Thursday, December 13, 2007

Sistem Reproduksi Betina


Sistem reproduksi betina berfungsi pertama-tama melalui stimulasi hormaon FSH ( Follicle Stimulating Hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan terjadinya perkembangan folikel-folikel yang telah dewasa (yolk). Produksi FSH secara normal dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan itu disebabkan oleh bertambah lamanya siang hari pada musim semi. FSH dapat diproduksi melalui rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis, dan pembesaran vent guna mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Progesterone berperanj terhadap kelenjar hypothalamus untuk memproduksi LH ( luteinizing hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkan telur yang fertile. Sebaliknya, apabila tidak ada sperma, produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.
Populasi dalam Pemuliabiakan
Pubertas atau masak kelamin
Ovari ayam bertelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat berpariasi dari ukuran mikroskopik samapai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilapaskan kedalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membrane folikel, yang menempelkannya pada ovari. Membrane ini memiliki suatu bagan yang terlihat hanya sedikit mengandung darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek daa melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membrane folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat oada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur.
Yolk kemudian diterima oleh infundibulum. Kadang-kadang sebutir yolk akan jatuh kedalam rongga badan dan kemudian diabsurbsi kembali. Yolk yang masuk kedalam infundibulum langsung masuk menuju ke magnum, bagian yang terpanjang dari oviduk. Di tempatini albumen (putih telur) disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning telur dangan suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke bagian yang paling bawah oviduk. Membran cangakang ditambah ke dalam isthmus. Dua membran yaitu membrane dalam dan membrane luar, dibentuk ditempat ini. Dalam keadaan normal masing-masing membrane saling menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membrane tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membrane tersebut membentuk suatu rongga udara.
Telur berada di dalam uterus (kelenjear cangkang) dalam periode waktu yang paling lama. Cangkang telur dibentuk di sini. Ini merupakan suatu proses yang membutuhkan waktusekitar 20 jam.cangkang tersusun hamper seluruhnya oleh timbunan kalsium karbonat dalam suatu matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir atau penutup cangkang dikenal sebagai kutikel (cuticle), suatu material organic yang melindungi telur dari serangan baktri yang berbahaya dan berperan sebagai pelindung telur, untuk mengurangi penguapan air. Sumber utama kalsium karbonat pada pembetukan cangkang adalah ion karbonat dalam darah. Bikarbonat dibentuk dari percampuran karbon dioksida dan air dengan bantuan ensim karbonik-anhi-drase. Tatkala seekor ayam betina terenagh-engah karena udara yang panas, ayam itu sebenarnya meningkatkan penguapan air melalui saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan berkurangnya karbon dioksida dan ion bikarbonad dalam darah. Keadaan inilah yang diduga menjadi alas an mengapa muncul telur-telur yang bercangkang tips yang dihasilkan pada cuaca yang sangat panas.


Fertilitas dan perkembangan
Sperma unggas dapat mempertahankan kemampuan untuk membuahi dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan sperma mamalia. Sperma ayam telah diketahui dapat hidup selama 32 hari setelah inseminasi, tetapi inseminasi setiap menggu tetap dibutuhkan untuk menjamin fertilitas yang tinggi. Sperma yang masuk setelah perkawinan disimpan pada lipatan-lipatan alami yang ada di dalam oviduk ayam betina. Lipatan-lpatan tersebut kadang-kadang berperan sebagai sangkar sperma. Begitu kuning telur memasuki infundibulum, dinding oviduk direnggangkan dan dilepaskanlah sperma untuk membuahi telur itu. Pembuahan ini terjadi dibagian germinal disc pada kuning telur.
Pada peristiwa pembuahan, embrio mulai berkembang dari keliling germinal disc yang nampak jelas. Daerah ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata telanjang bila telur dipecahkan. Dalam 48 jam, embrio anak ayam telah memiliki suatu tipe sirkulasi darah yang berliku-liku didalam tubuhnya dan hidupnya ditopang oleh kuning telur. Karena tidak memiliki pasenta seperti spesies, embrio unggas akan bergantung pada jaringan darah yang berluki-liku tersebut untuk berlangsungnya fungsi-fungsi yang oenting yaitu membawa masuk zat-zat makanan dan mengeluarkan produk buangan.
Pada hari ketiga, embrio telah memiliki membrane-membran yang sempurna yang dikenal sebagai allantois, chorion, dan amnion. Allantois yang pada mulanya berperan untuk menampung produk buangan akhirnya bergabung dengan chorion untuk membentuk chorio allantois. Bagian utama membrane gabungan ini berhubungan erat dengan cangkang. Membrane ini berperan sebagai organ pernapasan bagi embrio yang sedang berkembang sampai saat paru menggantikan fungsinya sekitar 24 jam setelah menetas. Pada akhir periode sepertiga yang pertama inkubasi, garis bentuk embrio mulai dapat dikenali dengan sempurna. Juga pada saat itu. Sebagian besar system internal utama, seperti paru, syaraf, otot dan system sensor, berkembang. Jenis kelamin anak ayam dapat diketahui paling awal pada hari kelima inkubasi. Pada pertengahan periode inkubasi, embrio kebanyakan spesies unggas telah sempurna tertutup dengan bulu halus.
Sebagaimana halnya dengan spesies lainnya, embrio sebagiannya mengapung dalam cairan pada rongga amnion. Hal ini penting guna melindungi embrio yang sedang berkembang itu dan memungkinkan embrio bergerak bebas. Pergerakan bebas ini penting terutama pada embrio anak ayam dan masih harus terjadi sampai 3 atau 4 hari terakhir masa penetasan. Kalau tidak, dapat terjadi cacat yang membahayakan kehidupan anak ayam yang akan menetas. Telur harus diputar beberapa kali setiap hari dalam incubator untuk melindungi embrio dari penempelan pada membrane chorioallantois. Pada kondisi alami, induk ayam menggeser telur beberapa kali tiap hari karena naluri. Cangkang dan membrane juga dari mokroorganisme yang berbahaya atau jamur. Perlindungan tambahan lebih lanjut diberikan oleh kerja bakteriostatistik albumen.
Malposisi atau kelainan letak embrio unggas belum mendapat bayak perhatian, tetapi ada suatu posisi alami tertentu bagi unggas. Pada sekitar pertengahan periode inkubasi, embrio menganbil posisi yang normal, yang terletak disebelah kiri sepanjang sumbu panjang telur. Kepala terlipat ke bawah sayap kanan menghadap ujung tumpul telur. Beberapa posisi lainnya dianggap merupakan kelainan dari posisi normal.
Oviposisi ( pengeluaran telur)
Dalam keadan normal telur dibentuk bagian tumpulnya terlebih dahulu, begitu telur tersebut bergerak ke oviduk. Hal yang cukup mengherankan bahwa, jika induk ayam tidak diganggu pada saat bertelur, sebagian nesar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dahulu. Hal ini tidak diketahui sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat belum dikeluarkan, mtelur diputar secara horizontal, 180 derajat sesaat telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi sekitar 30 menit setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Interval waktu ovulasi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 74 menit. Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan berurutan dalam suatu clutch adalah 27 jam.


Clutch
Clutch adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk ayam dalam hari-hari yang berurutan. Suatu siklus clutch berakhir pada suatu hari tertentu dimana tidak ada telur yang dikeluarkan. Ayam petelur yang jelek hanya memiliki siklus satu atau dua telur, sedangkan petelur yang baik dapat mencapai 200 butir atau lebih. Nampaknya, clutch berada dibawah pengaruh sekresi hormone, hingga menimbulkan yang menyebabkan timbulnya pariasi tersebut. Posisi sebutir telur pada suatu clutch mempengaruhi beratnya telur itu. Dalam keadaan normal, telur pertama pada suatu clutch adalah yang terberat. Perbedaan berat itu hanya sedikit sekaliu dalam hal induk yang siklusnya sangat panjang. Berat telur kisarannya menjadi luas pada induk dengan suatu siklus yang lebih pendek.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur pendaulunya keluar. Namun, jika sebutir telur keluar setelah jam 2 sore, ovulasi berikutnya biasanya tidak akan terjadi dalam 16 sampai 18 jam hal ini mengakibatkan tidak ada telur yang dikeluarkan. Ini merupakan akhir dari suatu siklus. Mengapa dan bagaimana hal ini terjadi, tidak diketahui dengan jelas. Diduga hal ini berhubungan dengan saat menyongsong senja hari yang menyebabkan tertundanya ovulasi dan mengakibatkan berkhirnya suatu clutch. Keadaan mungkin mempunyai pengaruh terhadap pelepasan luteinizing hormone, yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Vas Deferens dan kelenjar-kelenjar kalamin sekunder atau aksesoris
Vas deferen brefungsi menyalurkan semen yang telah masak dari ekor epididimis menjauhi kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris, Vesikula Seminalis(seminal vesicles), kelenjar Cowper, dan kelenjar Prostat(yang umumnya disebut kelenjar-kelenjar kelamin sekunder). Kelenjar-kelenjar itulah yang menghasilkan cairan yang lazim disebut semen. Cairan semen tersebut banyaknya antara 5 sampai 10 cc dan dieyakulasikan melalui penis ke dalam saluran reproduksi betia. Rangsangan kelamin menyebabkan sejumlah darah di pompakan kedalam ruang-ruang didalam penis sehingga mengakibatkan ereksi dengan cara meluruskan fleksura sigmoida. Dengan demikian maka kopulasi dapat berlansung. Setelah kopulasi, Fleksura sigmoida itu mengalami kontraksioleh kerja otot retractor penis yang bekerja menarik penis masuk kedalam bungkus pelindungnya.
Sapi Betina
Meski pada kebanyakan program pemuliabiakan perhatian lebih banyak kepada pejantan, system reproduksi pada hewan betina jauh lebih penting dan rumit. Oleh karma itu, perlulah dipelajari lebih rinci agar di dapat pengertian tentang anatominya, serta fungsi setiap organ atau bagian, manakala saat masak kelamin itu dicapai.
Ovari
Ovari yaitu organ betina yang homolog dengan tes-tes pada hewan jantan, berada di dalam rongga tubuh,di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testes. Ova (telur), yang bila dibuahi oleh spermatozoa pejantan akan menjadi embrio, ada pada saat lahir. Meski jumlah ova .diperkirakan sebanyak 75. 000 pada 2 ovari, hanya sedikit saja yaitu sekitar 20 sampai 30 yang dilepas selama hidup seekor sapi, dalam kondisi alamiah normal.
Ovari seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana “ biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya didalam, pada betina jaringan yang menghasikan ovum ( telur) berada sangat dekat dengan permukaan ovari. ”Ovum yang potensial” yang disebut folikel primer, diyakini telah ada pada saat sapi lahir. Tahab-tahab pemasangan berikutnya terjadi sampai terbentuknya sebuah ovum yang masak yang disebut folikel graaf. Penonjolan pada permukaan ovari (gambar 3-5) ditimbulkan oleh pengaruh hormone FHS (follicle stimulating hormone) yang berasal dari kelenjar pituitary anterior. Kelenjar itu juga menghasilkan LH (luteinizing hormone) yang memecahkan polikel tersebut lalu melepaskan ovum (telur).
Segera setelah terjadinya ovulasi, sel-sel folikuler bertambah dan menghasilkan suatu struktur yang menyerupai bekas luka, yang disebut corpus luteum, atau sering disingkat C.L. (gambar 3-5).
Apabila pembuahan tidak terjadi, korpus luteum itu bertambah dalam ukurannya di bawah pengaruh hormone pituitary anterior yaitu prolaktin dan di bentuklah hormone progesterone yang berperan untuk menekan birahi yang berkepanjangan dan mempertahankan kebuntingan.
Tuba Fallopii (Oviduk)
Ovari diransang untuk melepaskan ovum kedalam infudibulum dari tuba fallopii ataub oviduk (Gambar 3-6). Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12 jam setelah akhir birahi (estrus). Sel telur bergerak ke infudibulum dari tuba fallopii dengan ciliatet action dan kontrksi otot, dan seterusnya ketanduk uterus, pembuahan, yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi di sepertiga bagian atas dari tuba fallopii. Peristiwa seperti ini dapat terjadi di kedua sisi siatem pasangan itu.
Uterus
Uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung yang menyerupai tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Serviks yang merupakan bagian integral dari uterus,. Di bicarakan secara terpisah agar lebih memudahkan pemudahannya.
Pada sapi, tanduk uterus itu membentuk suatu pumtiran spiral yang lengkap sebelum kemudian bersambung dengan yuba fallopii. Tanduk-tanduk uterus itu biasanya berkembang dengan baik, sallah satunya akan merupakan tempat terjadinya perkembangan fetus.
Suplai darah dan saraf terjadi melalui ligament luas yang mendukugnya. Pada hewan-hewan yang lebih tua ligament itu terentang sehingga dapat secara lebih sempurna menopong uterus dan fetus.
Di dalam uterus, lapis mukosa mengandung karunkula. Tonjolan-tonjolan kecil ini membesar sampai sebesar uang logam pada sat kebuntingan, tidak mengandung kelenjar dan banyak pembuluh darahnya. Tonjolan itu tersusun dalam baris-baris yang meluas ke dua tanduk, jumlahnya diperkirakan antara 70 sampai 120. penampilannya menyerupai spons karena adanya rongga-rongga kecil yang berperan sebagai titik-titik perlekatan bagi struktur yang berlawanan yaitu kotiledon dari plasenta (membrane yang menyeliputi fetus). Kotiledon dan karankula secara bersama-sama disebut plasetom, yang dapat dibayangkan sebagai dua tombol yang menempel satu sama lain.
Fungsi uterus itu banyak, sebagai contoh, sebagai jalannya sperma pada saat populasi dan motilitas (perlengkapan) sperma ke tuba palopi dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Pada minggu-minggu awal masa kebuntingan uteruslah yang mendukung perkembangan embrio melalui sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah. Uterus yang dapat mengalami perubahan-perubahan besar dalam ukuran serta bentuknya, berperan sebagai tempat perlekatan melalui plasetombagi embrio yang sedang berkembang selama kebuntingan. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran. Uterus kemudian dapat kembali dengan cepat kebentuk semula setelah kelahiran, melalui proses involusi.
Serviks
Suatu struktur yang menyerupai sfingter yang memisahkan uterin dengan rongga vagina disebut serviks. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masukny bahan-bahan asing. Sfingter itu ditetapkan dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahioran saja.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbukla, serviks mengembang, hingga fetus dan membrane dapat melaluinya pada saat kelahiran.
Vagina
Struktur repruduksi internal yang paling bawah (paling luar) adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada betina. Di sinilah semen ditumpahkan oleh penis pejantan. Seperti halnya serviks, vagina juga mengembang agar fetus dan membrane dapat lewat pada waktunya.

No comments:

Post a Comment