaruh nyata (P <></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Adanya pertambahan bobot badan pada perlakuan amoniasi dapat disebabkan karena kebutuhan protein dan energi dari ransum yang konsumsi telah mencukupi kebutuhan harian protein dan energi domba untuk hidup pokok dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan silase. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section30"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>29</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Gambar 4. Pertambahan Bobot Badan pada Percobaan III (g/ekor/hari) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Gambar 4 dapat dilihat adanya pertambahan bobot badan pada perlakuan amoniasi, hal ini disebabkan karena kebutuhan protein dan energi yang dikonsumsi pada perlakuan amoniasi telah mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok dibandingkan perlakuan kontrol dan silase. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">V. KESIMPULAN DAN SARAN </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kesimpulan </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -21pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1. Pada perlakuan silase dan amoniasi dapat meningkatkan kandungan bahan kering, bahan organik, NH3 dan pH. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -21pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">2. Perlakuan silase dan amoniasi memberikan nilai yang lebih tinggi pada konsumsi ransum, kecernaan (bahan kering, bahan organik, dan NDF) serta memberikan nilai positif terhadap neraca nitrogen dan neraca energi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -21pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">3. Penambahan konsentrat dalam ransum daun kelapa sawit yang mendapat perlakuan silase memberikan pertambahan bobot badan negatif sedangkan pada perlakuan amoniasi pertambahan bobot badannya positif. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Saran </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Perlu diteliti lebih lanjut penggunaan daun kelapa sawit dalam bentuk silase atau amoniasi yang dikombinasikan dengan hijauan lain yang belum dapat diberikan 100% sebagai ransum untuk domba. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section31"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>30</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">DAFTAR PUSTAKA </span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ahlgren, G.H. 1956. Forage Crops, 2<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>, Ed.,Mc.Graw-Hill Book Company, Inc., N.Y. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Akmal, 1994, Pemanfaatan Wastelage Jerami Padi Sebagai Bahan Pakan Sapi FH Jantan. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Anggorodi, R. 1990, Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">AOAC, 1984. Official Method of Analysis of Association Official Analytical Chemist. AOAC. Washington. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Aritonang, D. 1984. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Dalam Ransum Babi yang Sedang Bertumbuh. Disertasi Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Babjee, A.M. 1986. Palm kernel cake as a new feed for cattle. Asian Livestock 11 (5) : 50 – 55. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bacon, J.S.D.A., Chesson and A.H.Gordon. 1981. Deacetylation and enhancement of digestibility. Afric. Environm. 6 : 124-125. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Banerjee, G.C. 1978. Animal Nutrition. Oxford & IBM Pub.Co Calcutta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bamualim, A.1988. Prosedur dan Parameter Dalam Penelitian Makanan Ternak Ruminansia Dalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan, Kupang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Basya, S dan M.Nuraini, 1976. Tingkat Pemberian Tepung Gaplek (Manihot utilissima Pohl) dalam Ransum Sapi Perah Laktasi. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor, Bull. 16 : 29-40. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">, 1977. Penggunaan Tepung Gaplek (Manihot utilissima Pohl) sebagai Pengganti Jagung dalam Susunan Makanan Penguat Sapi Perah Dara. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor, Bull. 19 : 27-36. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Belasco, J.C.1954. New nitrogen coumpound for ruminant A laboratory Evaluation. J.Anim. Sci. 13 : 601 – 610. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Boorman, K.N. 1980. Dietary Constraint on Nitrogen Retention. In.P.J. Buttery and D.B.Lindsay ed.Protein Deposition in Animals. Butterworth Publisher, New Zealand. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Bundy, C.E.and R.V.Diggins, 1958. Beef Production. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New York. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Chalupa W.1975. Rumen by pass and protection of protein and amino acids. J.Dairy Sci. 58 : 198 – 204. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Chant, J.L.Jr. 1980. The effect of sex energy level and weight on growth composition and quality of lamb. Nutr.Abstr.Rev. 50 (5) : 205 – 209. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Church, D.C. and W.G.Pond. 1980. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">rd </span></sup>ed Jhon Willey and Sons. New York. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section32"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>31</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Chuzaemi, S. dan M.Soejono. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Ternak Sapi Peranakan Onggole. Dalam : Proceedings Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Coan, G.K. 1965. Risalah Mengenai Ceramah Ir. J.J. Olie dan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit. Buletin BPP Medan 34 (7) : 159 – 162. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cole. H.I. 1966. Introduction to Livestock Production. W.H.Freeman and Co.San Fransisco. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Conway, E.J. 1957. Microdiffusion of Analysis of Association Official Analytical Chemist of Georgia Press. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Crampton, E.W. and L.E.Harris. 1969. Applied Animal Nutrition 2 nd Ed.W.H.Freeman and Co.San Fransisco. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cullison A.E. 1978. Feeds and Feeding 2<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>. Ed.Reston Publishing Company, Inc.Reston. Virginia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Cullison, A.E., 1982. Feeds and Feeding 3<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>. Ed.Reston Pub.Co. Inc.A.Prentice-Hall Co.Reston Virginia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Departemen Pertanian, 1980. Silase sebagai Makanan Ternak. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian. Ciawi, Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Devendra, C. 1978. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Interaksi : Feedingstuffs for Livestock in South Easht Asia. Malaysia Society of Animal Production. Serdang Selangor, Malaysia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Djajanegara, A. 1986, Intake and Digestion of Cereal Straws by Sheep. Thesis PhD. University of Melbourne. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Direktorat Jenderal Perkebunan Kelapa Sawit. 1995. Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia dan Tantangan Industri Kelapa Sawit. Medan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Doloksaribu, M., L.P.Batubara, E.Sembiring, J.Sirait dan A.D.Pitono, 1995. Penampilan Produksi Domba Persilangan Lokal Sumatera dan St.Croix di Lapangan Jurnal Penelitian Peternakan Sungai Putih 1 (5) : 24-30. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Doyle, P.T., C.Devendra and G.R.Pearce. 1986. Rice Straw as A Fed for Ruminants. IDP Canberra. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ensminger, M.E. and C.G.Olentine. 1968. Feed and Nutrition Complete. 1<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>. Ed.The Ensminger Publishing Company 3699, East Sierra Avenue, Clouis, California. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ensminger, M.E. 1977. Animal Science. 1<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>. Ed.The Interstate Printers & Publisher, Inc. and Ville. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Fetuga, B.L., G.M.Babatunde and V.A.Oyenuga. 1977. The value of palm kernel meal in finishing diets for pigs. I, II. J.Agric. Sci. Camb. 88 : 663-669. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Gohl. B. 1981. Tropical Feeds. Feed Information Summaries and Nutritive Values. Animal Production and Health Series FAP No.12. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section33"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>32</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Haryanto, B., I.K.Sutama, B.Sudaryanto dan A.Djajanegara. 1992. Domba dan kambing untuk kesejahteraan masyarakat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Herman R.1977. Konsumsi Bahan Kering berdasarkan berat badan domba Bulletin Makanan Ternak. Vol III (7) : 148 – 152. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hassan, A.O. and M.Ishida, 1991, Effect of water, Molasses and urea addition on oil palm frond silage quality-fermentation characteristic and palatability to Kedah-Kelantan bulls. In proceedings of the third International Symposium on the Nutrition of Herbivores. Penang. Malaysia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">, 1991, Status of utilization of selected fibrous crop residues and animal performance with emphasis on processing of oil palm frond (OPF) for ruminant feed in Malaysia. Livestock Research Division Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI) Kualalumpur, Malaysia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Holmes, C.W. and G.F.Wilson, 1984. Milk Production from Pasture. Butterworths Agric.Book. Wellington New Zealand. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Hungata, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press.New York. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Jalaludin, S. and RI.Hutagalung, 1982, Feeds for Farm Animals from the Oil Palm.University Pertanian Malaysia, Malaysia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Jesse. G.W., G.B.Thompson, J.L.Clark, H.B.Hendrick, and K.G.Weiner, 1976. Effect of ration energy and slauhgter weight on composition of empty body and carcas gain of beef cattle. J.Anim.43 (2) : 418 – 425. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ishida, M.and A.O.Hassan. 1992. Chemical Composition and in vitro digestibility of leaf and petiole from various location in oil palm fronds. In proceedings of 15<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">th </span></sup>Malaysian Society of Animal Production, May 26-27, 1992, Kuala Trengganu, Malaysia, 115-118. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">, </span></u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1992. Effect of urea treatment level on nutritive value of oil palm fronds silage in Kedah-Kelantan bulls. Interaksi Proceedings of the 6<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">th </span></sup>AAAP Animal Science Congress, Vol.3 AHAT, Bangkok, Thailand, pp.68. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">, </span></u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1992. Effect of oil palm frond silage feeding on utilization of dietand meat production interaksi fattening cattle in the tropics. In proceedings of the 8<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">th </span></sup>annual meeting of Jpn. Zootech. Sci.Soc.Iwate University, Iwate, pp.75 (In Japanese). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Jafar, M.D. and A.O.Hassan, 1990. Optimum Steaming Condition of PPF for feed utilization. Processing and utilization of oil palm by-products for ruminant. MARDI-TARC Collaborative Study. MALAYSIA <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Jung. H.G. 1989. Forage Lignins and their effect on feed digestibility. Agron. J.Vol 81 : 33 – 38. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Jackson, M.G. 1977. The alcali treatment of straw, Anim. Feed Sci and Tech. 2 : 105 – 130. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section34"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>33</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Keshan, J. and U.B.Singh, 1980, Relationship between nitrogen intake and excretion in cattle and buffaloes fed different fodders. Indian J.Anim.Sci. 50 : 128 – 130. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Lindahl. I.L. 1974. Nutrition and Feeding of Goats.In : Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Church. D.C. Vol.3. Practical Nutritional. Department of Animal Science. Oregon State University. Cornelis. USA. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Lloyd, L.E., B.E. Mc.Donald and E.W.Crampton, 1978. Fundamental of Nutrition. W.H.Freeman and Co.San Fransisco. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Loosli, J.K. and I.W.Mc.Donald. 1968. NPN interaksi the Nutrition of Ruminant, FAO Roma. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Lubis. D.A.1963. Ilmu Makanan Ternak. PT.Pembangunan Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Wodzicka. M.Tomaszewska. I.M.Mastika, A.Djajanegara, S.Gardiner dan T.R.Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Martawidjaja. M., A.Wilson dan B.Sudaryanto, 1990. Suplementasi Gaplek Dalam Ransum yang Menggunakan Rumput Gajah dan Bungkil Biji Kapuk untuk pertumbuhan Domba. Ilmu dan Peternakan 4 (3) : 303 – 306. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Maynard, L.A., J.K.Loosli, H.F.Hinz and K.G.Warner,1979. Animal Nutritions, seventh ed. TMH Ed. Tata Mc.Graw-Hill Book Company. Inc. New York. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Mc.Donald, P.and Whittenbury. 1973. The Ensilage Process. Chemistry and Biochemistry of Herbage. 3. (G.W.Butter and R.W.Bailey, eds). London, Academic Press. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Mc.Donald, P., R.A.Edward and J.F.D.Greenhalhg. 1988. Animal Nutrition. 4nd Ed.Longman Group Ltd. London and New York. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Meacham, and T.J.Cunha. 1989. Influence of low protein rations on growth and semen characteristic of young beef bulls, J.Anim. Sci. 67 (11) : 185 – 196. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Morrison, F.B. 1959. Feeds and Feeding (22<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd </span></sup>ed). The Morrison Publishing Coy.Ithaca. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">National Research Council. 1976. Urea and Other Non Protein Nitrogen Coumpounds in Animal Nutrition. National Academy of Science. Washington, D.C. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Obst.J.M., T.D.Chaniago and T.Boyes, 1980, Survey on Sheep and Goats Slaughtered at Bogor, West Java Indonesia. Centre for Animal Research and Development, Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parakkasi, A. 1983, Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa Bandung. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Parakkasi, A. 1987, Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Diktat Kuliah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section35"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>34</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pigden, W.J. and F. Bender. 1978. Utilization of Lignocellulosic by ruminant. World. Anim. Rev. 12 : 30-33. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Pioner Development Foundation. 1991. Silage Technology. A.Trainers Manual. Pioner Development Foundation for Asia and The Pacific Inc. :15 – 24. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Preston, T.r. and R.A.Leng. 1987. Matching Ruminant Production Systems with Available Resources in the Tropic and Sub-Tropic. International Colour Production. Stanthorpe, Queensland, Australia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Price. M.A., S.D.Jones, G.W.Muthison and R.T.Berg. 1980. The effect of increasing dietary roughage live and slaughter weight on the feedlot performance and carcass characteristic of Bull and Steer. J.Anim. Sci. 60 : 345 – 352. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ranjhan, S.K. and N.N.Pathak. 1979. Management and Feeding of Buffaloes. Vikas Publishing House Put. Ltd. New Delhi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Rangkuti dan Umi A.1991. Hasil Penggunaan Konsentrat untuk ternak ruminansia, Puslitbang Peternakan, Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Reksodihardiprodjo, S., 1984, Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Penerbit BPFE-Yogyakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Schmidt, L., F.Weissbach., H.J. Block and K.Hacker, 1982. Urea as Preservative used interaksi storing moist feedstuffs, 2. Preservation and treatment of straw by supplementing with urea. Arch Tierernaehr, 32: 56 – 63. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Siregar, S.B. Pengawetan Pakan Ternak, 1995. Penebar Swadaya, Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Soegiri,J., Djarsanto, R.Hidayat dan D.S.Simandjuntak. 1972. Pedoman Petugas Hijauan Makanan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Soejono, M. 1986. The Effect of Duration (weeks) Urea Ammonia Treatment on In Vivo Digestibility. Unpublished. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Steel. R.G.D. dan J.H.Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, PT.Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Subandriyo, 1995. Pemuliaan Bangsa Domba Sintetis Hasil Persilangan Antara Domba Lokal Sumatera dengan Domba Bulu. Sei Putih-Galang, Sumatera Utara. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sundstol, F.and E.Owen, 1984. Straw and Other fibrous by products as feed. Elsevier science publisher B.V. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Susetyo, Kismono dan B.Soewardi, 1969. Hijauan Makanan Ternak, Direktorat Peternakan Rakyat Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sutardi, T. 1977, Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Khusus Peternakan Sapi Perah di Kayu Ambon. Lembang. BPLPP. Direktorat Jenderal Peternakan, Bogor. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <div class="Section36"> <p class="MsoNormal" style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>35</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">, </span></u><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sutrisno, C.I., H.S.Sulistiono, D.B.Vitus dan Whitono. 1985. Daya cerna dan pertambahan bobot badan domba jantan yang mendapatkan ransum pucuk tebu. Dalam : Proceeding Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Makanan Ternak, Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tedjowahjono, S. dan A.Musofie, 1979, Silase Pucuk Tebu Sebagai Laporan yang Disampaikan di Depan Rapat Koordinasi Bulanan Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur di Bedali tanggal 28 Maret 1979. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tillman AD., H.Hartadi, S.Reksohadiprodjo, S.Prawirokusumo dan S.Lebdosoekotjo, 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tim Penulis PS.1998. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Van Soest, P.J. and L.H.P. Jones. 1968. Effect of silica interaksi forages upon digestiliby. J.Dairy Sci. 51 : 1644 – 1648. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminant, Comstock Publishing Assoc. Cornell University Press, USA. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Walker. H.G. and G.O.Kohler, 1978. Treated and Untreated Cellulosic Wastes and Animal Feeds. Recents Work interaksi the United States of America. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Wanapat, M.S., S.Praserdsuk, Chatai and Sivapraphagon. 1982. Effects on rice straw utilization of treatment with ammonia released from urea and or supplementation with cassava chips. Paper at the 2<sup><span style="position: relative; top: -3pt;">nd</span></sup>. Annual workshop of the AFAR Research Network 3-7 May 1982. UPM. Malaysia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Wardhani, W.K., A.Musofie dan S.Tedjowahjono, 1987. Pengaruh Bahan Tambahan Tetes dan Urea terhadap Kualitas, Palatabilitas dan Koefisien Cerna Silase Pucuk Tebu. Puslitbang Peternakan. Bogor. <o:p></o:p></span></p> </div> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><br /> </span> <p class="MsoNormal"><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">©2004 Digitized by USU digital library </span></i>36<span style=""><o:p></o:p></span></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-46976204672385140242007-12-13T11:16:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.864-07:00BUDIDAYA AYAM PETELUR<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GFQhpGGpI/AAAAAAAAAC0/0JQBGqP1z8U/s1600-h/ayam_petelur.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GFQhpGGpI/AAAAAAAAAC0/0JQBGqP1z8U/s320/ayam_petelur.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143538768388954770" border="0" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>1.</strong><span style=""> </span><strong>SEJARAH SINGKAT</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan <em>ayam petelur unggul.</em><br /><br />Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region>) dengan ayam liar di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan <em>ayam negeri</em> (kala itu masih merupakan ayam negeri <em>galur murni</em>). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/<em>ayam ras</em> ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.<br /><br />Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur <em>white leghorn</em> yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga<br />menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.<br /><br />Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di <st1:place st="on">Asia</st1:place> dan Afrika.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>2.</strong><span style=""> </span><strong>SENTRA PETERNAKAN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region> terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di <st1:place st="on">Asia</st1:place> dan Afrika serta sebagian Eropa.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>3.</strong><span style=""> </span><strong>J E N I S</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span>Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>1)</strong><span style=""> </span><strong>Tipe Ayam Petelur Ringan.</strong><br />Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>2)</strong><span style=""> </span><strong>Tipe Ayam Petelur Medium.</strong><br />Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>4.</strong><span style=""> </span><strong>MANFAAT</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>5.</strong><span style=""> </span><strong>PERSYARATAN LOKASI</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1)<span style=""> </span>Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2)<span style=""> </span>Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3)<span style=""> </span>Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>6.</strong><span style=""> </span><strong>PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span>Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan) </p> <p class="MsoNormal"><strong>6.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyiapan Sarana dan Peralatan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><strong><i>Kandang</i></strong><b><i><br /> </i></b>Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.<br /><br /> Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.<br /><br /> Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.<br /><br /> Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).</li><li class="MsoNormal" style=""><em><b>Peralatan</b></em></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">a.<span style=""> </span>Litter (alas lantai)<br />Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">b.<span style=""> </span>Tempat bertelur<br />Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">c.<span style=""> </span>Tempat bertengger<br />Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">d.<span style=""> </span>Tempat makan, minum dan tempat grit<br />Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus </p> <ol start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.2.</strong><span style=""> </span><strong>Peyiapan Bibit</strong><br />Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:<br />a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.<br />b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.<br />c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.<br /><br /><st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:<br />a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.<br />b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .<br />c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.<br />d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.<br />e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.<br />f) Tidak ada letakan tinja diduburnya. </p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><strong><i>Pemilihan Bibit dan Calon Induk</i></strong><br /> Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">a.<span style=""> </span>Konversi Ransum.<br />Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu<br />banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit<br />ayamnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">b.<span style=""> </span>Produksi Telur.<br />Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.</p> <p class="MsoNormal">c.<span style=""> </span>Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.<br />Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em> 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em> 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em> 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em> 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em>260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em> 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur<em>(hen house)</em>280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em> 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em>272, ransum 1,98 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em> 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em> 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em> 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span><st1:city st="on"><st1:place st="on">Warren</st1:place></st1:city> sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur<em>(hen house)</em> 280, ransum 2,04 kg/dosin telur. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style=""> </span></span><!--[endif]--><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.3.</strong><span style=""> </span><strong>Pemeliharaan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><em><b>Sanitasi dan Tindakan Preventif</b></em><br /> Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.</li><li class="MsoNormal" style=""><em><b>Pemberian Pakan</b></em><b><i><br /> </i></b>Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).</li></ol> <p class="MsoNormal">a.<span style=""> </span>Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.<br />Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal">b.<span style=""> </span>Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;"><o:p> </o:p></p> <ol start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style="">Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;">a.<span style=""> </span>Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.<br />Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;">b.<span style=""> </span>Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor. </p> <ol start="4" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><em><b>Pemberian Vaksinasi dan Obat</b></em><br /> Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:<br /><br /> Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.<br /><br /> Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.<br /><br /> Macam-macam vaksin:<br /> a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna<br /> b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)<br /> c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.<br /> d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.<br /> e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.<br /><br /> Persyaratan dalam vaksinasi adalah:<br /> a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.<br /> b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.<br /> c) Sterilisasi alat-alat. </li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="">6.<span style=""> </span></span><!--[endif]--><em><b>Pemeliharaan Kandang</b></em><br />Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>7.</strong><span style=""> </span><strong>HAMA DAN PENYAKIT</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>7.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit</strong></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Berak putih (pullorum)</b></em><br />Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: Salmonella pullorum.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: diobati dengan antibiotika</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Foel typhoid</b></em><br />Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: Salmonella gallinarum.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dengan antibiotika/preparat sulfa.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>3.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Parathyphoid</b></em><br />Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: bakteri dari genus Salmonella.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>4.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Kolera</b></em><br />Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: pasteurella multocida.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>5.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Pilek ayam (Coryza)</b></em><br />Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>6.</i></strong><span style=""> </span><em><b>CRD</b></em><br />CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. <strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>7.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Infeksi synovitis</i></strong><br />Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: bakteri dari genus Mycoplasma.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: dengan antibiotika.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>7.2.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit karena Virus</strong></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Newcastle disease (ND)</i></strong><b><i><br /></i></b>ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease. </p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Infeksi bronchitis</b></em><br />Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.</p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>3.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Infeksi laryngotracheitis</b></em><br />Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.</p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>4.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Cacar ayam (Fowl pox)</b></em><br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.</p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>5.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Marek</b></em><br />Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.</p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>6.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Gumboro</i></strong><br />Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>7.3.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit karena Jamur dan Toksin</strong><br />Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :</p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Muntah darah hitam (Gizzerosin)</i></strong><br />Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam<br />tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun. <b><i><br /><strong>P</strong></i></b><span class="underline">engendalian</span>: belum ada. </p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Racun dari bungkil kacang</i></strong><br />Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>7.4.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit karena Parasit</strong></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Cacing</i></strong><br />Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif. </p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Kutu</b></em><br />Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>7.5.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit karena Protoza</strong><br />Penyakit ini berasal dari protozoa (<em>trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead</em>), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>8.</strong><span style=""> </span><strong>P A N E N</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span><strong>8.1.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Utama</strong><br />Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>8.2.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Tambahan</strong><br />Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>8.3.</strong><span style=""> </span><strong>Pengumpulan</strong><br />Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas <em>egg tray</em> (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>8.4.</strong><span style=""> </span><strong>Pembersihan</strong><br />Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>9.</strong><span style=""> </span><strong>PASCA PANEN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>---</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>10.</strong><span style=""> </span><strong>ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>10.1.</strong><span style=""> </span><strong>Analisis Usaha Budidaya</strong><br />Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.<br /><br /><strong><i>1) Biaya produksi</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Modal tetap (investasi)<br />- Kandang dan atap<br />- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-<br />Jumlah biaya modal tetap <span style=""> </span><br />Rp. 225.000,-<br />Rp. 2.626.000,-<br />Rp. 2.850.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Modal kerja/variabel<br />- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30<br />- Penyusutan kandang (4tahun)<br />- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)<br />- Obat-obatan<br />- Resiko kematian 3% per tahun <span style=""> </span><br />Rp. 490.000,-<br />Rp. 4.700,-<br />Rp. 109.375,-<br />Rp. 1.000,-<br />Rp. 6.565,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span>Jumlah biaya modal kerja <span style=""> </span>Rp. 611.640,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span><strong>Jumlah biaya prasarana produksi</strong><span style=""> </span><strong>Rp. 611.640,- </strong></p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>2) Pendapatan</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Telur 60 x Rp. 650,- x 30 <span style=""> </span>Rp. 1.170.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- <span style=""> </span>Rp. 58.750,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span><strong>Jumlah pendapatan</strong><span style=""> </span><strong>Rp. 1.228.750,-</strong></p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>3) Keuntungan</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- <span style=""> </span>= Rp. 617.110,-</p> <p class="MsoNormal"><br /><em><b>4) Parameter kelayakan usaha</b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>B/C ratio<span style=""> </span>= 2,0</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><br />Keterangan :<br />- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan<br />- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998<br />- Diperlukan luas tanah 40 m2 </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>10.2.</strong><span style=""> </span><strong>Gambaran Peluang Agribisnis</strong><br />Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal.<br /><br />Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>11.</strong><span style=""> </span><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1.<span style=""> </span>Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>12.</strong><span style=""> </span><strong>KONTAK HUBUNGAN</strong> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">1.<span style=""> </span>Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS<br />Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id</a> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span><em><b>Sumber :</b></em><br />Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"> </p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-24480527431402969372007-12-13T11:11:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.898-07:00BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bp2.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GEfRpGGoI/AAAAAAAAACs/ors1XUfNW3A/s1600-h/ayam_pedaging_1_p1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://bp2.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GEfRpGGoI/AAAAAAAAACs/ors1XUfNW3A/s320/ayam_pedaging_1_p1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143537922280397442" border="0" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>1.</strong><span style=""> </span><strong>SEJARAH SINGKAT</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>2.</strong><span style=""> </span><strong>SENTRA PETERNAKAN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>3.</strong><span style=""> </span><strong>J E N I S</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab<br />semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.<br />Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>4.</strong><span style=""> </span><strong>MANFAAT</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span>Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">1)<span style=""> </span>penyediaan kebutuhan protein hewani</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2)<span style=""> </span>pengisi waktu luang dimasa pensiun</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3)<span style=""> </span>pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">4)<span style=""> </span>tabungan di hari tua</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">5)<span style=""> </span>mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>5.</strong><span style=""> </span><strong>PERSYARATAN LOKASI</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1)<span style=""> </span>Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2)<span style=""> </span>Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3)<span style=""> </span>Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>6.</strong><span style=""> </span><strong>PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span>Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan) </p> <p class="MsoNormal"><strong>6.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyiapan Sarana dan Peralatan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><strong><i>Perkandangan</i></strong><b><i><br /> </i></b>Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.</li><li class="MsoNormal" style=""><em><b>Peralatan</b></em></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">a.<span style=""> </span>Litter (alas lantai)<br />Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">b.<span style=""> </span>Indukan atau brooder<br />Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">c.<span style=""> </span>Tempat bertengger (bila perlu)<br />Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">d.<span style=""> </span>Tempat makan, minum dan tempat grit<br />Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">e.<span style=""> </span>Alat-alat rutin<br />Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.</p> <ol start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.2.</strong><span style=""> </span><strong>Pembibitan</strong><br />Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:<br />a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya<br />b) pertumbuhan dan perkembangannya normal<br />c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.<br />d) tidak ada lekatan tinja di duburnya. </p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><strong><i>Pemilihan Bibit dan Calon Induk</i></strong><br /><st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">a.<span style=""> </span>Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">b.<span style=""> </span>Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">c.<span style=""> </span>Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">d.<span style=""> </span>Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">e.<span style=""> </span>Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">f.<span style=""> </span>Tidak ada letakan tinja diduburnya.</p> <ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style=""> </span></span><!--[endif]--><strong><i>Perawatan Bibit dan Calon Induk</i></strong><br />Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.3.</strong><span style=""> </span><strong>Pemeliharaan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><em><b>Pemberian Pakan dan Minuman</b></em><br /> Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).</li></ol> <p class="MsoNormal">a.<span style=""> </span>Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.<br />Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal">b.<span style=""> </span>Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">-<span style=""> </span>kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;"><o:p> </o:p></p> <ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style="">Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;">a.<span style=""> </span>Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah<br />sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt;">b.<span style=""> </span>Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.</p> <ol start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style=""> </span></span><!--[endif]--><em><b>Pemeliharaan Kandang</b></em><br />Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>7.</strong><span style=""> </span><st1:city st="on"><st1:place st="on"><strong>HAMA</strong></st1:place></st1:city><strong> DAN PENYAKIT</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>7.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit</strong></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Berak darah (Coccidiosis)</b></em><br /><strong><i>G</i></strong>ejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.<br /><strong><i>P</i></strong>engendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)</b></em><br /><strong><i>G</i></strong>ejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.<br /><strong><i>P</i></strong>engendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>7.2.</strong><span style=""> </span><st1:city st="on"><st1:place st="on"><strong>Hama</strong></st1:place></st1:city></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Tungau (kutuan)</i></strong><br /><strong><i>G</i></strong>ejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.<br /><strong><i>P</i></strong>engendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>8.</strong><span style=""> </span><strong>P A N E N</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span><strong>8.1.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Utama</strong><br />Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>8.2.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Tambahan</strong><br />Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>9.</strong><span style=""> </span><strong>PASCA PANEN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span><strong>9.1.</strong><span style=""> </span><strong>Stoving</strong><br />Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>9.2.</strong><span style=""> </span><strong>Pemotongan</strong><br />Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>9.3.</strong><span style=""> </span><strong>Pengulitan atau Pencabutan Bulu</strong><br />Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>9.4.</strong><span style=""> </span><strong>Pengeluaran Jeroan</strong><br />Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>9.5.</strong><span style=""> </span><strong>Pemotongan Karkas</strong><br />Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>10.</strong><span style=""> </span><strong>ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>10.1.</strong><span style=""> </span><strong>Analisis Usaha Budidaya</strong><br />Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">a.<span style=""> </span>jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">b.<span style=""> </span>sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">c.<span style=""> </span>luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">d.<span style=""> </span>kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">e.<span style=""> </span>ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">f.<span style=""> </span>lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">g.<span style=""> </span>menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">h.<span style=""> </span>penerangan dengan lampu listrik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">i.<span style=""> </span>umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">j.<span style=""> </span>litter/alas kandang menggunakan sekam padi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">k.<span style=""> </span>jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">l.<span style=""> </span>tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">m.<span style=""> </span>lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">n.<span style=""> </span>berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">o.<span style=""> </span>harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">p.<span style=""> </span>ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">q.<span style=""> </span>nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">r.<span style=""> </span>bunga Bank yaitu 1,5%/bulan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">s.<span style=""> </span>nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">t.<span style=""> </span>perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.</p> <p class="MsoNormal"><br />Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :<br /><strong><i>1) Biaya prasarana produksi</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-<span style=""> </span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Kandang ukuran 20 x 5 m<br />- Bambu 180 batang @ Rp 1250,<br />- Semen 4 zak @ Rp 7000,<br />- Kapur 30 zak @ Rp 6000,<br />- Genting 2600 bh @ Rp 90,<br />- Paku reng 5 kg @ Rp 2000,<br />- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,<br />- Batu bata 1000 buah @ Rp 55,<br />- Pasir 1 truk<br />- Tali 28 meter @ Rp 5000,<br />- Tenaga kerja <span style=""> </span><br />Rp. 225.000,-<br />Rp. 28.000,-<br />Rp. 18.000,-<br />Rp. 234.000,-<br />Rp. 10.000,-<br />Rp. 12.600,-<br />Rp. 55.000,-<br />Rp. 230.000,-<br />Rp. 14.000,-<br />Rp. 400.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>Peralatan<br />- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,<br />- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880,<br />- Sekop 1 bh<br />- Ember 2 bh @ Rp 2000,<br />- Tong bak air 1 bh<br />- Ciduk 2 bh @ Rp 500,<br />- Tabung gas besar 1 bh<br />- Thermometer 1 bh<br />- Regulator 1 bh<br />- Brooder (gasolec) 1 bh<br />- Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,- <span style=""> </span><br />Rp. 140.000,-<br />Rp. 124.000,-<br />Rp. 7.000,-<br />Rp. 4.000,-<br />Rp. 15.000,-<br />Rp. 1.000,-<br />Rp. 250.000,-<br />Rp. 2.000,-<br />Rp. 52.500,-<br />Rp. 15.000,-<br />Rp. 60.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span><strong>Jumlah biaya prasarana produksi</strong><span style=""> </span><strong>Rp. 2.052.000,-</strong></p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>2) Biaya sarana produksi</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- <span style=""> </span>Rp. 900.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Pakan dan obat-obatan<br />- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000,<br />- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000,<br />- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor <span style=""> </span><br />Rp. 1.116.000,-<br />Rp. 1.156.000,-<br />Rp. 150.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- <span style=""> </span>Rp. 157.500,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">d.<span style=""> </span>Lain-lain<br />- sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,-<br />- karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,-<br />- pemakaian listrik selama 0-6 minggu<br />- pemakaian gas <span style=""> </span>Rp. 10.000,-<br />Rp. 60.000,-<br />Rp. 2.400,-<br />Rp. 7.000,-<br />Rp. 35.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span><strong>Jumlah biaya prasarana produksi</strong><span style=""> </span><strong>Rp. 3.583.900,- </strong></p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>3) Biaya produksi</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan <span style=""> </span>Rp. 20.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Nilai susut prasarana produksi/2 bln<br />- kandang<br />- Peralatan Rp 805.660,- : 30 <span style=""> </span><br />Rp. 51.109,-<br />Rp. 26.856,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>Bibit DOC 1000 ekor <span style=""> </span>Rp. 900.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">d.<span style=""> </span>Pakan dan obat-obatan <span style=""> </span>Rp. 2.422.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">e.<span style=""> </span>Tenaga kerja <span style=""> </span>Rp. 157.500,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">f.<span style=""> </span>lain-lain <span style=""> </span>Rp. 104.400,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">g.<span style=""> </span>Bunga modal 1,5% per bulan <span style=""> </span>Rp. 84.543,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">h.<span style=""> </span>Bulan modal 1,5 bulan <span style=""> </span>Rp. 126.815,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span><strong>Jumlah biaya prasarana produksi</strong><span style=""> </span><strong>Rp. 3.808.680,-</strong></p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>4) Pendapatan</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,-<span style=""> </span>Rp. 4.112.500,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Nilai Pupuk kandang<span style=""> </span>Rp. 60.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>Jumlah pendapatan<span style=""> </span>Rp. 4.172.500,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">d.<span style=""> </span>Keuntungan<span style=""> </span>Rp. 363.820,-</p> <p class="MsoNormal"><br /><em><b>5) Parameter kelayakan usaha</b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>BEP Volume Produksi<span style=""> </span>= 870 ekor</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>BEP Harga Produksi<span style=""> </span>Rp. 3.316.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>B/C Ratio<span style=""> </span>= 1,09</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">d.<span style=""> </span>ROI<span style=""> </span>= 6,45 %</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">e.<span style=""> </span>Rasio keuntungan terhadap pendapatan<span style=""> </span>= 8,71 %</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">f.<span style=""> </span>Tingkat pengembalian modal<span style=""> </span>= 2,6 th.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>10.2.</strong><span style=""> </span><strong>Gambaran Peluang Agribisnis</strong><br />Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>11.</strong><span style=""> </span><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1.<span style=""> </span>Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>12.</strong><span style=""> </span><strong>KONTAK HUBUNGAN</strong> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">1.<span style=""> </span>Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS<br />Jl.Sunda Kelapa No. 7 <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id</a> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span><em><b>Sumber :</b></em><br />Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-34424499692487218592007-12-13T11:10:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.927-07:00BUDIDAYA BURUNG PUYUH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bp1.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GD1BpGGnI/AAAAAAAAACk/JjxDb1N2wgE/s1600-h/burung_puyuh.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://bp1.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GD1BpGGnI/AAAAAAAAACk/JjxDb1N2wgE/s320/burung_puyuh.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143537196430924402" border="0" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>1.</strong><span style=""> </span><strong>SEJARAH SINGKAT</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>2.</strong><span style=""> </span><strong>SENTRA PETERNAKAN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>3.</strong><span style=""> </span><strong>J E N I S</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;"> <span style=""> </span>kelas<span style=""> </span>: Aves (Bangsa Burung)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Ordo <span style=""> </span>: Galiformes</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Sub Ordo <span style=""> </span>: Phasianoidae</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Famili <span style=""> </span>: Phasianidae</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Sub Famili <span style=""> </span>: Phasianinae</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Genus<span style=""> </span>: Coturnix</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Species<span style=""> </span>: Coturnix-coturnix Japonica</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>4.</strong><span style=""> </span><strong>MANFAAT</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1)<span style=""> </span>Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2)<span style=""> </span>Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3)<span style=""> </span>Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>5.</strong><span style=""> </span><strong>PERSYARATAN LOKASI</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1)<span style=""> </span>Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2)<span style=""> </span>Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3)<span style=""> </span>Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">4)<span style=""> </span>Bukan merupakan daerah sering banjir</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">5)<span style=""> </span>Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>6.</strong><span style=""> </span><strong>PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span>Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan) </p> <p class="MsoNormal"><strong>6.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyiapan Sarana dan Peralatan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><strong><i>Perkandangan</i></strong><b><i><br /> </i></b>Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.<br /><br /> Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.<br /><br /> Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">a.<span style=""> </span>Kandang untuk induk pembibitan<br />Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">b.<span style=""> </span>Kandang untuk induk petelur<br />Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">c.<span style=""> </span>Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)<br />Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.<br />Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt;">d.<span style=""> </span>Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)<br />Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.</p> <ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p> </o:p><br /></li><li class="MsoNormal" style=""><em><b>Peralatan</b></em><br /> Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan. </li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.2.</strong><span style=""> </span><strong>Peyiapan Bibit</strong><br />Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.<br /><br />Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">a.<span style=""> </span>Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">b.<span style=""> </span>Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">c.<span style=""> </span>Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>6.3.</strong><span style=""> </span><strong>Pemeliharaan</strong></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><strong><i>Sanitasi dan Tindakan Preventif</i></strong><br /> Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.</li><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><em><b>Pengontrolan Penyakit</b></em><br /> Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.</li><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><em><b>Pemberian Pakan</b></em><br /> Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style=""> </span></span><!--[endif]--><strong><i>Pemberian Vaksinasi dan Obat</i></strong><br />Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>7.</strong><span style=""> </span><st1:city st="on"><st1:place st="on"><strong>HAMA</strong></st1:place></st1:city><strong> DAN PENYAKIT</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>7.1.</strong><span style=""> </span><strong>Penyakit</strong></p> <p style="margin-left: 3pt;"><strong><i>1.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Radang usus (Quail enteritis)</b></em><br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>2.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)</b></em><br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>3.</i></strong><span style=""> </span><strong><i>Berak putih (Pullorum)</i></strong><br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>4.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Berak darah (Coccidiosis)</b></em><br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>5.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Cacar Unggas (Fowl Pox)</b></em><br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan<br />mengeluarkan darah.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>6.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Quail Bronchitis</b></em><br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>7.</i></strong><span style=""> </span><em><b>Aspergillosis</b></em><br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: cendawan Aspergillus fumigatus.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><strong><i>8.</i></strong><span style=""> </span>Cacingan<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">enyebab</span>: sanitasi yang buruk.<br /><strong><i>G</i></strong><span class="underline">ejala</span>: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.<br /><strong><i>P</i></strong><span class="underline">engendalian</span>: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>8.</strong><span style=""> </span><strong>P A N E N</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span><strong>8.1.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Utama</strong><br />Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>8.2.</strong><span style=""> </span><strong>Hasil Tambahan</strong><br />Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>9.</strong><span style=""> </span><strong>PASCA PANEN</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span>---</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>10.</strong><span style=""> </span><strong>ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN</strong></p> <p class="MsoNormal"> <span style=""> </span><strong>10.1.</strong><span style=""> </span><strong>Analisis Usaha Budidaya</strong><br /><b><i><br /><em>1) Investasi</em></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m<br />(1 jalur + tempat makan dan minum) <span style=""> </span><br />Rp. 2.320.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>kandang besar <span style=""> </span>Rp. 1.450.000,-</p> <p class="MsoNormal"><br />2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) <span style=""> </span>Rp. 1.596.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Obat (Vitamin + Vaksin) <span style=""> </span>Rp. 145.000,-</p> <p class="MsoNormal">c.<span style=""> </span>Pakan (selama 60 hari)<br />Jumlah biaya produksi<br />Keadaan puyuh:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">-<span style=""> </span>Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">-<span style=""> </span>Resiko mati 5%, sisa 1900</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">-<span style=""> </span>Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">-<span style=""> </span>Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">-<span style=""> </span>Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">Minus <span style=""> </span>Rp. 2.981.200,-<br />Rp. 4.722.200,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.7pt;">Rp. 4.408.000,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">Rp. -314.200,-</p> <p class="MsoNormal"><br /><strong><i>3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)</i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>200 DOQ x Rp 798,- <span style=""> </span>Rp. 159.600,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Obat (vitamin dan Vaksinasi) <span style=""> </span>Rp. 290.000,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) <span style=""> </span>Rp. 2.459.925,- </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span>Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) <span style=""> </span>Rp. 5.264.051,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"> <span style=""> </span>Jumlah biaya produksi <span style=""> </span>Rp. 8.173.576,-</p> <p class="MsoNormal"><br />Keadaan puyuh:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir<span style=""> </span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- <span style=""> </span>Rp. 7.723.125,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- <span style=""> </span>Rp. 5.854.375,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- <span style=""> </span>Rp. 59.850,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">-<span style=""> </span>Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- <span style=""> </span>Rp. 155.150,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><em><b>4)</b></em><span style=""> </span><em><b>Keuntungan dari hasil penjualan</b></em><span style=""> </span><em><b>Rp. 5.618.924,-</b></em></p> <p class="MsoNormal"><b><i><br /><em>5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)</em></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Biaya untuk umur 4-8 bulan<span style=""> </span>Rp. 1.625.137,-</p> <p class="MsoNormal"><b><i><br /><em>6) Pendapatan</em></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">a.<span style=""> </span>Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- <span style=""> </span>Rp. 20.080.125,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">b.<span style=""> </span>Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- <span style=""> </span>Rp. 1.288.770,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">c.<span style=""> </span>Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- <span style=""> </span>Rp. 51.475,-</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;">d.<span style=""> </span>Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- <span style=""> </span>Rp. 155.150,-</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3pt;"><em><b>7)</b></em><span style=""> </span><em><b>Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual</b></em><span style=""> </span><em><b>Rp. 10.950.113,-</b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><br />Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"><strong>10.2.</strong><span style=""> </span><strong>Gambaran Peluang Agribisnis</strong><br />---</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><strong>11.</strong><span style=""> </span><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;"> <span style=""> </span>1.<span style=""> </span>Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Udayana.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">3.<span style=""> </span>Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">4.<span style=""> </span>Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><strong>12.</strong><span style=""> </span><strong>KONTAK HUBUNGAN</strong> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">1.<span style=""> </span>Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS<br />Jl.Sunda Kelapa No. 7 <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5pt;">2.<span style=""> </span>Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id</a> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.7pt;"> <span style=""> </span><em><b>Sumber :</b></em><br />Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-19755509383369311842007-12-13T11:00:00.000-08:002015-09-15T14:38:49.964-07:00BUDIDAYA TERNAK DOMBA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bp1.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GCxBpGGmI/AAAAAAAAACc/xNRcONUKXp4/s1600-h/domba.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://bp1.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GCxBpGGmI/AAAAAAAAACc/xNRcONUKXp4/s320/domba.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143536028199819874" border="0" /></a><br /> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 0in;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="1" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 3pt; width: 3%;" width="3%"> <p class="MsoNormal"><strong>1.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; width: 97%;" width="97%"> <p class="MsoNormal"><strong>SEJARAH SINGKAT</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 15pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 15pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 15pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>2.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>SENTRA PETERNAKAN</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>3.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>J E N I S</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal">1)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal">Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">2)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">3)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">4) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><br /> Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>4.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>MANFAAT</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>5.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>PERSYARATAN LOKASI</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>6.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 1638.35pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 1638.35pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 1638.35pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 1.5pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 1.5pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>6.1.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 1.5pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal">Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.Penyiapan Sarana dan Peralatan<o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 0in; height: 0.75pt;" valign="top"> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><strong><i>Perkandangan</i></strong><b><i><br /> </i></b>Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.<br /> <br /> Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:<o:p></o:p></li></ol> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%; margin-left: 0.5in;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><br /> Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.<br /> <br /> Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu: <o:p></o:p></li></ol> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%; margin-left: 0.5in;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Tipe kandang Panggung<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Tipe kandang Lemprak<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <span style=";font-family:";font-size:12;" > <ol start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p><br /></li></ol> </span></td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 399.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 399.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>6.2.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 399.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;"><strong>Peyiapan Bibit</strong><br /> Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.<o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" width="3%"> <p class="MsoNormal">1)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" width="97%"> <p class="MsoNormal">Pemilihan Bibit Calon Induk<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="54" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">2)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Reproduksi dan Perkawinan<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal">Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu. <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">3)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Proses Kelahiran<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 2.25pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 2.25pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 2.25pt;"> <p class="MsoNormal" style="">Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.<br /> <br /> Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:<br /> a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.<br /> b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.<br /> c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.<br /> d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.<br /> e. Sering kencing.<br /> <br /> Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih. <o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>6.3.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>Pemeliharaan</strong><o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="237" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%;" width="4%"> <p class="MsoNormal">1)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%;" width="96%"> <p class="MsoNormal">Sanitasi dan Tindakan Preventif<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style="">Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">2)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pengontrolan Penyakit<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">3)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Perawatan Ternak<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal">Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.<br /> <br /> Perawatan ternak dewasa meliputi: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari pagi.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Mencukur Bulu<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Merawat dan Memotong Kuku<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">4)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pemberian Pakan<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p> <o:p></o:p></p> <p style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal">Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%; height: 0.75pt;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal" style="">a. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%; height: 0.75pt;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal" style="">Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">d. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><br /> Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" width="97%"> <p class="MsoNormal">Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">c. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">d.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">e.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><br /> Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 97%;" valign="top" width="97%"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">d.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">e.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">f. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">g.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">h.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">i. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">j. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gr/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">k.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">l.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">m.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">n.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">o. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">p.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">q.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">r.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">s.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">t.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">u.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">5)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pemberian Vaksinasi dan Obat<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">6)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pemeliharaan Kandang<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>7.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>HAMA DAN PENYAKIT</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;"> <p class="MsoNormal" style=""> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal">1)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Mencret</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong><u>Penyebab:</u></strong> bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. <b><u><br /> <strong>Pengobatan:</strong></u></b> antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">2)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Radang Pusar</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong><u>Penyebab:</u></strong> alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.<br /> <strong><u>Gejala :</u></strong> terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan.<br /> <strong><u>Pengobatan:</u></strong> dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan)<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">3)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Cacar Mulut</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan.<b><u><br /> <strong>Gejala :</strong></u></b> cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">4)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Titani</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong><u>Penyebab:</u></strong> kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan.<br /> <strong><u>Gejala :</u></strong> domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">5)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Radang Limoah</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia<br /> <strong><u>Penyebab: </u></strong>bakteri Bacillus anthracis.<b><u><br /> <strong>Gejala :</strong></u></b> suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang.<b><u><br /> <strong>Pengendalian : </strong></u></b>dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular. <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">6)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Mulut dan Kuku</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku.<b><u><br /> <strong>Penyebab: </strong></u></b>virus dan menyerang semua usia pada domba<b><u><br /> <strong>Gejala :</strong></u></b> mulut melepuh diselaputi lendir.<b><u><br /> <strong>Pengendalian :</strong></u></b> membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">7)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Ngorok</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong><u>Penyebab:</u></strong> bakteri Pasteurella multocida.<br /> <strong><u>Gejala :</u></strong> nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur.<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">8)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Perut Kembung</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong><u>Penyebab:</u></strong> pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. <b><u><br /> <strong>Gejala :</strong></u></b>lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">9)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Parasit Cacing</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. <b><u><br /> <strong>Penyebab:</strong></u></b>cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). <b><u><br /> <strong>Pengendalian :</strong></u></b> diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat<br /> minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220<br /> mg/kg berat tubuh domba.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">10)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Kudis</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba.<br /> <strong><u>Penyebab:</u></strong> parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. <strong><u>Gejala :</u></strong> tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor.<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">11)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Dermatitis</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.<br /> <strong><u>Penyebab:</u></strong> virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba.<br /> <strong><u>Gejala :</u></strong> terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">12)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em>Penyakit Kelenjar Susu</em><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.<br /> <strong><u>Penyebab:</u></strong> ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan.<br /> <strong><u>Gejala :</u></strong> ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang.<br /> <strong><u>Pengendalian :</u></strong> pemberian obatobatan antibiotika melalui air minum.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><br /> Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 0.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal">a) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 0.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal" style="">Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">d)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">e)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">f) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">g)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Tatalaksana kandang diatur dengan baik.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">h)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>8.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>P A N E N</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 88.5pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 88.5pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 88.5pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 0.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>8.1.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 0.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Hasil Utama</strong><br /> Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>8.2.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Hasil Tambahan</strong><br /> Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>8.3.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Pembersihan</strong><b><br /> </b>Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak tercemar oleh bakteri dan kotoran. <o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>9.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>PASCA PANEN</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 235.5pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 235.5pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 235.5pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 0.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal"><strong>9.1.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 0.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal"><strong>Stoving</strong><b><br /> </b>Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 0.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal">1) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 0.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal" style="">Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">2) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">3) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">4) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style=""><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>9.2.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Pengulitan</strong><b><br /> </b>Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat. <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>9.3.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Pengeluaran Jeroan</strong><b><br /> </b>Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut domba. <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>9.4.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Pemotongan Karkas</strong><b><br /> </b>Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. <o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>10.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA </strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 753pt;"> <td style="padding: 3pt; height: 753pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt; height: 753pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 711.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 711.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal"><strong>10.1.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 711.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal"><strong>Analisis Usaha Budidaya</strong><br /> Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut:<br /> <br /> <strong><i>1) Biaya produksi</i></strong><o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%; height: 0.75pt;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 65%; height: 0.75pt;" valign="top" width="65%"> <p class="MsoNormal" style="">Lahan<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 32%; height: 0.75pt;" valign="top" width="32%"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Sewa tanah 700 m2 (5 bulan) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 100.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bibit<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 4.000.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bangunan dan peralatan<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">- Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 720.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 704.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 32.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 25.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 1.296.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tali 42 m @ Rp. 700,00 <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 29.400,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 56.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 108.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 8.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 7.500,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Genting 1.200 buah @ Rp.200,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 240.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tali 15 m @ Rp. 700,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 10.500,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Peralatan<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 250.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 25.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 7.500,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 70.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 6.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">d. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Pakan<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,-<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 17.000.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Konsentrat <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 2.450.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 1.068.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,-<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 1.112.500,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 480.690,- <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 512.820,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,-<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 17.800,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 14.100,- <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 14.100,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">e. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="">Tenaga kerja<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:78%;"><o:p> </o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 784.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 105.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">- Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 884.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">f. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Biaya tak terduga 10% <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 3.213.800,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td colspan="2" style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Total Modal Usaha Tani <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Rp. 35.351.710,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><br /> <strong><i>2) Pendapatan</i></strong><o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 3%; height: 0.75pt;" valign="top" width="3%"> <p class="MsoNormal">a.<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 65%; height: 0.75pt;" valign="top" width="65%"> <p class="MsoNormal" style="">Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 32%; height: 0.75pt;" valign="top" width="32%"> <p class="MsoNormal" style="">Rp. 38.000.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b. <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Nilai penjualan pupuk kandang<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Rp 250.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td colspan="2" style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Total Pendapatan (II)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal">Rp. 38.250.000,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;"> <p class="MsoNormal"><strong><i>3) Keuntungan usaha : </i></strong>(II - I)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 32%;" width="32%"> <p class="MsoNormal">Rp. 2.898.290,-<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"> <br /> <strong><i>4) Parameter kelayakan usaha</i></strong><b><i><br /> <br /> </i></b> Total Pendapatan<br /> a. B/C Ratio = ___________________ = 1,08<br /> Total biaya produksi <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>10.2.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; height: 0.75pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><strong>Gambaran Peluang Agribisnis</strong><br /> ---<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>11.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style="height: 0.75pt;"> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%; height: 0.75pt;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal" style="">a) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%; height: 0.75pt;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal" style="">Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">b)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">c) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">d) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">e) <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>12.</strong><o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><strong>KONTAK HUBUNGAN</strong> <o:p></o:p></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 1.5pt; width: 4%;" valign="top" width="4%"> <p class="MsoNormal">1)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt; width: 96%;" valign="top" width="96%"> <p class="MsoNormal">Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS<br /> Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829<o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">2)<o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 1.5pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal">Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek,<br /> Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia,<br /> Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,<br /> Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank" title="http://www.ristek.go.id">http://www.ristek.go.id</a><o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> <td style="padding: 3pt;" valign="top"> <p class="MsoNormal"><em><b>Sumber :</b></em><br /> Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas<o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="padding: 0in;"> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" style="width: 90%;" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="90%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 0in;"> <p class="MsoNormal"> <o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-76644424194435064402007-12-13T10:06:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.003-07:00BUDIDAYA TERNAK ITIK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bp0.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GBUxpGGlI/AAAAAAAAACU/21q_qBvpwnA/s1600-h/Itik_1_0.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://bp0.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2GBUxpGGlI/AAAAAAAAACU/21q_qBvpwnA/s320/Itik_1_0.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143534443356887634" border="0" /></a><br />1. SEJARAH SINGKAT<br /> Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).<br /><br />2. SENTRA PETERNAKAN<br /> Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yangmempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.<br /><br />3. J E N I S<br /> Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:<br />1) Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;<br />2) Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;<br />3) Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.<br />Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.<br /><br />4. MANFAAT<br /> 1) Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.<br />2) Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.<br />3) Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.<br />4) Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.<br />5) Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.<br /><br />5. PERSYARATAN LOKASI<br /> Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi.<br /><br />6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA<br /> Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1).Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.<br />6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan<br />Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.<br />Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%<br />Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang<br />Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:<br />a. kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD<br />b. kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok<br />c. kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).<br />Kondisi kandang dan perlengkapannyaKondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen<br /><br />6.2. PembibitanTernak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.<br />1) Pemilihan bibit dan calon indukPemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :<br />a. membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya<br />b. memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas<br />c. membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.<br /><br />2) Perawatan bibit dan calon induk<br />a. Perawatan BibitBibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.<br />b. Perawatan calon IndukCalon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.<br /><br />3) Reproduksi dan PerkawinanReproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).<br /><br />6.3. Pemeliharaan<br />Sanitasi dan Tindakan PreventifSanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.<br />Pengontrol PenyakitDilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.<br />Pemberian PakanPemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:<br />a. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)<br />b. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai<br />c. umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.<br />d. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).<br />Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :<br />a. umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam.<br />b. umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum (terus menerus)<br />c. umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.<br /><br />6. Pemeliharaan KandangKandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.<br /><br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br /> Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:<br />1) penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa<br />2) penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat<br />Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:<br />1. Penyakit Duck CholeraPenyebab: bakteri Pasteurela avicida.Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.<br />2. Penyakit SalmonellosisPenyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.<br /><br />8. P A N E N<br /> 8.1. Hasil UtamaHasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik<br />8.2. Hasil TambahanHasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga<br /><br />9. PASCA PANEN<br /> Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:<br />a) Pengawetan dengan air hangatPengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.<br />b) Pengawetan telur dengan daun jambu bijiPerendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.<br />c) Pengawetan telur dengan minyak kelapaPengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.<br />d) Pengawetan telur dengan natrium silikatBahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.<br />e) Pengawetan telur dengan garam dapurGaram direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu.<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br /> 10.1. Analisis Usaha BudidayaPerkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagai berikut:1) Permodalan<br />a. Modal kerja- Anak itik siap telur um 6 bl 36 paketx500 ek x Rp 6.000 - Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 108.000.000,-Rp 4.000.000,-<br />b. Modal Investasi- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,- Rp 18.000.000,-<br /> Jumlah kebutuhan modalPrasyaratan kredit yang dikehendaki:- Bunga (menurun) 20% /tahun- Masa tanggung angsuran 1 tahun- Lama kredit 3 tahun Rp 130.000.000,-<br />2) Biaya-biaya<br />a. Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 4.000.000,-<br />b. Biaya tetap- Biaya pengambalian kredit:- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I - Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II - Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III - Biaya penyusutan kandang:- biaya penyusutan kandang tahun I - biaya penyusutan kandang tahun II - biaya penyusutan kandang tahun III Rp 14.723.000,-Rp 86.125.000,-Rp 73.125.000,-Rp 3.600.000,-Rp 3.600.000,-Rp 3.600.000,-<br />3) Biaya tidak tetap<br />a. Biaya pembayaran ransum:- biaya ransum tahun I- biaya ransum tahun II- biaya ransum tahun III Rp 245.700.000,-Rp 453.600.000,-Rp 453.600.000,-<br />b. Biaya pembayaran itik siap produksi:- pembayaran tahun I- pembayaran tahun II- pembayaran tahun III Rp 108.000.000,---<br />c. Biaya pembayaran obat-obatan:- biaya pembayaran obat-obatan tahun I- biaya pembayaran obat-obatan tahun II- biaya pembayaran obat-obatan tahun III(Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum) Rp 2.457.000,-Rp 4.536.000,-Rp 4.436.000,-<br />4) Pendapatan<br />a. Penjualan telur tahun I Rp 384.749.920,-<br />b. Penjualan telur tahun II Rp 615.600.000,-<br />c. Penjualan telur tahun III Rp 615.600.000,-<br />d. Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- Rp 5.700.000,-<br /><br />10.2. Gambaran Peluang AgribisnisTelur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanji untuk dikembangkan secara intensif.<br /><br />11. DAFTAR PUSTAKA<br /> 1. Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. Beternak itik secara intensif. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1998<br />2. Redaksi Trubus. Beternak Itik CV. 2000-INA. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1999<br />3. Prawoto; Peternak ternak itik. Desa Sitemu Kec. Taman Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361<br /><br />12. KONTAK HUBUNGAN<br />1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829<br />2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id</a><br /><br /> <br /> Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenaspasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-21869004735461262062007-12-13T09:46:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.038-07:00BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH<a href="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2FxqhpGGjI/AAAAAAAAACE/76T79Un7LBY/s1600-h/sapi_perah_1_0.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143517224832997938" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; CURSOR: hand" alt="" src="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2FxqhpGGjI/AAAAAAAAACE/76T79Un7LBY/s320/sapi_perah_1_0.jpg" border="0" /></a><br /><div>1. SEJARAH SINGKAT<br />Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.<br /><br />2. SENTRA PETERNAKAN<br />Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).<br /><br />3. J E N I S<br />Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.<br /><br />4. MANFAAT<br />Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan<br />pertanian.<br /><br />5. PERSYARATAN LOKASI<br />Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.<br /><br />6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA<br />6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan<br />Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).<br /><br />6.2. PembibitanSyarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.<br />1) Pemilihan bibit dan calon indukUntuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.<br />2) Perawatan bibit dan calon indukSeluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.<br />3) Sistim PemuliabiakanSeringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.<br /><br />6.3. Pemeliharaan<br />Sanitasi dan Tindakan PreventifPada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.<br />Perawatan TernakTernak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.<br />Pemberian PakanPemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:<br />a) sistem penggembalaan (pasture fattening)<br />b) kereman (dry lot fattening)<br />c0 kombinasi cara pertama dan kedua.<br />Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.<br />5. Pemeliharaan KandangKotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.<br /><br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Penyakit<br />1. Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.<br />2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.<br />3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.<br />4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.<br /><br />7.2. Pencegahan SeranganUpaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.<br /><br />8. P A N E N<br />8.1. Hasil UtamaHasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.<br />8.2. Hasil TambahanSelain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.<br /><br />9. PASCA PANEN<br />---<br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />10.1. Analisis Usaha BudidayaUsaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.<br />10.2. Gambaran Peluang AgribisnisUsaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan ratarata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansiinstansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.<br /><br />11. DAFTAR PUSTAKA<br />1. Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).<br />2. Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.<br />3. Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.<br />4. Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.<br />5. Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melalui peningkatan efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.<br />6. Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal.<br />7. Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.: 278-279.<br />8. Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26.<br />9. Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.<br />10. Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press: 82-112; 150.<br />11. Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.<br />12. Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong. Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34.<br />13. Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25.<br />14. Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and health. Proceedings of the International Livestock Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers.<br />15. Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38; 133.<br />16. Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26.<br />17. Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal.<br />18. Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 34-38.<br /><br />12. KONTAK HUBUNGAN<br />1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829<br />2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id/</a><br /><br /><br />Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas<br /><br /><br /></div>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-27101955818206221422007-12-13T09:43:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.059-07:00BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG<a href="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2FzKhpGGkI/AAAAAAAAACM/jh9fgm-foO4/s1600-h/Limousin%20Cow.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5143518874100439618" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; CURSOR: hand" alt="" src="http://bp3.blogger.com/_k-RIHDyuaKc/R2FzKhpGGkI/AAAAAAAAACM/jh9fgm-foO4/s320/Limousin%2520Cow.jpg" border="0" /></a><br /><div>1. SEJARAH SINGKAT<br />Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.<br /><br />2. SENTRA PETERNAKAN<br />Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.<br /><br />3. J E N I S<br />Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapiAceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.<br /><br />4. MANFAAT<br />Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dansebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:<br />1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.<br />2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan<br />3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.<br /><br />5. PERSYARATAN LOKASI<br />Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.<br /><br />6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA<br />6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan<br />Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.<br /><br />1) Konstruksi dan letak kandangKonstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencingsapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasaldari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agakterbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yangbersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dantidak boleh kehabisan setiap saat.Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meterdan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatankandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.<br /><br />2) Ukuran KandangSebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.<br /><br />3) Perlengkapan KandangTermasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.<br /><br /><br />6.2. PembibitanSyarat ternak yang harus diperhatikan adalah:<br />1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.<br />2) Matanya tampak cerah dan bersih.<br />3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.<br />4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.<br />5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.<br />6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.<br />7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.<br />8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.<br />Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:<br />1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.<br />2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.<br />3) laju pertumbuhannya relatif cepat.<br />4) efisiensi bahannya tinggi.<br /><br />6.3. PemeliharaanPemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.<br />Sanitasi dan Tindakan PreventifPada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.<br />Pemberian PakanPada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagimenjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.<br />3. Pemeliharaan KandangKotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.<br /><br /><br />7. HAMA DAN PENYAKIT<br />7.1. Penyakit<br />1. Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.<br />2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.<br /><br />3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.<br />4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.<br /><br />7.2. PengendalianPengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:<br />1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.<br />2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.<br />3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.<br />4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.<br /><br /><br />8. P A N E N<br />8.1. Hasil UtamaHasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya<br />8.2. Hasil TambahanSelain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.<br /><br />9. PASCA PANEN<br />9.1. StovingAda beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:<br />1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan<br />2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.<br />3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.<br />4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.<br /><br />9.2. PengulitanPengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapidibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.<br />9.3. Pengeluaran JeroanSetelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.<br />9.4. Pemotongan KarkasAkhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:<br />Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %<br />Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).<br /><br />10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />10.1. Analisis Usaha BudidayaPerkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:1) Biaya Produksi<br />a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-<br />b. Kandang Rp. 1.000.000,-<br />c. Pakan- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 12.000.000,-Rp. 7.482.500,-<br />d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-<br />Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-<br />2) Pendapatan<br />a. Penjualan sapi keremanTambahan >Rp. 75.000,-<br />Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-<br />2) Pendapatan<br />a. Penjualan sapi keremanTambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kgBerat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kgHarga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-<br />b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-<br />Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-<br />3) Keuntungan<br />a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-<br />4) Parameter kelayakan usaha<br />a. B/C ratio = 1,61<br /><br />10.2. Gambaran Peluang AgribisnisSapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :<br />a) Konsumen AkhirKonsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :<br />1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.<br />2. Konsumen asingKonsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.<br /><br />b) Konsumen IndustriKonsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat<br />Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :<br />a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.<br />b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan<br />c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).<br /><br /><br />11. DAFTAR PUSTAKA<br />1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.<br />2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.<br />3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka<br />4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.<br />5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.<br />6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.<br /><br />12. KONTAK HUBUNGAN<br />1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829<br />2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: <a href="http://www.ristek.go.id/" target="_blank">http://www.ristek.go.id/</a><br /><br /><br />Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas</div>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-2261433792224377962007-12-13T09:40:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.093-07:00PENERAPAN TEKNOLOGI LASERPUNCTURE UNTUK PENINGKATAN POPULASI DOMBA GARUTPenerapan teknologi pengolahan semen (sperma) untuk inseminasi buatan (IB) merupakan alternatif tepat guna untuk meningkatkan populasi ternak domba secara aktif progresif demikian ungkap Dr. Drh. Herdis. MSi., peneliti reproduksi biologi (reproduction biologist) dari Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian (P3 TBP) BPPT saat diwawancarai redaksi Siaran BPPT di lokasi Peternakan Domba Laga Lesan Putra, Ciomas, Bogor (4/5).<br />Menurutnya, melalui teknologi pengolahan semen, semen yang diperoleh dari pejantan unggul dapat diolah sehingga lebih banyak domba betina yang dapat dikawinkan dan meminimalkan pengaruh negatif pada domba pejantan yang dijadikan sumber semen. Sebagai ilustrasi, pada perkawinan tradisional yang dilakukan saat ini seekor jantan hanya dapat mengawini lima ekor betina selama 40 hari, sedangkan pada aplikasi teknologi pengolahan semen dan inseminasi buatan, seekor jantan mampu menghasilkan 360 straw/dosis selama 40 hari. Sehingga apabila dilakukan inseminasi buatan dengan double dosis maka seekor pejantan dapat mengawini 180 ekor betina.<br />Ini jauh lebih banyak dibandingkan pada perkawinan alami, jelasnya. Pada kesempatan yang sama, pemilik Peternakan Domba Laga Lesan Putra, Ir. Ateng Sutisna, MBA, mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung upaya BPPT untuk penerapan Teknologi Laserpuncture di peternakan miliknya. Saya sangat gembira dengan keterlibatan BPPT pada pengembangan domba laga ini, kami banyak mendapatkan ilmu dan teknologi untuk pengembangan domba-domba bibit unggul.<br />Pada pengembangbiakan melalui perkawinan alami, kondisi fisik domba mudah menurun, tetapi dengan teknologi ini kualitas domba laga tetap prima dan dapat memberikan bibit unggul, katanya. Domba Garut mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif. Disebut kompetitif karena badannya lebih besar sehingga dagingnya lebih banyak dari pada domba biasa, disebut komparatif, bahwa domba jenis ini mempunyai nyali untuk Kontes Domba Laga pada kegiatan pariwisata dan pelestarian budaya, kata Ir. Ateng Sutisna, MBA.<br />Selain itu, beternak domba dan kambing merupakan usaha yang mengandung diversifikasi produk agribisnis yang menghasilkan multi-produk antara lain memenuhi kebutuhan protein hewani, menghasilkan susu (untuk jenis kambing jenis tertentu), pemanfaatan bulu domba sebagai bahan baku kerajinan atau wool dan jenis domba ini dapat diikutkan pameran mutu keunggulan domba yaitu pada acara Kontes Domba Laga, lanjutnya. Motto saya, beternak domba menjual sapi. Karena harga jual domba laga sangat tinggi yaitu sama, bahkan ada yang lebih mahal dari harga sapi. Harga tertinggi domba laga sekarang bisa mencapai seratus enam puluh juta rupiah per ekor, sedangkan harga yang masih muda atau normalnya sekitar lima juta rupiah per ekor jelasnya.<br />Saat menjelaskan tentang penelitiannya, Dr. Drh. Herdis, MSi, mengatakan Kita harus bangga karena mempunyai plasma nutfah yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu domba garut. Domba ini mempunyai kelebihan,antara lain berat badannya yang bisa mencapai 70 kilogram bahkan ada yang mencapai 120 kilogram dibanding kan domba biasa yang beratnya sekitar 40 50 kilogram. Kegiatan pengembangan teknologi laserpuncture yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor telah diterapkan untuk menggertak birahi domba laga.<br />Teknologi ini merupakan teknik stimulasi pada akupunktur dengan menggunakan laser sebagai alat yang mempunyai efek sebagai stimulator. “Pada penyerentakan birahi, titik akupunktur yang ditembak adalah titik reproduksi yang tediri atas satu titik Ming-Meng/estrus (birahi), empat titik Shen Yu/ovarium, enam titik oviduk, dua titik servik uteri, satu titik hormonal dan tiga titik di daerah vulva jelas Dr. Drh. Herdis, MSi.<br />Menurutnya, aplikasi laserpuncture untuk menyerentakan birahi selama tiga kali selama tiga hari berturut-turut selang 24 jam pada 17 titik reproduksi masing-masing selama 20 detik, menunjukkan bahwa 95 % betina timbul birahi dengan rata-rata timbul entrus 16 jam setelah akhir perlakuan. Domba Garut atau yang biasa disebut dengan domba laga, beberapa tahun lalu mengalami penurunan dalam pengembangbiakan.<br />Untuk itu, BPPT bekerjasama dengan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) cabang Bogor telah mengembangkan penelitiannya. Masalah utama pengembangan domba garut adalah masalah langkanya pejantan unggul yang sangat mahal dan terbatas, selain itu juga masalah efisiensi pada reproduksi betinanya belum dimanfaatkan secara optimal.<br />Kegiatan ini merupakan Program Penguatan Kompetensi BPPT (bidang Perikanan dan Peternakan) pada Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT yaitu Pengkajian Dan Pengembangan Inseminasi Buatan Untuk Perbaikan Mutu Genetika Dan Produktivitas Domba Garut yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produktivitas domba garut melalui penerapan teknologi inseminasi buatan dan laserpuncture sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani peternak serta membantu penyediaan protein hewani asal ternak. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan teknologi laserpuncture yang hanya memerlukan biaya lima ribu rupiah per ekor domba, maka dari segi ekonomi sangat efisien jauh lebih rendah dibanding biaya sinkronisasi estrus dengan hormon CIDR sebesar Rp. 40.000,- per ekor domba.<br />Apalagi penggunaan preparat hormon yaitu Controlled Intravaginal Device Releasing-hormon (CIDR) tersebut mempunyai resiko dapat mengubah fisiologi reproduksi. Keunggulan lain dari teknologi penyerentakan birahi adalah diperolehnya sejumlah betina yang birahi hampir bersamaan, bunting bersamaan dan lahir bersamaan. Sehingga melalui teknologi ini kita dapat menyediakan sejumlah domba dengan usia yang hampir sama sesuai dengan kebutuhan pasar, jelasnya. (RC/humas)pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-14236943399852047622007-12-13T08:03:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.111-07:00TEKNOLOGI PAKAN LENGKAP SOLUSI BAGI PERMASALAHAN PAKAN TERNAKOleh : Riwantoro *)<br />Banyak calon peternak ataupun calon investor peternakan khususnya domba dan<br />kambing yang mengurungkan niatnya ketika harus berhitung dengan permasalahan<br />hijauan pakan ternak. Mereka menjadi ragu ketika harus menyediakan luasan lahan<br />tertentu untuk menanam hijauan pakan ternak dengan segala permasalahan tata<br />laksana pemeliharaannya. Bahkan di tingkat peternak kecilpun tidak jarang terjadi<br />ketika musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual sebagian ternaknya<br />untuk mengatasi terbatasnya hijauan yang tersedia. Akankah hal seperti ini harus<br />terjadi selamanya ?<br />Jawabannya tentu tidak. Sebuah teknologi pengembangan peternakan domba dan<br />kambing tanpa rumput sudah ditemukan. Menurut Ir. Didik Eko Wahyono pemilik<br />formula pakan lengkap (complete feed) yang juga merupakan pengurus DPD HPDKI<br />propinsi Jawa Timur, dengan menggunakan complete feed ternak domba dan<br />kambing tidak perlu diberi hijauan lagi.<br />Keunggulan Complete Feed<br />Disamping mengandung nutrisi yang seimbang, keunggulan complete feed dibanding<br />bahan pakan lain adalah harganya yang lebih murah. Hal ini dimungkinkan karena<br />complete feed dibuat dari bahan baku limbah pertanian dan agroindustri ditambah<br />perlakuan suplementasi bahan-bahan bernilai nutrisi tinggi. Keunggulan lainnya<br />antara lain (1) hemat dalam penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja 1 orang untuk<br />100-150 ekor), (2) mudah diaplikasikan, (3) waktu penggemukan relatif pendek (3-4<br />bulan), (4) pertumbuhan bobot badan cukup tinggi (150-200 gr/ekor/hari, (5)<br />praktis dan ekonomis (1 ekor domba membutuhkan 1 kg/hari dan harga relatif<br />murah Rp. 700,-/kg).<br />Karena keunggulannya tersebut penggunaan complete feed pada ternak domba<br />setiap tahunnya terus meningkat. Memang diperlukan masa adaptasi untuk<br />mengubah pakan ternak dari yang biasa diberikan ke pemberian complete feed.<br />Untuk mempercepat proses adaptasi pakan, ternak dapat diberi jamu yang juga<br />dibuat oleh Pak Didik. Menurutnya jamu ternak dibuat dari ekstrak bahan organik<br />yaitu empon-empon melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme efektif. Manfaat<br />dari jamu ternak adalah untuk (1) mempercepat adaptasi ternak menggunakan<br />pakan kering, (2) merangsang nafsu makan ternak dan meningkatkan efisiensi<br />pencernaan, (3) meningkatkan kesehatan ternak dan (4) mengurangi bau kotoran<br />ternak.<br />Proses Pembuatan<br />Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain (1)<br />sumber serat kasar (jerami kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain), (2)<br />sumber energi ( pollard, dedak padi, bungkil tapioka atau gamblong, tetes atau<br />molasses dan lain-lain), (3) sumber protein (bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil<br />miyak biji kapok atau klenteng, kulit kopi, kulit kakao dan lain-lain), (4) sumber<br />mineral (urea, tepung tulang, mineral mix, garam dapur dan lain-lain).<br />Pembuatan pakan lengkap dapat dilakukan melalui pengolahan dengan mesin-mesin<br />skala kecil yang dilaksanakan pada tingkat kelompok tani, maupun mesin-mesin<br />skala besar. Meskipun demikian, secara umum proses pengolahannya relatif sama.<br />Pertama, siapkan bahan baku sumber serat sesuai formulasi di dekat pemasukan<br />mesin. Selanjutnya, masukkan bahan baku secara bersamaan antara bahan yang<br />mempunyai berat jenis rendah dan berat jenis tinggi, untuk mengefisienkan<br />kapasitas proses produksi. Setelah semua sumber serat terproses dan masuk ke<br />mesin mixer, tambahkan pakan starter langsung ke dalam mixer. Proses<br />pencampuran pakan dalam mixer antara bahan sumber serat dan pakan starter<br />cukup 10 menit, kemudian pakan lengkap siap untuk dikeluarkan dan dikemas. Berat<br />setiap kemasan, dibuat sesuai kebutuhan antara 25 – 50 kg, dan pakan lengkap siap<br />untuk diedarkan.<br />Analisa usaha<br />Dari hasil evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa pendapatan bersih usaha<br />penggemukan domba yang menggunakan complete feed lebih tinggi dari pada<br />pendapatan bersih usaha penggemukan domba yang menggunakan pakan rumput<br />dan konsentrat. Pendapatan bersih penggemukan domba dengan menggunakan<br />complete feed dan yang menggunakan pakan rumput dan konsentrat, masingmasing<br />adalah sebesar Rp. 152.700,- per ekor dan Rp 20.400,- per ekor. Selamat<br />mencoba, semoga berhasil.<br />Sumber : Pengamatan lapangan dan wawancara dengan Ir. Didik Eko Wahjonpasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3478463936202894583.post-23404941383741019782007-12-13T07:55:00.000-08:002015-09-15T14:38:50.145-07:00Sistem Reproduksi Betina<div align="justify"><br />Sistem reproduksi betina berfungsi pertama-tama melalui stimulasi hormaon FSH ( Follicle Stimulating Hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan terjadinya perkembangan folikel-folikel yang telah dewasa (yolk). Produksi FSH secara normal dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan itu disebabkan oleh bertambah lamanya siang hari pada musim semi. FSH dapat diproduksi melalui rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis, dan pembesaran vent guna mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Progesterone berperanj terhadap kelenjar hypothalamus untuk memproduksi LH ( luteinizing hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkan telur yang fertile. Sebaliknya, apabila tidak ada sperma, produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.<br />Populasi dalam Pemuliabiakan<br />Pubertas atau masak kelamin<br />Ovari ayam bertelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat berpariasi dari ukuran mikroskopik samapai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilapaskan kedalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membrane folikel, yang menempelkannya pada ovari. Membrane ini memiliki suatu bagan yang terlihat hanya sedikit mengandung darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek daa melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membrane folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat oada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur.<br />Yolk kemudian diterima oleh infundibulum. Kadang-kadang sebutir yolk akan jatuh kedalam rongga badan dan kemudian diabsurbsi kembali. Yolk yang masuk kedalam infundibulum langsung masuk menuju ke magnum, bagian yang terpanjang dari oviduk. Di tempatini albumen (putih telur) disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning telur dangan suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke bagian yang paling bawah oviduk. Membran cangakang ditambah ke dalam isthmus. Dua membran yaitu membrane dalam dan membrane luar, dibentuk ditempat ini. Dalam keadaan normal masing-masing membrane saling menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membrane tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membrane tersebut membentuk suatu rongga udara.<br />Telur berada di dalam uterus (kelenjear cangkang) dalam periode waktu yang paling lama. Cangkang telur dibentuk di sini. Ini merupakan suatu proses yang membutuhkan waktusekitar 20 jam.cangkang tersusun hamper seluruhnya oleh timbunan kalsium karbonat dalam suatu matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir atau penutup cangkang dikenal sebagai kutikel (cuticle), suatu material organic yang melindungi telur dari serangan baktri yang berbahaya dan berperan sebagai pelindung telur, untuk mengurangi penguapan air. Sumber utama kalsium karbonat pada pembetukan cangkang adalah ion karbonat dalam darah. Bikarbonat dibentuk dari percampuran karbon dioksida dan air dengan bantuan ensim karbonik-anhi-drase. Tatkala seekor ayam betina terenagh-engah karena udara yang panas, ayam itu sebenarnya meningkatkan penguapan air melalui saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan berkurangnya karbon dioksida dan ion bikarbonad dalam darah. Keadaan inilah yang diduga menjadi alas an mengapa muncul telur-telur yang bercangkang tips yang dihasilkan pada cuaca yang sangat panas.<br /><br /><br /><strong>Fertilitas dan perkembangan</strong><br />Sperma unggas dapat mempertahankan kemampuan untuk membuahi dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan sperma mamalia. Sperma ayam telah diketahui dapat hidup selama 32 hari setelah inseminasi, tetapi inseminasi setiap menggu tetap dibutuhkan untuk menjamin fertilitas yang tinggi. Sperma yang masuk setelah perkawinan disimpan pada lipatan-lipatan alami yang ada di dalam oviduk ayam betina. Lipatan-lpatan tersebut kadang-kadang berperan sebagai sangkar sperma. Begitu kuning telur memasuki infundibulum, dinding oviduk direnggangkan dan dilepaskanlah sperma untuk membuahi telur itu. Pembuahan ini terjadi dibagian germinal disc pada kuning telur.<br />Pada peristiwa pembuahan, embrio mulai berkembang dari keliling germinal disc yang nampak jelas. Daerah ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata telanjang bila telur dipecahkan. Dalam 48 jam, embrio anak ayam telah memiliki suatu tipe sirkulasi darah yang berliku-liku didalam tubuhnya dan hidupnya ditopang oleh kuning telur. Karena tidak memiliki pasenta seperti spesies, embrio unggas akan bergantung pada jaringan darah yang berluki-liku tersebut untuk berlangsungnya fungsi-fungsi yang oenting yaitu membawa masuk zat-zat makanan dan mengeluarkan produk buangan.<br />Pada hari ketiga, embrio telah memiliki membrane-membran yang sempurna yang dikenal sebagai allantois, chorion, dan amnion. Allantois yang pada mulanya berperan untuk menampung produk buangan akhirnya bergabung dengan chorion untuk membentuk chorio allantois. Bagian utama membrane gabungan ini berhubungan erat dengan cangkang. Membrane ini berperan sebagai organ pernapasan bagi embrio yang sedang berkembang sampai saat paru menggantikan fungsinya sekitar 24 jam setelah menetas. Pada akhir periode sepertiga yang pertama inkubasi, garis bentuk embrio mulai dapat dikenali dengan sempurna. Juga pada saat itu. Sebagian besar system internal utama, seperti paru, syaraf, otot dan system sensor, berkembang. Jenis kelamin anak ayam dapat diketahui paling awal pada hari kelima inkubasi. Pada pertengahan periode inkubasi, embrio kebanyakan spesies unggas telah sempurna tertutup dengan bulu halus.<br />Sebagaimana halnya dengan spesies lainnya, embrio sebagiannya mengapung dalam cairan pada rongga amnion. Hal ini penting guna melindungi embrio yang sedang berkembang itu dan memungkinkan embrio bergerak bebas. Pergerakan bebas ini penting terutama pada embrio anak ayam dan masih harus terjadi sampai 3 atau 4 hari terakhir masa penetasan. Kalau tidak, dapat terjadi cacat yang membahayakan kehidupan anak ayam yang akan menetas. Telur harus diputar beberapa kali setiap hari dalam incubator untuk melindungi embrio dari penempelan pada membrane chorioallantois. Pada kondisi alami, induk ayam menggeser telur beberapa kali tiap hari karena naluri. Cangkang dan membrane juga dari mokroorganisme yang berbahaya atau jamur. Perlindungan tambahan lebih lanjut diberikan oleh kerja bakteriostatistik albumen.<br />Malposisi atau kelainan letak embrio unggas belum mendapat bayak perhatian, tetapi ada suatu posisi alami tertentu bagi unggas. Pada sekitar pertengahan periode inkubasi, embrio menganbil posisi yang normal, yang terletak disebelah kiri sepanjang sumbu panjang telur. Kepala terlipat ke bawah sayap kanan menghadap ujung tumpul telur. Beberapa posisi lainnya dianggap merupakan kelainan dari posisi normal.<br />Oviposisi ( pengeluaran telur)<br />Dalam keadan normal telur dibentuk bagian tumpulnya terlebih dahulu, begitu telur tersebut bergerak ke oviduk. Hal yang cukup mengherankan bahwa, jika induk ayam tidak diganggu pada saat bertelur, sebagian nesar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dahulu. Hal ini tidak diketahui sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat belum dikeluarkan, mtelur diputar secara horizontal, 180 derajat sesaat telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi sekitar 30 menit setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Interval waktu ovulasi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 74 menit. Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan berurutan dalam suatu clutch adalah 27 jam.<br /><br /><br /><strong>Clutch<br /></strong>Clutch adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk ayam dalam hari-hari yang berurutan. Suatu siklus clutch berakhir pada suatu hari tertentu dimana tidak ada telur yang dikeluarkan. Ayam petelur yang jelek hanya memiliki siklus satu atau dua telur, sedangkan petelur yang baik dapat mencapai 200 butir atau lebih. Nampaknya, clutch berada dibawah pengaruh sekresi hormone, hingga menimbulkan yang menyebabkan timbulnya pariasi tersebut. Posisi sebutir telur pada suatu clutch mempengaruhi beratnya telur itu. Dalam keadaan normal, telur pertama pada suatu clutch adalah yang terberat. Perbedaan berat itu hanya sedikit sekaliu dalam hal induk yang siklusnya sangat panjang. Berat telur kisarannya menjadi luas pada induk dengan suatu siklus yang lebih pendek.<br />Seperti telah disebutkan sebelumnya, ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur pendaulunya keluar. Namun, jika sebutir telur keluar setelah jam 2 sore, ovulasi berikutnya biasanya tidak akan terjadi dalam 16 sampai 18 jam hal ini mengakibatkan tidak ada telur yang dikeluarkan. Ini merupakan akhir dari suatu siklus. Mengapa dan bagaimana hal ini terjadi, tidak diketahui dengan jelas. Diduga hal ini berhubungan dengan saat menyongsong senja hari yang menyebabkan tertundanya ovulasi dan mengakibatkan berkhirnya suatu clutch. Keadaan mungkin mempunyai pengaruh terhadap pelepasan luteinizing hormone, yang menyebabkan terjadinya ovulasi.<br />Vas Deferens dan kelenjar-kelenjar kalamin sekunder atau aksesoris<br />Vas deferen brefungsi menyalurkan semen yang telah masak dari ekor epididimis menjauhi kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris, Vesikula Seminalis(seminal vesicles), kelenjar Cowper, dan kelenjar Prostat(yang umumnya disebut kelenjar-kelenjar kelamin sekunder). Kelenjar-kelenjar itulah yang menghasilkan cairan yang lazim disebut semen. Cairan semen tersebut banyaknya antara 5 sampai 10 cc dan dieyakulasikan melalui penis ke dalam saluran reproduksi betia. Rangsangan kelamin menyebabkan sejumlah darah di pompakan kedalam ruang-ruang didalam penis sehingga mengakibatkan ereksi dengan cara meluruskan fleksura sigmoida. Dengan demikian maka kopulasi dapat berlansung. Setelah kopulasi, Fleksura sigmoida itu mengalami kontraksioleh kerja otot retractor penis yang bekerja menarik penis masuk kedalam bungkus pelindungnya.<br />Sapi Betina<br />Meski pada kebanyakan program pemuliabiakan perhatian lebih banyak kepada pejantan, system reproduksi pada hewan betina jauh lebih penting dan rumit. Oleh karma itu, perlulah dipelajari lebih rinci agar di dapat pengertian tentang anatominya, serta fungsi setiap organ atau bagian, manakala saat masak kelamin itu dicapai.<br />Ovari<br />Ovari yaitu organ betina yang homolog dengan tes-tes pada hewan jantan, berada di dalam rongga tubuh,di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testes. Ova (telur), yang bila dibuahi oleh spermatozoa pejantan akan menjadi embrio, ada pada saat lahir. Meski jumlah ova .diperkirakan sebanyak 75. 000 pada 2 ovari, hanya sedikit saja yaitu sekitar 20 sampai 30 yang dilepas selama hidup seekor sapi, dalam kondisi alamiah normal.<br />Ovari seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana “ biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya didalam, pada betina jaringan yang menghasikan ovum ( telur) berada sangat dekat dengan permukaan ovari. ”Ovum yang potensial” yang disebut folikel primer, diyakini telah ada pada saat sapi lahir. Tahab-tahab pemasangan berikutnya terjadi sampai terbentuknya sebuah ovum yang masak yang disebut folikel graaf. Penonjolan pada permukaan ovari (gambar 3-5) ditimbulkan oleh pengaruh hormone FHS (follicle stimulating hormone) yang berasal dari kelenjar pituitary anterior. Kelenjar itu juga menghasilkan LH (luteinizing hormone) yang memecahkan polikel tersebut lalu melepaskan ovum (telur).<br />Segera setelah terjadinya ovulasi, sel-sel folikuler bertambah dan menghasilkan suatu struktur yang menyerupai bekas luka, yang disebut corpus luteum, atau sering disingkat C.L. (gambar 3-5).<br />Apabila pembuahan tidak terjadi, korpus luteum itu bertambah dalam ukurannya di bawah pengaruh hormone pituitary anterior yaitu prolaktin dan di bentuklah hormone progesterone yang berperan untuk menekan birahi yang berkepanjangan dan mempertahankan kebuntingan.<br />Tuba Fallopii (Oviduk)<br />Ovari diransang untuk melepaskan ovum kedalam infudibulum dari tuba fallopii ataub oviduk (Gambar 3-6). Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12 jam setelah akhir birahi (estrus). Sel telur bergerak ke infudibulum dari tuba fallopii dengan ciliatet action dan kontrksi otot, dan seterusnya ketanduk uterus, pembuahan, yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi di sepertiga bagian atas dari tuba fallopii. Peristiwa seperti ini dapat terjadi di kedua sisi siatem pasangan itu.<br />Uterus<br />Uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung yang menyerupai tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Serviks yang merupakan bagian integral dari uterus,. Di bicarakan secara terpisah agar lebih memudahkan pemudahannya.<br />Pada sapi, tanduk uterus itu membentuk suatu pumtiran spiral yang lengkap sebelum kemudian bersambung dengan yuba fallopii. Tanduk-tanduk uterus itu biasanya berkembang dengan baik, sallah satunya akan merupakan tempat terjadinya perkembangan fetus.<br />Suplai darah dan saraf terjadi melalui ligament luas yang mendukugnya. Pada hewan-hewan yang lebih tua ligament itu terentang sehingga dapat secara lebih sempurna menopong uterus dan fetus.<br />Di dalam uterus, lapis mukosa mengandung karunkula. Tonjolan-tonjolan kecil ini membesar sampai sebesar uang logam pada sat kebuntingan, tidak mengandung kelenjar dan banyak pembuluh darahnya. Tonjolan itu tersusun dalam baris-baris yang meluas ke dua tanduk, jumlahnya diperkirakan antara 70 sampai 120. penampilannya menyerupai spons karena adanya rongga-rongga kecil yang berperan sebagai titik-titik perlekatan bagi struktur yang berlawanan yaitu kotiledon dari plasenta (membrane yang menyeliputi fetus). Kotiledon dan karankula secara bersama-sama disebut plasetom, yang dapat dibayangkan sebagai dua tombol yang menempel satu sama lain.<br />Fungsi uterus itu banyak, sebagai contoh, sebagai jalannya sperma pada saat populasi dan motilitas (perlengkapan) sperma ke tuba palopi dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Pada minggu-minggu awal masa kebuntingan uteruslah yang mendukung perkembangan embrio melalui sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah. Uterus yang dapat mengalami perubahan-perubahan besar dalam ukuran serta bentuknya, berperan sebagai tempat perlekatan melalui plasetombagi embrio yang sedang berkembang selama kebuntingan. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran. Uterus kemudian dapat kembali dengan cepat kebentuk semula setelah kelahiran, melalui proses involusi.<br />Serviks<br />Suatu struktur yang menyerupai sfingter yang memisahkan uterin dengan rongga vagina disebut serviks. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masukny bahan-bahan asing. Sfingter itu ditetapkan dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahioran saja.<br />Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbukla, serviks mengembang, hingga fetus dan membrane dapat melaluinya pada saat kelahiran.<br />Vagina<br />Struktur repruduksi internal yang paling bawah (paling luar) adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada betina. Di sinilah semen ditumpahkan oleh penis pejantan. Seperti halnya serviks, vagina juga mengembang agar fetus dan membrane dapat lewat pada waktunya.<br /></div>pasajahttp://www.blogger.com/profile/07878514652026377217noreply@blogger.com0